Jumat 10 Oct 2014 12:00 WIB
Kabar dari Tanah Suci

Koper Jamaah Pun ‘Beranak-pinak’

Red:

Oleh: Zaky Al Hamzah -- Nurhamdalis memohon-mohon agar rice cooker mini miliknya bisa dibawa ke Indonesia. Jamaah haji perempuan asal Padang, Sumatra Barat (Sumbar), ini mengaku senang dengan barang tersebut karena telah membantunya dalam memasak nasi selama menjalani rangkaian ibadah haji di Madinah dan Makkah.

"Boleh ya, dibawa," pinta jamaah haji Kloter 1 Embarkasi Padang tersebut kepada petugas Garuda Indonesia di Plaza Gate E1 Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi, Kamis (9/10) dini hari WAS. Petugas tetap bertahan barang tersebut harus ditinggalkan.

Lasmiwati, rekan satu kloter, berusaha menghibur Nurhamdalis. "Sudahlah, ikhlaskan saja. Berikan ke petugas kebersihan bandara atau petugas haji," katanya sambil memegangi bahu Nurhamdalis. Lasmiwati memahami adanya kebijakan larangan membawa barang bawaan berlebih bagi jamaah haji yang hendak pulang ke Indonesia. Hal itu semata demi keselamatan dan kenyaman selama berada di dalam pesawat. Kebijakan itu dianggap semakin ketat, sebab saat dia berhaji pada 1997 dan 2006, kebijakan tersebut belum ada. "Saat saya berhaji sebelumnya pada 1997 dan 2006, larangan ini belum ketat. Semua barang bawaan saya, termasuk air zamzam, lolos dibawa sampai ke Indonesia," ujar Lasmiwati.   

Selain Nurhamdalis, sebagian besar jamaah terlihat kecewa dan sedih saat harus merelakan barang bawaannya terpaksa ditinggal di Bandara Jeddah. Selain rice cooker, terdapat hiasan dinding bergambar Ka'bah, panci, kompor listrik, alat penggorengan, baju, hiasan kain, air zamzam, pisau yang dibelit selotip plastik cokelat, gunting, sandal haji, dan barang-barang lain. 

Pagi Subuh itu, sebanyak 451 jamaah bersiap pulang ke Indonesia. Mayoritas jamaah menenteng lebih dari satu tas tenteng. Ada yang membawa dua hingga tiga tas, ada pula yang membawa kantong plastik berisi baju ihram, oleh-oleh, mainan, atau makanan. Salah satu jamaah yang membawa tiga tas adalah Asma asal Padang. Selain tas tenteng bertuliskan "Kemenag RI" dan "Garuda Indonesia", dia membawa dua tas berisi oleh-oleh untuk cucunya dan buah serta makanan yang akan dikonsumsi saat di dalam pesawat. "Yang ini untuk cucu saya," katanya menunjuk satu tas. 

Supervisor Garuda Indonesia Agus Salim mengingatkan jamaah memilah barang bawaannya agar tidak menyulitkan mereka sendiri. Risiko, bila jamaah masih membawa barang berlebih, barang berlebih tersebut akan diturunkan paksa oleh petugas imigrasi untuk ditinggalkan di bandara atau pesawat yang akan memberangkatkan mereka ke Tanah Air akan ditunda, sehingga berisiko pada keterlambatan kedatangan jamaah haji ke Tanah Air.

"Demi lancarnya proses keberangkatan, sebagaimana yang telah disosialisasikan di embarkasi, Garuda hanya mengangkut tas jinjing/tenteng warna biru. Selebihnya, kami akan sweeping," tegas Agus kepada jamaah melalui pengeras suara. Apabila ada barang yang dianggap membahayakan dan dilarang dalam penerbangan, Garuda akan menyerahkan kepada petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). "Garuda hanya bertanggung jawab pada tas biru jinjing. Tolong dipilah lagi, alat masak sama sekali tidak boleh, panci, rice cooker, air zamzam, ditinggal saja. Alat masaknya diikhlaskan saja (ditinggal)," kata dia.

Agus menekankan, sweeping ini semata-mata demi kenyamanan dan keamanan jamaah sendiri. Dia tak menghendaki, hanya karena satu-dua jamaah yang membandel, membuat petugas imigrasi bertindak tegas dengan meminta maskapai menunda penerbangan.

Selain tas jinjing, Agus juga mengingatkan agar jamaah memeriksa kembali tas paspornya supaya tidak ada gunting, pisau, atau benda tajam lainnya yang dilarang masuk kabin. "Mohon dipahami, kita lihat masih banyak bagasi melebihi ketentuan yang ada. Mohon kerja samanya," pinta Agus berulang kali.

Awalnya, banyak jamaah yang tidak merespons pengumuman dari pihak maskapai terbesar Indonesia tersebut. Tapi, setelah 10 orang petugas Garuda Indonesia mendatangi satu per satu jamaah, mereka mulai sibuk memilah. Tidak sedikit jamaah yang ingin mempertahankan membawa dua tas. "Ibu pilih tas biru atau tas satunya lagi, pilih saja salah satu," kata seorang petugas.

Untuk air zamzam, petugas Garuda menyarankan kepada jamaah agar diminum habis atau diserahkan ke petugas pelayanan haji. "Dari bandara Indonesia saja, rice cooker ini bisa diloloskan, kok di sini dilarang," gerutu salah satu jamaah.

Itulah salah satu kekhasan jamaah haji Indonesia. Selalu saja, koper dan tas tentengan mereka beranak-pinak saat hendak pulang ke Tanah Air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement