Sabtu 29 Oct 2016 15:00 WIB

Ekspedisi Menembus Langit Raih Rekor MURI

Red:

JAKARTA -- Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan penghargaan pada tim pesawat tanpa awak (unnamed aerial vehicle/UAV) Ai-X1 atau yang disebut Ekspedisi Menembus Langit, Jumat (28/10).

"Hari ini MURI dengan bangga memberika penghargaan, pesawat ulang alik pertama yang terbang 10 km di atas permukaan bumi," kata Wakil Direktur MURI, Omar Semesta, di Gedung Cyber, Tendean, Jakarta, Jumat (28/10).

Pesawat Ai-X1 atau yang disebut Ekspedisi Menembus Langit berhasil diterbangkan pada Jumat (28/10) sekitar pukul 06.00 WIB. Penerbangan pesawat buatan anak dalam negeri itu diluncurkan di Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Lapan, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.

Pemantauan cuaca dan angin juga dilakukan sejak pukul 05.00 WIB di Gedung Cyber, Jakarta. Penerbangan dibantu menggunakan balon cuaca hingga ketinggian 30 km di atas permukaam bumi. Setelah itu, pesawat Ai-X1 akan melanjutkan perjalanan mengeksplorasi stratosfer.

Omar berujar, MURI bangga ada pesawat tanpa awak buatan anak negeri yang mencapai ketinggian 10 km pada Hari Sumpah Pemuda. MURI, ia melanjutkan, memberikan penghargaan bukan dari ketinggian, tapi pertama-nya.

"Ini pesawat tanpa awak pertama yang capai ketinggian 10 km," ujar dia.

Kendati tidak mencapai target 30 km, Omar berharap Ekspedisi Menembus Langit dapat menjadi pembuka perkembangan bidang teknologi kedirgantaraan dan kajian ilmu aeronautika. Peluncuran pesawat tanpa awak sempat menemui kendala. Yakni, saat pesawat yang telah terbang hingga ketinggian 10 km dari target 30 km terpaksa kembali mendarat di Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer milik Lapan.

"Pesawat kembali mendarat karena ketidakakuratan GPS saat itu. Itu analisis dari sana (Pameungpeuk)," kata Program Director Menembus Langit, Azhar T Pangesti, di lokasi pemantauan Gedung Cyber, Jakarta, Jumat (28/10).

Ia menjelaskan, kualitas GPS pesawat mengalami penurunan fungsi pada ketinggian 10 km dari permukaan bumi. Salah satu kendala lain, yakni cuaca yang berawan membuat sinyal pesawat terganggu.

Azhar mengatakan, kondisi tersebut menyebabkan pesawat langsung mengaktifkan file safe atau kondisi menyelamatkan diri. Kondisi ini menarik pesawat yang terikat balon cuaca untuk melepaskan diri dan kembali mendarat.

AeroTerrascan yang merupakan pelopor pesawat Ai-X1 menyertakan balon cuaca untuk mengantar pesawat hingga ketinggian 30 km. Setelah mencapai target ketinggian, balon cuaca seharusnya melepaskan diri dari pesawat. Sementara, pesawat terus terbang untuk mengeksplorasi stratosfer atau pada ketinggian 100 km di atas permukaan bumi.

Ia menambahkan, peluncuran kembali dilakukan pada Sabtu (29/10) di Pameungpeuk, Garut. "Kita akan terbangkan ulang, tapi tidak sekarang, kemungkinan besok (Sabtu)," tutur Azhar.

Sementara itu, salah satu inisiator Menembus Langit, Dian Rusdiana Hakim, menjelaskan para perancang memprogram keamanan pesawat sangat ketat. "Kita tidak tahu apa yang nanti akan terjadi. Bagaimana di atas," ujar dia.

Dian menuturkan, butuh kondisi cuaca tertentu untuk menerbangkan pesawat Ai-X1, seperti cuaca cerah dan tidak berawan. "Itu, biar tidak ganggu performa pesawat. Tapi, tadi awan lumayan agak tebal," katanya menjelaskan.     rep: Umi Nur Fadhilah, ed: Muhammad Hafil 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement