Senin 09 Jan 2017 17:00 WIB

Perbaikan Fungsi Organ dengan Sel Punca

Red:

Menua adalah proses alami yang akan dialami setiap manusia dalam hidupnya. Proses penuaan ini biasanya akan diiringi beberapa tanda pada tubuh.

Menurut The Hallmarks of Aging yang disusun Lopez-Otin dan tim, penuaan diiringi oleh sembilan penanda. Salah satu dari kesembilan tandanya adalah kelelahan stem cell atau sel punca. Penurunan kapasitas sel punca dalam tubuh ini dapat berujung pada terganggunya fungsi organ dalam tubuh.

Principal investigator dari pusat penelitian Kalbe di bidang sel punca dan kanker di Stem Cell and Cancer Institute (SCI) Indra Bachtiar PhD menjelaskan, tubuh manusia terdiri atas berbagai organ. Contohnya, otak, paru-paru, hati, hingga pankreas. Semuanya memiliki masing-masing fungsi dan jaringan.

Dalam jaringan-jaringan ini, lanjut Indra, terdapat sel-sel tubuh manusia yang di antaranya terdapat populasi sel dalam jumlah kecil yang belum terdiferensiasi. Sel-sel yang belum terdiferensiasi inilah yang kemudian akan diketahui sebagai sel punca (stemcell).

Sel punca pada dasarnya merupakan kelas sel manusia yang istimewa. Alasannya, kata dia, sel punca memiliki kemampuan untuk memperbarui diri sendiri dan juga mendiferensiasi menjadi sel-sel lain yang lebih spesifik, seperti sel hati, sel pada jantung, sel darah merah, hingga sel neuron.

Perannya dalam menggantikan sel lain dengan sel punca adalah untuk memperbaiki kerusakan pada organ dan jaringan. Sel punca ini juga dapat memperbarui fungsi biologis dan memberikan fungsi rejuvenasi atau peremajaan. "Rejuvenate membuat tubuh jadi lebih sehat, lebih muda," terang Indra dalam seminar Dr Boenjamin Setiawan Distinguished Lecture Series (DBSCLS) di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sel tersebut, lanjutnya, bisa diisolasi dari jaringan neonatal, seperti tali pusat (umbilical cord), plasenta atau membran amnion, dari jaringan orang dewasa, seperti sumsum tulang maupun jaringan adiposa. Jaringan neonatal dinilai menghasilkan sel punca yang lebih superior dibandingkan dari orang dewasa.

Indra mengatakan, sel punca ini bisa diklasifikasikan menjadi menjadi dua tipe, yaitu Haemopoletic Stemcells (HSCs) dan Mesenchymal Stemcells (MSCs). HSCs ditemukan di darah tali pusat, sumsum tulang, dan darah perifer. Sedangkan, MSCs ditemukan di Wharton's jelly dari tali pusat, sumsum tulang, jaringan adiposa, dan pulpa gigi.

Indra mengatakan, kedua tipe tersebut bisa berubah menjadi berbagai sel tubuh berbeda. Namun, HSCs memiliki risiko penolakan dari tubuh, sedangkan MSCs bisa diambil dari siapa pun dan diberikan kepada orang lain. "Mesenchymal treatment bisa menurunkan risiko berkembangnya penyakit kronis, seperti jantung dengan cara menekan peradangan kronis pokok," jelas Indra.

Implementasi sel punca

Kepala Laboratorium Regenerative and Cellular Therapy (ReGeniC) Yuyus Kusnadi PhD mengatakan, terapi stemcell dalam uji klinis hanya diimplantasi melalui dua cara. Cara pertama ialah intravena atau dimasukkan melalui pembuluh darah. Sedangkan, cara kedua ialah langsung dimasukkan ke jaringan target dengan alat bantu, misalnya, dengan kateter untuk target di jantung.

Yuyus mengatakan, saat ini terapi sel punca sudah dilakukan beberapa rumah sakit pendidikan sebagai bagian dari studi. Terapi sel punca ini, lanjut Yuyus, hanya diberikan kepada pasien yang sudah tidak lagi memiliki opsi lain dalam pengobatan penyakitnya. "Pada pasien no option yang sudah diberikan semua terapi, tetapi tidak berhasil," jelas Yuyus.

Di Indonesia, lanjut Yuyus, terapi sel punca pernah diberikan kepada bayi yang menderita cerebral palsy dan usianya belum mencapai enam bulan. Yuyus mengatakan, bayi tersebut hampir tak memiliki harapan hidup karena memiliki kondisi tubuh yang sangat lemah. Sel puncanya diambil dari tali pusatnya yang disimpan di bank penyimpanan. operasi dilakukan pada 2015.

Kondisi bayi tersebut kini jauh lebih baik. "Pertumbuhan selnya cepat sekali karena dari umbilical cord bayi ketika lahir. Saat ini, bisa dikatakan ibunya bisa tersenyum," kata Yuyus.

Pada 2010 terapi sel punca juga pernah diberikan kepada pasien dengan kasus patah tulang gagal sambung di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM). Yuyus mengatakan, sel puncanya diambil dari sumsum tulang pasien dan diisolasi lalu dimasukkan ke dalam biomaterial untuk ditanamkan pada patahan tulang yang tidak tersambung. Kondisi tulang pasien mulai tersambung dan lebih baik setelah terapi.

Yuyus mengatakan, terapi sel punca juga hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis dengan kompetensi yang sudah diakui oleh organisasi profesi. Saat ini, hanya ada 11 rumah sakit di Indonesia yang diperbolehkan melakukan terapi sel punca berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 32 Tahun 2014.

Saat ini, terapi sel punca belum menjadi standar terapi di dunia, kecuali di beberapa negara. Meski begitu, kemampuan sel punca dalam meregenerasi diri dan berdiferensiasi menjadi sel lain membuat terapi sel punca dinilai berpotensi menjawab berbagai masalah penyakit dengan cara mengganti sel-sel yang rusak dan mendorong perbaikan dalam tubuh.      rep: Adysha Citra Ramadani, ed: Dewi Mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement