Senin 08 Sep 2014 12:00 WIB

Transportasi Belum Masuk E-Hajj

Red:

JEDDAH -- Penerapan sistem e-hajj yang dijalankan Pemerintah Arab Saudi dan Indonesia pada musim haji 1435 Hijriyah dinilai belum efektif untuk sistem transportasi jamaah calon haji.

Pegawai Naqoba masih terlihat sibuk menempel stiker barcode di paspor jamaah calon haji asal Indonesia sesaat ketika mendarat di Bandara International King Abdul Aziz, Jeddah, sehingga prosesnya memakan waktu lama.

Padahal, sistem e-hajj sudah berjalan efektif dalam proses imigrasi. Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Jeddah Ahmad Abdullah Yunus mengatakan, penerapan sistem e-hajj seharusnya membuat stiker dengan barcode Naqoba (Organda di Arab Saudi) tidak perlu ditempel lagi saat jamaah sudah turun dari pesawat.

"Jadi tidak efektif, memakan waktu. Harusnya, tinggal pakai alat tembak karena semua sudah terintegrasi dengan sistem di imigrasi," katanya saat ditemui di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Sabtu (6/9). Yunus langsung melaporkan keluhan tersebut kepada pihak Kementerian Haji Arab Saudi ketika pejabatnya sedang meninjau bandara.

Selain masalah stiker barcode, keluhan lain yang dirasakan jamaah calon haji adalah mutu bus yang mengangkut jamaah dari Bandara Jeddah ke Kota Madinah. Jamaah calon haji berangkat ke Kota Madinah untuk menjalani shalat Arbain selama sembilan hari, kemudian menuju Kota Makkah untuk berumrah dan berhaji. Tapi, mutu beberapa bus yang mengangkut jamaah ke Madinah kurang nyaman dan kerap mogok.

    

Hingga hari ketujuh, kedatangan jamaah calon haji asal Indonesia, dilaporkan tiga bus mogok di tengah jalan. Untungnya, teknisi bus segera bertindak, sehingga bus kembali beroperasi. Ketika mogok, perjalanan dari Jeddah ke Madinah menjadi delapan sampai 10 jam. Dalam kondisi normal, perjalanan memakan waktu lima sampai enam jam.

Jamaah tidak bisa memilih bus yang kondisinya lebih baik karena kualitas bus dari perusahaan bus setempat ditentukan Kerajaan Arab Saudi melalui Naqoba. Pemerintah Arab Saudi, jelas Kadaker, masih mengakomodasi seluruh perusahaan bus yang ada di negara ini.

Dia menjelaskan, bila Kerajaan Arab Saudi atau Naqoba menunjuk satu perusahaan bus dengan mutu bagus hanya untuk satu negara maka akan membuat cemburu perusahaan bus lain maupun jamaah haji dari negara lain.

Padahal, tegas Kadaker, Pemerintah Indonesia melalui Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kemenag telah meminta armada bus yang digunakan untuk mengangkut jamaah ke Madinah bisa di-upgrade.

Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan Naqoba di Arab Saudi untuk delapan rute pemberangkatan. Dari delapan rute itu, mutu bus di empat rute sudah mengalami upgrade, yakni dari bus jurusan Makkah ke Jeddah, Makkah ke Madinah, Madinah ke Makkah, dan Madinah ke Jeddah. Bus-bus ini dalam kondisi bagus karena tersedia toilet di dalam bus dan bagasi tertutup untuk koper di bagian bawah bus.

Sedangkan, kualitas bus jurusan ke Jeddah ke Madinah, Jeddah ke Makkah, Bandara Madinah ke pemondokan di Madinah dan Pemondokan di Madinah ke Bandara Madinah, masih belum bagus. Menurutnya, bus-bus tersebut berkondisi tanpa toilet, bagasi di atap bus, dan posisi duduk berdempetan.

19 Ribu Bus

Naqoba Arab Saudi telah menyatakan kesiapannya mengangkut jamaah haji di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Jumlah perusahaan bus setempat yang tergabung sebanyak 18 perusahaan bus. Kedelapan belas perusahaan bus ini siap mengangkut jamaah haji tahun ini yang diperkirakan mencapai 1,39 juta orang.

Perusahaan bus tersebut akan menyediakan sekitar 19 ribu unit bus, termasuk 425 armada bus baru yang berharga sekitar 53 juta dolar AS (setara Rp 619, 2 miliar). "Bus-bus baru ini dilengkapi dengan pendingin udara dan toilet," demikian dilansir laman Kementerian Haji Arab Saudi, seperti dikutip Saudi Gazette, Ahad (7/9). rep:zaky al hamzah  ed: a syalaby ichan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement