Senin 07 Sep 2015 16:00 WIB

Cahaya Islam di Bumi Volga

Red:

Di antara sekian banyak tempat perkembangan Islam di dunia, Rusia adalah salah satunya. Di Negeri Beruang Merah ini, saat ini terdapat 20 juta Muslim atau 15 persen dari 142 juta penduduk.

Muslim di Rusia tersebar dalam beberapa etnis, di antaranya Volga Tatar, Siberia Tatar, Chechen, Ingushs, Bashqorts, Dargins, Balkars, Avar, Karachays, dan lain-lain. Tidak seperti di negara-negara Eropa lainnya, Muslim Rusia merupakan penduduk asli, bukan imigran. Mereka adalah warga asli dan tinggal di Tanah Air mereka sendiri.

Sejarah mencatat, Islam datang secara bertahap dan mulai tersebar di wilayah Volga melalui aktivitas perdagangan dan hubungan ekonomi lainnya dengan negara-negara Muslim. Saat ini kawasan Volga dihuni oleh etnis Volga Tatar yang merupakan keturunan langsung dari kelompok etnis Bulgar.

Bulgar sendiri merupakan kelompok etnis dari Turki yang menghuni wilayah timur laut Kaukasus selama abad kelima pada era Kristen. Pada pertengahan abad ketujuh, sejumlah orang dari etnis Bulgar hijrah ke utara, yakni ke daerah Volga. Perpindahan ini terjadi setelah kerajaan mereka runtuh di tangan Khazar.

 Pada abad kedelapan, etnis Bulgar mendirikan Bulgar Raya di kawasan Volga Tengah, wilayah Republik Tatarstan modern. Sebelum Bulgar datang, kawasan ini dihuni oleh orang-orang Ugro-Finn. Meski demikian, kehadiran Bulgar di daerah itu tak menimbulkan pertumpahan darah. Bulgar datang dengan damai lalu membentuk kerajaan. Kemudian bangsa-bangsa Ugro-Finn, seperti Mordva, Mari, Chuvash, dan Udmurt hidup berdampingan secara damai dengan Bulgar di Kerajaan Bulgar Raya.

Kerajaan Bulgar membentang di kawasan strategis tempat bertemunya aliran dua sungai besar, yakni Kama dan Volga. Sungai besar itu menjadikan Bulgar sebagai pusat bagi rute perdagangan penting antara Asia dan Eropa. Pedagang dari berbagai negara bertemu di tempat tersebut, terutama di Aga Bazar yang terletak di dekat Sungai Volga, tak jauh dari pelabuhan.

Pedagang-pedagang dari India, Cina, Iran, dan Asia Tengah membawa emas, perak, sutra, dan aneka barang pecah belah yang terbuat dari porselen. Mereka juga memperdagangkan parfum, buku, kertas, buah-buahan, dan rempah-rempah.

Barang dagangan lain seperti aneka karpet dibawa oleh para saudagar dari Bizantium dan Armenia. Pedagang dari Damaskus, Iran, dan Prancis juga ambil bagian dari perdagangan, dengan menjual pedang, belati, dan pisau. Sementara, para pedagang Rusia membawa budak dan bulu binatang. Pedagang dari Eropa dan daerah Baltik juga membawa budak serta batu ambar. Sedangkan, saudagar dari daerah Laut Kaspia berdagang garam. Bulgar sendiri juga menyumbangkan banyak komoditas untuk perdagangan tersebut.

"Parafin, panah, kulit kayu birch, topi bulu berkualitas tinggi, lem ikan, gigi ikan, batu ambar, kulit kuda, madu, hazelnut, elang, pedang, baju besi, kayu khalanj, budak Slavia, domba, dan sapi, itu semua berasal dari Bulgar," kata sejarawan Muslim, Imam Muhammad al-Maqdisi.

Berkat aktivitas perdagangan yang cukup masif, Bulgar Raya menjadi kerajaan yang terkenal sekaligus terkaya di kawasan Eurasia pada masa itu. Sepersepuluh dari keuntungan yang diperoleh para pedagang tersebut disetorkan ke kas Kerajaan Bulgar sebagai pajak.

Berkat aktivitas perdagangan itu pula, Islam tersebar di kerajaan ini. Shihabetdin Marjani, sejarawan dan filsuf Tatar yang hidup pada abad ke-19, mengatakan, Kota Bulgar merupakan kota termaju ketiga setelah Roma dan Konstantinopel. Islam, kata dia, masuk ke wilayah ini bersamaan dengan masuknya Islam ke Andalusia.

Islam menyebar di tanah Bulgar secara damai. Bahkan, terdapat bukti yang menunjukkan Islam diakui sebagai agama resmi Kerajaan Bulgar pada 922 M. Bin Salki Belekver, tokoh yang memimpin Bulgar pada 895-925 M, pernah berkirim surat kepada Khalifah Abbasiyah al-Muqtadir Billah dan meminta untuk dikirimkan cendekiawan Muslim yang bisa mengajarkan agama dan syariah. Dia juga meminta khalifah untuk mengirimkan insinyur yang terampil untuk membangun masjid dan benteng.

Permintaan itu mendapat respons positif dari khalifah, yang segera mengirimkan cendekiawan Muslim serta insinyur ke Bulgar. Kala itu, khalifah mengirim utusan ke Bulgar, yakni Abu al-Abbas Ahmad bin Fadhlan al-Baghdadi. Utusan yang membawa surat resmi dari khalifah tiba di Bulgar pada Ahad, 12 Muharram 310 H atau 922 M

Sekitar 4,5 km dari Bulghar, sang raja sendiri yang menyambut mereka dan ketika dia melihat rombongan dia bersyukur dan bersujud kepada Allah karena mereka telah sampai dengan selamat. Kemudian sang raja juga melempar koin di jalan yang telah dilalui mereka. Saat sang utusan khalifah membacakan surat itu, Raja Bulgar Bin Salki Belekver mendengarkannya sambil berdiri sebagai tanda penghormatan.

Usai mendengarkan isi surat itu, sang raja pun menyatakan akan memasukkan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Ia pun mengubah namanya menjadi Ja'far bin 'Abdullah. Setelah itu hubungan antara Kekhalifahan Abbasiyah dan Kerajaan Bulgar berlanjut dan kian hangat.

Beberapa tahun kemudian, rombongan dari Bulgar, termasuk anak sang raja, menunaikan ibadah haji di Makkah. Sejarawan Muslim Ali al-Mas'udi menyebut, delegasi Bulgar itu juga mengunjungi Baghdad dan membawa hadiah untuk khalifah Abbasiyah.

Sebarkan Islam

Kerajaan Bulgar memainkan peranan penting dalam menyebarkan Islam ke wilayah-wilayah lain di Rusia. Pada 985 M, Raja Bulgar mengutus beberapa cendekiawan Muslim untuk menemui Raja Rusia Vladimir Agung. Tujuannya untuk memperkenalkan Islam kepadanya. Namun, ketika Raja Vladimir mengetahui Islam melarang alkohol, dia menolak menerima agama Allah ini dan lebih memilih Kristen Ortodoks.

Kerajaan Bulgar juga memperkenalkan Islam kepada masyarakat Bashqort yang tinggal di wilayah Pegunungan Ural. Ahli geografi Muslim Yaqut Al Hamawi berkisah, ia melihat seorang Muslim Basqhort di Aleppo, Suriah. Dia mengatakan, ada tujuh Muslim dari Kerajaan Bulgar untuk menyebarkan Islam ke wilayah Basqhort.

Seiring berjalannya waktu, pamor Kerajaan Bulgar perlahan meredup. Pada 1236, wilayah Bulgar diserang pasukan Mongol. Tak kuasa menahan gempuran Mongol, Kerajaan Bulgar pun akhirnya takluk, begitu pula dengan beberapa suku lain, seperti Alans, Kipchak, Mordva, dan suku-suku Ugro-Finn lainnya.

Dalam kurun waktu 1237-1240, satu per satu kerajaan-kerajaan kecil Rusia ditaklukkan. Pada 1242 (sumber lain mengatakan awal 1243), Kekaisaran Golden Horde didirikan, dan wilayahnya meliputi Rusia, seperti Moskow, Kiev, dan lainnya serta sejumlah negara di Eropa Timur, seperti Polandia dan Hungaria. Bangsa Mongol di Golden Horde juga dikenal sebagai Mongol Kipcak, mengacu pada bangsa yang mereka taklukkan sebelumnya di wilayah tersebut, yaitu bangsa Turki Kipchak.

Pada 1261, salah satu penguasa Mongol, yakni Berke Khan menerima Islam. Hal ini juga mendorong penduduk Golden Horde untuk memeluk Islam. Berke merupakan pangeran yang cukup senior pada kekaisaran Mongol, salah satu cucu Jenghis Khan dan menyertai kakeknya dalam banyak pertempuran. Salah satu sumber menyebut, ia telah dididik secara Islam sejak kecil. Sedangkan, sumber lain menyebut, ia masuk Islam berkat peranan seorang sufi dari Khawarizm bernama Saifuddin.

Meski merupakan kekaisaran Islam, Golden Horde memiliki sejumlah wilayah yang didiami penduduk Kristen, seperti Rusia, Armenia, Alans, dan Krimea Yunani. Sejarah mencatat, Golden Horde mampu mempertahankan agama Islam hingga lebih dari dua abad.

Pada awal abad ke-15, sejumlah kerajaan Islam muncul sebagai pecahan dari Kekaisaran Golden Horde. Kerajaan-kerajaan itu di antaranya Nughay, Astrakhan, Krimea, Siberia, dan Kazan. Kerajaan-kerajaan itu menguasai hampir semua wilayah Rusia modern, kecuali wilayah antara Moskow dan Kiev.

Namun, tak lama kemudian, Rusia berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan kecil tersebut dan membentuk Kekaisaran Rusia yang dengan cepat mulai menjajah negara-negara tetangga. Kerajaan Khazan yang terletak di wilayah bekas Kerajaan Bulgar jatuh ke tangan Rusia pada 15 Oktober 1552. Berikutnya, wilayah Volga dan Laut Kaspia dibuka oleh Rusia.

Pada 1556, giliran Kerajaan Astrakhan dikalahkan Rusia. Lalu menyusul Bashqor dan Udmurt pada 1557. Lalu, pada 1598, seluruh wilyah Siberia berada di bawah pemerintahan Rusia.

Akhirnya, Kekaisaran Rusia pun lahir secara brutal. Toleransi agama dan ras yang pernah tumbuh subur di wilayah Golden Horde sirna. Selama lebih dari empat abad, Rusia yang kemudian menjadi Uni Soviet menerapkan kebijakan untuk mengenyahkan Islam. Sepanjang era Uni Soviet, umat Islam mengalami masa-masa suram. Tak sedikit ulama yang diculik dan dipenjara.

Ketika era Soviet tumbang, cahaya Islam pun mulai merekah kembali. Situasi politik yang membaik memungkinkan terjadinya pembaruan Islam di negara ini. Di Kazan, ibu kota Republik Tatarstan misalnya, puluhan masjid didirikan. Salah satunya, Masjid Qul Sharif, yang dinobatkan sebagai salah satu masjid terbesar di Eropa. Bahkan, pada tahun 2000, masjid ini dinyatakan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO. Universitas dan sekolah-sekolah Islam pun tumbuh dan berkembang di salah satu republik di Rusia ini. Pada saat yang sama, Muslimah berjilbab bukan lagi pemandangan aneh di Kazan, yang kini merupakan salah satu kota terbesar di Rusia.

Rasanya tak berlebihan jika berharap suatu saat Islam akan kembali berjaya di Rusia, termasuk di tanah Volga.  c35 ed: Wachidah Handasah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement