Ahad 31 Jan 2016 17:07 WIB

Lengkung Kurva Zaha Hadid

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, Tak banyak arsitek wanita bersaing di tingkat dunia . Apalagi arsitek wanita dari negara berlatar belakang Islam. Angka semakin menciut lagi bila menyinggung anugerah bidang arsitektur yang pernah didapatkannya.

Dia adalah Zaha Mohammad Hadid (65 tahun), seorang arsitek Inggris asal Irak.Pada 2004 ia menjadi wanita pertama yang menerima penghargaan Pritzker Architecture Prize. Lalu Stirling Prize pada 2010 dan 2011.

Hadid merancang proyek Pusat Kebudayaan Heydar Aliyev di Baku, Azerbaijan pada 2014. Atas desainnya itu, ia beroleh penghargaan Desain Tahun Ini. Pada 2015, ia menjadi wanita pertama yang dianugerahi RIBA Gold Medal, sebuah penghargaan dari Kerajaan Inggris untuk dunia arsitektur.

Wanita ini juga menghadapi kontroversi atas karya-karyanya. Hal yang paling kontroversial adalah desain stadion Qatar, Al Wakrah. Desain stadion yang akan dibangun Qatar untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 itu dituding berbentuk vagina. Padahal, lengkung-lengkung kurva yang kuat adalah ciri khas karya Hadid yang sangat menonjol warna neofuturistiknya.

Tentu saja, Hadid menjadi kesal. `'Benar-benar konyol,'' ujar arsitek yang mengerjakan sejumlah proyek lintas negara itu. Dengan geram ia menyebut, komen seperti itu tak muncul bila sang arsitek adalah seorang pria.

Hadid besar di kawasan di Baghdad. Ia tumbuh di era saat modernisme berkonotasi kemewahan sekaligus sebagai pemikiran progresif di Timur Tengah. Perempuan ini belajar matematika di American University of Beirut, sebelum pindah untuk kuliah di Archtectural Association School of Architecture di London. Di sana ia bertemu dengan arsitek ternama Inggris Rem Koolhaas, Elia Zenghelis, dan Bernard Tschumi. Ia kemudian bekerja pada mantan dosennya, Koolhaas dan Zenghelis di Kantor Arsitektur Metropolitan di Rotterdam, Belanda.

Pada 1980, Hadid mendirikan usahanya di London. Pada 1980-an, ia juga mengajar di Architectural Association. Hadid juga mendirikan sejumlah karya yang terkenal, terma suk Mind Zone di Millenium Dome di London.

Bahasa arsitektur Hadid dikritik `bernuansi ekstravagansa'. Alasannya, banyak proyeknya disponsori negara- negara `diktator'. Kritikus arsitektur Inggris, Rowan Moore menggambarkan desain Pusat Kebudayaan Heydar Aliyev karya Hadid `tak berbeda jauh dari istana kebudayaan kolosal yang disukai Soviet dan rezim sejenis'.

Namun, Hadid bergeming menghadapi berbagai kritik yang menamparnya, Proyeknya terus merambah berbagai negara di dunia. Kini, ia pun menjadi guru besar di University of Applied Arts Vienna di Austria. wikipedia/guardian.co.uk/Nina Chairani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement