Sabtu 16 Aug 2014 16:00 WIB
Liputan Khusus HUT Ke-69 RI

Mencetak SDM Andal

Red: operator

BALAI LATIHAN KERJA SANGAT PENTING UNTUK MENCETAK TENAGA KERJA YANG DIBUTUHKAN PASAR KERJA DAN INDUSTRI.

Enam puluh sembilan tahun menjadi negara merdeka, banyak hal yang sudah dilalui Indonesia sebagai suatu negara yang berdaulat. Sejak menjadi negara merdeka, Indonesia memiliki posisi yang diperhitungkan dalam hubungan internasional.

Dalam waktu tak lama lagi, Indonesia juga akan memasuki babak baru dalam kehidupan internasional, khususnya di kawasan regional. Di depan mata, masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) sudah menunggu partisipasi dari 10 negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia sebagai suatu komunitas yang terintegrasi.

Layaknya sebuah komunitas, akan banyak interaksi yang terjadi di dalamnya. Saling memberi dan menerima guna mencapai kehidupan yang saling menguntungkan. Bak dua mata pisau, MEA juga bisa dipandang sebagai sebuah peluang dan ancaman bagi Indonesia.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Damawan/Republika

Peluang jika Indonesia siap menghadapinya dan ancaman jika kita tidak mempersiapkan menghadapi persaingan yang sangat ketat tersebut.

Pengamat Ekonomi Institute for Developement and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang begitu besar menjadi modal utama dalam MEA.

Jumlah penduduk yang besar merupakan peluang baik dari sisi pasar maupun input SDM.Dipadukan dengan kekayaan alam yang melimpah, kombinasi ini menjadi perpaduan cantik untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan mengambil manfaat dari MEA. Catatannya, kata dia, SDM Indonesia harus meningkatkan kualitas dan meningkatkan penguasaan dari sisi teknologi.

"Meskipun peluang begitu besar terpampang di hadapan, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah untuk terus meningkatkan kualitas SDM. Pasar ASEAN yang lebih besar dibandingkan pasar Indonesia, harus disiasati dengan peningkatan kualitas SDM tersebut. Hal ini penting agar Indonesia bukan hanya menjadi target pasar dari MEA," kata Enny.

Masih ada waktu beberapa bulan menjelang MEA berlangsung. Enny optimistis Indonesia masih memiliki waktu untuk berbenah. Balai-balai latihan kerja (BLK) yang dimiliki oleh pemerintah maupun perusahaan harus dioptimalkan untuk melatih tenaga kerja profesional yang sesuai kebutuhan industri.

Jika seluruh SDM Indonesia bisa dioptimalkan, ia yakin bisa menahan serbuan SDM asing yang kemungkinan akan datang saat MEA sudah dibuka.

Sebagai gambaran, penduduk Malaysia hanya sebanyak penduduk Jakarta. Penduduk Singapura lebih sedikit lagi.

"Sudah menjadi hukum ekonomi kalau ada tenaga kerja lokal dan tenaga kerja asing memiliki kemampuan yang sama, sudah pasti suatu perusahaan akan memilih tenaga kerja lokal. Mereka lebih paham budaya dan lingkungan yang ada di sekitar perusahaan," ujar Enny.

Namun, tak bisa dimungkiri, teknologi yang digunakan di Indonesia saat ini masih mengadopsi teknologi dari luar.

Hal ini berdampak pada ketergantungan terhadap ahli-ahli teknologi dari luar negeri. Menurutnya, ketergantungan ini harus segera diantisipasi secepatnya.

Ia optimistis SDM Indonesia perlahan bisa mengejar dan menciptakan teknologi secara mandiri. Apalagi, setiap tahun, banyak ahli teknologi dari dalam dan luar negeri yang dihasilkan. Indonesia juga memiliki banyak diaspora yang tersebar di seluruh dunia.

Dalam jangka panjang, kata dia, pemerintah perlu membuat program untuk peningkatan SDM. Dari jumlah ang katan kerja yang begitu melimpah di Indonesia, lebih dari 40 persennya hanya menempuh pendidikan hingga SD, atau bahkan lebih rendah. Dari sisi kualitas, tingkat pendidikan yang rendah ini akan berpengaruh terhadap produktivitas dan penguasaan teknologi.

Penyebaran tenaga kerja juga belum merata di seluruh Indonesia. SDM andal baru terbatas di kota. Padahal, pusatpusat pertumbuhan ekonomi berada di daerah. Misalnya, potensi perkebunan atau pertambangan yang notabene berlokasi di luar Jawa.

Pemerintah, kata dia, perlu membangun pusat-pusat ekonomi di luar Jawa sehingga diikuti SDM berkualitas.

Seperti ungkapan ada gula ada semut, pusat-pusat pertumbuhan di luar Jawa akan diikuti oleh pengembangan SDM di luar Jawa pula. Proses transfer teknologi dari Jawa ke luar Jawa perlahan akan melahirkan tenaga-tenaga ahli dan SDM andal.

"Saat ini, sudah banyak pula masyarakat luar Jawa yang menempuh pendidikan di Jawa namun tak segera kembali karena di daerahnya belum dibangun industri," jelas Enny.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) Muhaimin Iskandar mengatakan, pihaknya siap melakukan revitalisasi BLK di berbagai daerah. BLK milik pemerintah daerah di tingkat provinsi, kabupaten/kota yang kondisinya terbengkalai dan tidak berfungsi secara optimal dalam menyelenggarakan pelatihan kerja akan diambil alih oleh pusat.

Pengambilalihan pengelolaan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja BLK dan memberikan manfaat yang maksimal untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan keterampilan dan kompetensi pekerja di daerah.

"Saat ini sebagian besar BLK di daerah-daerah belum memiliki kualitas, kapasitas pelatihan, dan instruktur yang memadai. Masih banyak BLK UPTD (Unit Pelayanan Teknis Daerah) milik pemda yang memerlukan pembenahanpembenahan menyeluruh," tuturnya.

Ada beberapa aspek yang harus dibenahi yaitu infrastruktur dan peralatan pelatihan, kuantitas, dan kualitas instruktur, metode dan kurikulum pelatihan, serta manajemen pengelolaan BLK. Berdasarkan data Kemenakertrans terakhir menyebutkan, dari 252 BLK milik Pemda hanya 10 persen yang ada dalam kondisi baik. Selebihnya, 49 persen BLK dalam kondisi sedang, dan 41 persen dalam keadaan buruk.

Muhaimin mengungkapkan, pemerintah daerah sering kali tidak memiliki anggaran yang cukup untuk mengelola BLK. Padahal, BLK sangat penting untuk mencetak tenaga kerja yang dibutuhkan pasar kerja dan industri.

Muhaimin berharap pemerintah daerah lebih serius mengelola dan mengembangkan BLK, yaitu dengan meningkatkan alokasi anggaran serta merintis kemitraan yang kreatif dengan perusahaan-perusahaan swasta.

Keberadaan BLK-BLK di pusat dan daerah harus dimanfaatkan secara maksimal karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan dan kompetensi para pencari kerja karena program pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja dan industri.

"Kemenakertrans terus melakukan proses pembenahan dalam aspek pelatihan, sertifikasi, dan penempatan di balai latihan kerja dengan sasaran para pengangguran, pencari kerja, dan masyarakat umum. Sehingga, nantinya lulus an BLK langsung dapat terserap pasar kerja di daerah," kata dia.

Setelah berlatih keterampilan dan kompetensi kerja di BLK, para pen cari kerja dan pengangguran diharapkan dapat segera mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan, minat, dan bakatnya. Bahkan, diharapkan mereka dapat berwirausaha dan membuka lapangan kerja baru yang bisa bermanfaat lebih besar bagi masyarakat luas.

rep:Dwi Murdaningsih  ed: anjar fahmiarto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement