Selasa 12 Aug 2014 12:00 WIB

Pengguna Kontrasepsi Jangka Panjang, Minim

Red:

BANDUNG –– Pencapaian prevalensi penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Jabar, masih minim. Penggunanya, masih berkutat di angka 20 persen. Bahkan, hingga pertengahan tahun ini, MKJP masih tersendat pada angka 20,44 persen. Padahal, Jabar menargetkan bisa sekitar 22,7 persen. Namun, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jabar masih kesulitan mencapai target tersebut.

"Empat daerah bahkan tercatat pemakaian MKJP-nya di bawah 15 persen,'' Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat Siti Fathonah, Senin (11/8).

Fathonah mengatakan, ke empat daerah uang pemakaian MKJP-nya di bawah 15 persen adalah Kabupaten Karawang (13,88 persen), Kabupaten Sukabumi (13,54 persen), Kabupaten Bogor (12,92 persen), dan Indramayu (12,50 persen). Namun, kata dia, ada tiga dae rah lain yang sukses mencatatkan pencapaian fantastis pemakaian MKJP. Yakni, Kota Bandung (41,51 persen), Subang (32,08 persen), dan Cimahi (30,94 per sen).

Ternyata, kata dia, peserta KB di Jabar masih sangat di dominasi suntik dan pil. Angkanya, mencapai 77,5 persen. Yakni, dengan rincian suntik 48,5 persen dan pil 29 persen. Selain itu, terdapat IUD (12,7 persen) dan implant (4 per sen). Adapun metode operasi wanita 3,4 persen dan metode operasi pria kurang dari 1 persen. ''Berarti seluruh peserta KB, seperlima nya menggunakan MKJP," kata Fathonah.

Menurut Fathonah, kinerja program KKBPK Jabar sampai semester pertama tahun ini secara umum cukup menggembirakan. Hal tersebut, tercermin dalam hasil pencapaian Kontrak Kinerja Provinsi (KKP) yang masih on the track. Bahkan, beberapa indi kator di antaranya sudah me lampaui KKP yang harusnya ditargetkan bisa dituntaskan pada akhir tahun.

Sampai Juni 2014 ini, kata dia, jumlah peserta aktif (PA) atau contraceptive prevalence rate (CPR) mencapai 73,74 per sen dari total pasangan usia subur (PUS). Secara per sentase, penyumbang utama tiga besar PA ada di Kabupaten Bandung (81,97 persen), Kabupaten Sumedang (81,17 persen), dan Kota Cirebon (80,60 persen).

Sementara untuk tiga daerah dengan pencapaian PA terendah, adalah Kabupaten Tasikmalaya (63,66 persen), Kabupaten Subang (65,60 persen), dan Kabupaten Sukabumi (69,17 persen).

"Dibanding perkiraan permintaan masyarakat (PPM), jumlah ini sudah melampaui ekspektasi hingga 120,60 persen,'' kata Fathonah. Daerah di Jabar yang melebihi ekspektasi, kata dia, di antaranya Kabupaten Ciamis, Kota Depok, dan Kota Tasik malaya yang mencatat persentase hingga masing-masing 135,15 persen, 133,26 persen, dan 130,25 persen. ''Hanya Kota Cimahi yang belum memenuhi target pencapaian. Hingga Juni, Kota Cimahi sudah mencatatkan pencapaian 88,11 persen," katanya.

Dikatakan Fathonah, keluarga Jabar hari ini merayakan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXI di Open Space Gallery Linggarjati, Kuningan. Perayaan, dihadiri langsung Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Sekretaris Utama (Sestama) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Ambar Rahayu, pimpinan daerah se-Jawa Barat, dan pengelola program Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di Jawa Barat.

Peringatan Harganas ke- 21, kata dia, merupakan momentum tepat untuk melakukan refleksi dan evaluasi atas upaya-upaya yang telah dila kukan dalam meningkat kan kualitas keluarga di Jawa Barat. Tema sentral Harganas XXI, yaitu "Melalui Hari Keluarga Kita Tingkatkan Kua litas Keluarga dalam Mewujudkan Jawa Barat Maju Sejahtera untuk Semua". Motto nya, "Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera, Keluarga Masa Depan Jawa Barat". Ujar Heryawan. rep:arie lukihardianti  ed: agus yulianto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement