Senin 09 Jan 2017 16:00 WIB

mozaik- Hunian Tradisional Suriah

Red:

Rumah-rumah dengan area taman atau halaman di tengahnya merupakan salah satu peninggalan arsitektur yang masih bertahan di Suriah. Selain di Suriah, hunian semacam ini juga banyak ditemui di Irak pada tiga milenium lalu.

Sejarah mencatat, konsep hunian dengan area terbuka di tengahnya sudah ditemukan pada bangunan Bilad al-Sham serta bangunan lain di sekitar Sungai Eufrat dan Tigris. Bangsa Arab nomaden juga menggunakan konsep serupa saat berdiam di suatu daerah dan membangun tenda. Tenda-tenda yang mereka bangun akan dibuat melingkar dengan ruang terbuka di tengah sebagai area perlindungan bagi hewan yang dibawa. Kebiasaan ini bertahan saat mereka mulai hidup menetap dan membangun rumah permanen.

Rumah dengan ruang terbuka untuk taman di tengah dan empat ruangan yang mengelilinginya populer pada masa Dinasti Umayyah dan terus digemari hingga dinasti setelahnya. Meski tiap zaman punya improvisasi dan kekhasan sendiri.

Pangeran Dinasti Umayyah, Abdul Rahman I, yang pergi dari Suriah ke Andalusia pada pertengahan abad kedelapan Masehi juga membangun hunian serupa. Rumah ini diberi nama al-Rusafa untuk mengenang mendiang kakeknya. Taman yang ada di bagian tengah rumah ini ditanami aneka tumbuhan eksotik koleksi raja.

Rumah-rumah eksotik ala Suriah ini pada umumnya dibuat bilateral. Sisi kanan dan kiri dibangun dalam ukuran sama. Ruangan-ruangan yang ada di sekeliling taman pun sebisa mungkin memiliki ukuran yang sama.

Dengan berkembangnya arsitektur Arab-Islam, konsep hunian dengan area terbuka menjadi model khas dan berakar kuat seiring kebutuhan terhadap ruang terbuka. Di Suriah, terutama di Kota Aleppo, hunian dengan ruang terbuka memiliki tiga elemen utama yakni lantai bawah tanah, lantai dasar (al salamlek) yang digunakan untuk aneka aktivitas keseharian, dan lantai atas (al haramlek) yang merupakan area privat.

Ketika terjadi peperangan, rumah dengan ruang bawah tanah amat berguna. Ruangan ini tak hanya menjadi pengatur suhu ruangan di atasnya, tapi juga tempat menyimpan stok makanan.

Di lantai dasar, rumah-rumah ini memiliki pintu utama yang umumnya serupa yakni dua daun pintu dari kayu sederhana. Karena semua rumah memiliki daun pintu yang hampir sama, maka dari luar sulit membedakan apakah si empunya rumah tergolong orang berada atau jelata.

Setelah melalui pintu masuk, biasanya terdapat satu pintu lagi atau gorden di ujung lorong yang menjadi gerbang masuk menuju area terbuka hunian berupa taman. Taman ini dilengkapi air mancur di tengahnya dan muka-muka bangunan di sekeliling taman.

Tata lansekap

Tata lansekap menjadi perhatian penting pula di rumah-rumah tradisional Suriah. Ada dua elemen utama di taman-taman tengah rumah Suriah, yakni tumbuhan berbunga yang memberi kesan warna dan aroma. Yang kedua adalah tumbuhan kelompok sitrus, seperti jeruk dan lemon. Upaya memanjakan mata juga tercermin di muka bangunan sekeliling taman yang sengaja ditata demikian cantik.

Bila tuan rumah menghelat jamuan atau pertunjukan, acara akan digelar di iwan. Iwan adalah aula terbuka dengan atap tertutup. Iwan biasanya sengaja ditempatkan di bangunan bagian utara agar angin sejuk tetap terasa di musim panas.

Iwan diapit dua ruangan simetris yang berhadapan dan berhias ornamen bebatuan. Lantai penghubung antara ruang terbuka hunian ke iwan biasanya dipasangi marmer warna-warni yang sekilas tampak seperti karpet oriental.

Iwan bisa dikatakan sebagai ruang paling istimewa dari seluruh bagian hunian. Karena digunakan untuk aneka perayaan termasuk Idul Fitri, di dalam iwan biasanya diletakkan barang-barang dan perabot terbaik. Di rumah-rumah pejabat di Aleppo, atap iwan berupa kubah. Sementara dapur dan kamar kecil biasanya ada di lantai dasar.

Di balai pertemuan utama (iwan), kabinet sengaja dibuat menyatu dengan dinding. Lemari ini menjadi tempat menyimpan pernak-pernik aksesori rumah. Dinding di tepian kabinet kadang dibalut batang-batang kayu berukir serupa dengan kabinet.

Langit-langit ruangan juga didekor sebagus mungkin dengan panel-panel kayu berukir bentuk geometris. Di beberapa rumah, atap iwan dibuat lebih tinggi dari atap ruangan lain. Simetri berperan penting dalam komposisi dekorasi langit-langit.

Dekorasi internal ini punya empat tipe pola yakni kaligrafi ayat Alquran atau puisi, lukisan bunga dan dedaunan, hewan-hewan seperti burung, serta pola geometris seperti lingkaran, persegi, dan segitiga.

Pola geometris juga dilengkapi batu warna-warni. Bebatuan aneka warna ini juga bisa ditemui di lantai yang menghubungkan iwan dengan ruangan di sisi kanan kirinya.

Di sekitar taman di tengah rumah, biasanya terdapat tangga untuk naik ke lantai satu. Di sana terdapat haramlek atau tempat para wanita. Area ini merupakan tempat tinggal kaum wanita di rumah tersebut dan letaknnya benar-benar terpisah.

Di lantai satu juga ada kamar-kamar yang utamanya ditujukan bagi sanak keluarga tuan rumah yang datang menginap. Di lantai satu juga biasanya terdapat teras-teras untuk bersantai sore pada musim panas.

Bagi para wanita, tersedia juga area balkon kayu atau mushrabiya yang menghadap ke luar rumah. Area ini dilengkapi penghalang berbahan kayu yang membuat para wanita tetap bisa melihat pemandangan luar rumah tanpa terlihat orang dari luar.

Jendela-jendela rumah beruang terbuka ini memiliki dua tipe, yakni jendela yang menghadap ke luar rumah dan yang menghadap ke taman di dalam area rumah. Untuk menghindari bagian dalam rumah banyak terekspos ke luar, jendela yang menghadap ke luar rumah biasanya berukuran kecil, minim dekorasi, dan terletak di lantai satu ke atas.

Sementara jendela yang menghadap ke taman dalam area rumah, justru dibuat lebar dan lebih dekoratif agar ventilasi udara menjadi lebih baik. Rangka jendela ini diletakkan sejajar dengan dinding. Sementara kerai atau pelindung jendela lainnya dipasang menjorok dari dinding.

Bentuk rumah yang memiliki taman atau ruang terbuka di tengahnya cocok untuk daerah iklim kering. Sebab, keberadaan taman akan memaksimalkan naungan dan menciptakan iklim mikro yang lebih nyaman.

Keberadaan tumbuhan dan air di taman rumah membantu menurunkan suhu udara dan melembapkan atmosfer dalam rumah. Koridor-koridor yang tak terlalu lebar juga membantu menciptakan kesejukan.      Oleh Fuji Pratiwi, ed: Wachidah Handasah

***

Masih Relevan Namun Kian Jarang

Jika dilihat dari luar, rumah-rumah di Suriah tampak begitu sederhana. Sulit membedakan antara rumah keluarga berada dan jelata. Kelas sosial sang pemilik baru akan terlihat pada luasan rumah dan dekorasi internal rumah. Rumah yang luas dimiliki keluarga kaya, rumah dengan luas sedang biasanya dimiliki para pedagang dan seniman pahat. Sementara rumah yang sederhana biasanya adalah rumah para pekerja.

Material bangunan sangat dipengaruhi konstruksi dan tradisi bentuk rumah-rumah pada umumnya di Suriah. Melimpahnya bebatuan di Aleppo membuat sebagian besar material bangunan menggunakan material itu. Dinding biasanya dibangun dari lapisan batu hitam dan putih yang disebut al-ablaq. Al-ablaq membentuk karakter dari rumah-rumah yang dibangun.

Faktor sosial, kultural, dan agama berperan penting dalam pembangunan rumah taman di Suriah. Kebutuhan terhadap privasi memengaruhi tata letak ruang dan perlakuan atas pintu masuk utama, termasuk jendela yang menghadap ke luar rumah, serta pemisahan ruang bagi tuan rumah dan tamu.

Bersilaturahim dengan mengundang sanak kerabat dan kolega, serta menyuguhkan hiburan bagi mereka menjadi bagian penting bagi banyak keluarga di Suriah. Silaturahim pada Kamis malam merupakan acara paling umum di sana. Tuan rumah mengundang sanak kerabat untuk makan malam dan menyajikan pertunjukan musik. Acara kumpul-kumpul para wanita juga sangat umum dan digelar sepekan sekali. Acara-acara kumpul semacam ini diyakini memperkuat ikatan kekeluargaan.

Rumah-rumah taman tradisional di Suriah dengan segala karakternya masih relevan hingga hari ini. Namun, sejumlah perubahan sepertinya tak bisa dihindarkan, seiring mengecilnya ukuran keluarga karena makin banyak wanita bekerja di luar rumah. Begitu pun pola berkumpulnya beberapa rumah tangga dalam satu rumah yang kini bergeser menjadi rumah tangga mandiri di rumah tersendiri.

Tak hanya itu, keluarga-keluarga modern Suriah saat ini mengandalkan apartemen bertingkat sebagai solusi hunian terjangkau dibandingkan rumah taman. Rumah-rumah yang memiliki taman di dalamnya kini makin jarang ditemui dan hampir sirna di tengah gempuran arsitektur kontemporer.      Oleh Fuji Pratiwi, ed: Wachidah Handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement