Sabtu 12 Nov 2016 18:00 WIB

Menimbang Surel, Sutron, Posel, dan KTP Elektronik (Bagian 2)

Red:

 Ahli bahasa menjelaskan, ada alasan ilmiah untuk pemilihan kata pos-el secara terminologi. Pos-el bukan sekadar akronim. Ahli bahasa, Meity Qodratillah, menyatakan, kata 'pos-el' termasuk perangkat istilah yang bersistem. Perangkat istilah ini termasuk pembahasan aspek semantik peristilahan.

Perangkat istilah yang bersistem ini dijelaskan dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2005: 16), Dalam bidang tertentu deret konsep yang berkaitan dinyatakan dengan perangkat istilah yang strukturnya juga mencerminkan bentuk yang berkaitan dengan konsisten.

Dia pun mencontohkan, jika melihat dari paradigma bentuk dan makna, yakni absorb (serap), absorber (penyerap), absorption (penyerapan; serapan), absorbable (terserapkan), dan absorbability (keterserapan). Menurut dia, setiap menemukan bentuk -tion, -able, dan -ability, dapat diramalkan bahasa Indonesianya menjadi pe-an/-an, ter-kan, dan keter-an.

Semua itu termasuk perangkat bersistem (bentuk dan makna). Saat ini, banyak istilah asing yang diawali dengan e-, antara lain, e-mail, e-book, e-money, e- health, dan eprocurement. Menurut Meity, hal tersebut dapat juga dipadankan dengan bentuk yang teratur menjadi pos-el, buku-el, uang-el, kesehatanel, dan pengadaan-el.

Keberadaan tanda hubung disesuaikan dengan istilah seperti bahasa sumbernya. Suatu saat, tanda tersebut bisa hilang. Namun, hingga kini, bentuk baku dari kata-kata tersebut dalam bahasa aslinya masih menggunakan tanda hubung.

Meity pun menjelaskan, dalam peristilahan ada yang disebut dengan istilah baku dan istilah trivial. Istilah trivial artinya bentuk yang digunakan sehari-hari bukan dalam ragam resmi, katanya. Berkaitan dengan penggunaan surel dan posel atau pos-el, pengguna atau penutur bahasa bisa menggunakan kata-kata tersebut sebagai variasi.

Kalau pencipta waktu itu tidak memikirkan bentuk istilah lain yang menggunakan unsur e, keluarnya surel atau posel. Namun, sebagai ter mi nolog, ia akan memikirkan bentuk lain yang mengandung unsur e- tadi, sehingga bahasa akan tertata dan dapat dirunut kaidahnya, kata Meity yang sedang mengikuti kursus terminologi dari Universitas Barcelona ini.

Satu hal yang perlu diingat, bahasa memiliki sifat dinamis. JS Badudu pernah mengintisarikan pernyataan Anton Moeliono mengenai bahasa baku dalam Cakrawala Bahasa Indonesia. Menurut dia, Bahasa baku itu harus mantap tetapi dinamis, yaitu terbuka untuk perubahan yang bersistem; harus cendekia karena bahasa Indonesia baku harus mampu mengungkapkan pemikiran yang rumit di bidang ilmu pengetahuan.

Pada masa mendatang, tak bisa dimungkiri jika istilah baru yang memuat kata 'elektronik' akan banyak bermunculan. Saat ini, banyak betebaran kata yang mengandung ekemudian diserap menjadi -elektronik yang dipendekkan menjadi -el. Tak sedikit pula yang sudah dipadankan dalam bahasa Indonesia, misal e-KTP (KTP-el), dan e-commerce (niaga elektronik/niaga-el).

Padanan kata untuk e-mail atau email, saat ini yang telah dibakukan oleh KBBI V adalah kata posel dan surel. Posel tidak lagi berbentuk pos-el. Pos-el termasuk dalam perangkat bersistem di bidang pemadanan peristilahan. Kata surel juga bukan bentukan dari sur-el, seperti pos-el. Dia merupakan bentuk akronim.

Jika disesuaikan dengan sistem peristilahan seperti pos-el, kata yang terbentuk seharusnya adalah surat-el. Surat-el memang akan terasa lebih asing. Apalagi, untuk padanan kata lainnya, seperti tiket-el (e-ticket), pembelajaran-el (e-learning), buku-el (e-book), dan uang-el (e-money).

Tanpa disadari, sebenarnya bahasa Indonesia banyak memungut katakata dalam bahasa asing. Misalkan, kursi, jendela, buku yang kini umum digunakan. Media massa mempunyai gaya bahasa tersendiri dalam menyampaikan berita. Para wartawan, seperti halnya sastrawan, bebas bereksperimen dengan bahasa.

Mereka terka dang mencetuskan atau menghimpun kata serta istilah yang beredar di masyarakat. AP style di luar negeri yang mengubah e-mail menjadi email. Begitu juga di Indonesia, padanan istilah untuk email berbeda-beda dari waktu ke waktu, karena perubahan sosial dan bahasa. Kata yang jamak ditemukan di media massa, termasuk Republika adalah surel, dibandingkan kata lainnya. Namun, pos-el, posel, surat-el, atau surel, bisa digunakan untuk pengayaan bahasa Indonesia.      Oleh Ririn Liechtiana,Kepala Bahasa Republika, ed: Stevy Maradona

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement