Senin 27 Oct 2014 13:00 WIB

Pengajian Berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi

Red:

Ribuan jamaah haji asal Indonesia dan Malaysia mengerubungi Ustaz Abdullah Roy MA di area shalat dekat pintu nomor 19, Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Kamis (23/10) bakda shalat Ashar waktu Arab Saudi (WAS).

Mereka duduk melingkari Ustaz Abdullah yang menghadap kiblat. Para jamaah terlihat antusias mendengarkan pemaparan Ustaz Abdullah yang bertema sejarah makam Rasulullah Muhammad SAW, makam sahabat Abu Bakar Shidiq AS dan Umar bin Khattab AS, serta adab-adab menziarahi ketiga makam beliau. Ketiganya dimakamkan di Masjid Nabawi, dekat mimbar shalat. Sesekali, sejumlah jamaah terlihat mengangguk-anggukan kepala karena memahami materi pengajian.

Di antara ribuan jamaah haji tersebut terdapat jamaah bernama Mansyur. Dia terlihat serius mendengarkan tausiah dari Ustaz Abdullah. Seusai pengajian, Mansyur yang berasal dari Banten ini mengaku mendapatkan banyak wawasan.

"Karena menggunakan bahasa Indonesia, jadi mudah dipahami, dan ada hal-hal baru yang saya baru tahu tentang adab-adab berziarah kubur," katanya. Ia mengaku, sudah lima hari berada di Madinah untuk menjalani ibadah sunah Arbain.

Sutrisno, jamaah asal Palembang, yang baru dua hari berada di Madinah, juga mengaku senang mendengarkan ceramah berbahasa Indonesia tersebut. Pengajian ini juga diminati jamaah haji asal Malaysia, seperti Aman bin Abdul Latif. Jamaah haji asal Kelantan, Malaysia, ini mengaku mendengarkan pengajian karena mudah dipahami. "Saya sudah berkeliling ke area-area pengajian dan mayoritas berbahasa Arab atau Urdu," tutur jamaah berusia 41 tahun ini. Persis di seberang pintu 19, puluhan jamaah haji dari Afrika dan Timur Tengah mendengarkan ceramah yang disampaikan ustaz dengan bahasa Inggris. Agak ke depan dari majelis pengajian ini, duduk melingkar ratusan jamaah haji asal semenanjung Arab atau warga setempat (Madinah) yang khusyuk mendengarkan tausiah seorang ustaz dengan bahasa Arab.

Kuliah umum tentang fikih Islam tersebut merupakan hal rutin setiap bakda shalat fardhu di beberapa sudut/area Masjid Nabawi. Umumnya, pengajian digelar bakda shalat Shubuh, Ashar, dan Maghrib. Pengisi pengajian adalah ustaz-ustaz yang ditunjuk pengurus Masjid Nabawi berdasarkan bahasa asal setiap jamaah, termasuk Bahasa Indonesia.

Selain Ustaz Abdullah Roy MA, mahasiswa S-3 Jurusan Fikih Universitas Islam Madinah, pengajian berbahasa Indonesia juga disampaikan Ustaz Firanda Andirja MA dan Ustaz Anas Burhanudin MA. Sesuai jadual, Ustaz Firanda Andirja menyampaikan pengajian pada bakda shalat Maghrib di pintu 19. Sedangkan, Ustaz Anas memberikan pengajian berbahasa Indonesia pada bakda Subuh.

Karjo, Kloter 46 Embarkasi Solo, atau warga Kabupaten Banyumas (Jateng) mengaku mendapatkan banyak pemahaman terkait fikih Islam, khususnya soal miqat haji. "Saya sudah mengikuti pengajian saat bakda Maghrib, Subuh, dan Ashar. Semua materinya bagus-bagus, memberikan wawasan baru, meski sebagian sudah pernah saya baca dalam literatur-literatur," katanya.

Seusai pemaparan, biasanya sejumlah jamaah haji memberikan pertanyaan. Salah satu pertanyaan yang diajukan, di antaranya, mengapa nabi-nabi diturunkan di Tanah Arab, dasar hukum shalat Arbain, pertanyaan tentang bolehkah menghadiri undangan yang menampilkan penyanyi dangdut dengan baju seronok, serta pertanyaan-pertanyaan lain seputar fikih Islam.

Seusai pengajian, Ustaz Firanda berkenan menerima Media Center Haji (MCH). Dia menjelaskan, pengajian dalam Bahasa Indonesia itu merupakan program pengurus Masjid Nabawi dalam memberikan pencerahan dan menambah wawasan jamaah haji dan umrah, khususnya dari Indonesia dan Malaysia yang jumlahnya banyak di Tanah Suci.

"Selain berbahasa Indonesia, pengajian serupa juga menggunakan bahasa Urdu, Pakistan, Bangladesh, Inggris, Prancis, dan Arab, ustaz-ustaznya pun dipilih oleh pengurus Masjid Nabawi," katanya. Selain jamaah haji dan umrah, pengajian tersebut juga bisa diikuti tenaga kerja Indonesia (TKI) atau warga Indonesia yang bekerja dan menetap di Madinah.

Untuk menyeleksi penceramah atau ustaz, pengurus Masjid Nabawi menyeleksi secara ketat. Salah satunya menggandeng Universitas Islam Madinah. Universitas ini kemudian menyeleksi sejumlah mahasiswa dan akhirnya terpilih tiga mahasiswa S-3, yakni Ustaz Firanda, Ustaz Abdullah, dan Ustaz Anas. Mereka kemudian diseleksi lagi oleh ulama-ulama Haramain di Madinah. "Meski terpilih di universitas, kami masih direkomendasikan oleh ulama salaf di Madinah," jelas Firanda. 

Usia Firanda terbilang masih muda. Ia dilahirkan pada 28 Oktober 1979 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Beliau mengenyam pendidikan TK hingga SMA di Papua kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Di UGM, beliau hanya belajar dua semester, kemudian banting setir belajar agama dan melanjutkan kuliah di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Kini, beliau sedang menempuh S-3 Jurusan Akidah di universitas tersebut. oleh: zaky al hamzah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement