Ahad 13 Mar 2016 14:23 WIB

Mencari Format Ideal dalam Peradaban Kuno

Red: operator

Orang-orang Yunani adalah orang Eropa pertama yang belajar menulis dengan alfabet. 

 

Kaligrafi merupakan seni tulisan tangan yang indah. Istilah ini berasal dari kata Yunani untuk "keindahan" (kallos) dan "menulis" (graphein). Pada masa abad kedua sebelum Masehi (SM), bangsa awal Semit di ujung timur Mediterania bereksperimen dengan tulisan abjad. Antara 1500 dan 1000 SM, tanda-tanda abjad ditemukan.

Beberapa Bangsa Semit di wilayah Timur Tengah berbicara dengan menggunakan bahasa yang saling terkait. 

Sehingga, memungkinkan mereka untuk menggunakan tanda-tanda abjad yang sama. Setelah beberapa eksperimen dilakukan, ditemukan 22 tanda-tanda untuk konsonan dan tidak ada tanda-tanda vokal. 

Suku-suku Kanaan (Ibrani, Fenisia, dan Aram) memiliki peran yang penting dalam pengembangan menulis abjad. Semuanya mulai menggunakan alfabet pada 1000 SM. 

Pada masa peradaban Cina Kuno tradisi kaligrafi Asia Timur berasal dan dikembangkan dari Cina. Kaligrafi Cina merupakan bentuk kaligrafi luas dipraktikkan lingkup di Cina dan dihormati dalam budaya Cina. 

Ada standardisasi umum dari berbagai gaya kaligrafi dalam tradisi ini. Seni kaligrafi Cina memiliki pembeda dengan jenis budaya lainnya. Pada seni kaligrafi ini Cina lebih menekankan gerak dan dibebankan dengan kehidupan dinamis. 

Menurut Stanley Baker dalam Tanley Ink Painting Today, kaligrafi telah banyak menyebabkan perkembangan bentuk seni di Cina, termasuk ukiran segel, pemberat kertas hiasan, dan batu pahat.

Keberadaan Seni Kaligrafi di Cina diyakini telah ada sejak 4000 SM. Lu W Aiken dalam bukunya yang berjudul Origins and evolution of Chinese Writing Systems and Preliminary Counting Relationships mengatakan, penemuan awal kaligrafi pada masa peradaban Cina kuno yakni pada 1435-1412 SM yang ditemukan oleh para arkeolog. 

Tulisan yang ditemukan dibuat menggunakan cat cinnabar atau merkuri sulfida. Untuk itu, kehadiran kaligrafi di Cina Kuno diyakini telah ada sejak periode Dinasti Shang. Berdasarkan penemuan yang dialukan oleh para arkelog, seni kaligrafi pada masa ini ditulis menggunakan tulang atau tanduk sapi.

Jenis kaligrafi pada masa peradaban Cina kuno sangat bergantung dengan kerajaan pada masa itu. Jenis tertua dari gaya kaligrafi Cina pada peradaban kuno disebut Xiaozhuan style.

Edoardo Fazzioli dalam bukunya yang berjudul Chinese calligraphy: from pictograph to ideogram : the history of 214 essential Chinese/Japanese characters menyebutkan, sekitar 220 SM Kaisar Qin Shi Huang melakukan reformasi dengan menciptakan lebih dari 3.000 karakter kaligrafi Xiaozhuan. Salah satu gaya kaligrafi yang dikeluarkan oleh Qin Shi Huang adalah Lishu.

Dilansir dari Chinaculture.org dijelaskan masing-masing kerajaan memiliki gaya seni kaligrafi yang berbeda. Seni kaligrafi terus berkembang pada masa tiap-tiap kerajaan. Munculnya Wang Xizhi, kaligrafi terbesar sepanjang masa, merupakan fenomena dan pencapaian artistik yang sangat dihargai, bahkan sampai Dinasti Tang. 

Adapun pada masa peradaban Yunani kuno, seni kaligrafi telah ada pada 1400- 1200 SM. Orang-orang Yunani adalah orang Eropa pertama yang belajar menulis dengan alfabet. Dan, dari mereka menulis abjad menyebar ke seluruh Eropa, akhirnya mengarah ke semua huruf Eropa modern. 

Donald Anderson dalam tulisannya yang berjudul Caligraphy menyebutkan, tulisan Yunani tertua ditemukan di Knossos, Pylos, dan Mycenae (1400-1200 SM). Tulisan ini ditemukan dalam prasasti yang tergores pada kendi yang diberikan sebagai hadiah di Athena.

Archilochus (abad ketujuh SM) merupakan sosok yang memiliki komitmen untuk menulis. Tapi, ia tidak memiliki alat untuk menulis. Sekitar 350 SM goresan pada tembikar atau logam yang sengaja dipotong menggunakan perunggu atau marmer dilukis di vas. Ini merupakan satu- satunya bukti langsung yang ditemukan terkait cara orang-orang Yunani menulis.

Alat utama yang dugunakan untuk menulis pada masa ini, yaitu tablet lilin. 

Lilin ditorehkan di atas permukaan kulit atau velum. Selain itu, permukaan yang digunakan untuk menulis, yakni papirus yang ditulis dengan menggunakan pena. 

potongan Patah tembikar, timah, kayu, bahkan kain juga sering digunakan sebagai permukaan untuk menulis. 

Namun, untuk beberapa jenis surat sering kali dipengaruhi oleh hambatan dari bahan dan alat-alat tulis. Hal ini sangat mungkin terjadi pada masa ini. 

Akhirnya, penggunaan pena buluh keras yang ujungnya dipotong menjadi pena (yang harus terus menerus diasah) 

merupakan penemuan dari Yunani.

Sampai sekitar 300 SM, tinta yang biasanya terbuat dari serbuk karbon seperti jelaga, dicampur dengan getah Arab dan air atau dikenal dengan tinta karbon digantikan oleh tinta besi empedu yang terbuat dari campuran asam tanat (terbuat dari kayu yang direndam dalam air), sulfat besi, dan getah Arab. 

Ada beberapa alasan yang menyebabkan adanya pergantian ke tinta besi empedu ini. Hal ini karena penggunaan alat ini lebih mudah dan lebih ekonomis. Tinta besi empedu memang memiliki kelemahan, yakni memiliki kecenderungan untuk memudar dan mengoksidasi dari waktu ke waktu. Itulah mengapa jejak teks asli dari bangsa Yunani kuno sering tampak samar-samar.

Bangsa Phoenix Pada akhir abad kesembilan SM teknis penulisan huruf bangsa Yunani kuno mengadopsi penulisan kaum Phoenix. 

Bah kan, sejarawan Yunani Herodotus yang hidup pada abad kelima SM menyebut huruf Yunani adalah phoinikes grammata yang berarti huruf Fenisia. 

Tidak seperti Yunani, abjad Fenisia hanya memiliki huruf konsonan. Ketika orang-orang Yunani mengadopsi alfabet, mereka menemukan surat-surat yang mewakili suara tidak ditemukan dalam bahasa Yunani. Akhirnya, bangsa Yunani memodifikasi huruf ini sehingga dapat mewakili huruf vokal.

Dilansir dari Anientscripts.com dijelaskan, ada banyak varian dari abjad pada masa Yunani kuno. Masing-masing cocok untuk dialek lokal. Akhirnya, alfabet Ionian yang diadopsi di semua negara yang berbahasa Yunani, tapi sebelum itu terjadi, varian Euboean dibawa ke Italic Peninsula dan diadopsi oleh Etruscan dan Latin. 

Meskipun ada banyak perbedaan dan varian dari alfabet Yunani pada masa Yunani kuno, masih ada kesamaan yang terdapat di Yunani kuno. Kesamaan ini menyarankan orang-orang Yunani mengadopsi abjad Fenisia.

Teknis penulisan pada masa Yunani kuno, yakni di mulai dari kanan ke kiri, seperti abjad Fenisia. Namun, akhirnya arahnya berubah menjadi/boustrophedon (yang berarti "sapi-balik"), arah tulisan berubah setiap lini. Misalnya, ketika mulai menulis di sebelah kanan hingga ke kiri, setelah mencapai akhir paling kiri, penulis membalik arahnya dan mulai menulis dari arah kanan. Bahkan, untuk menulis surat juga harus mengikuti arah penulisan ini. 

 

Persentuhan antarperadaban membentuk karakter kaligrafi suatu bangsa, seperti yang terjadi antara Mesir dan Romawi kuno.  Oleh Marniati, ed: Nashih Nashrullah 

 

 

Pengaruh Hieroglif Atas Kaligrafi Romawi 

 

Sementara itu, pada masa Romawi kuno seni kaligrafi mulai ditemukan pada dinding gua. Marianne Elliott dalam tulisannya yang berjudul The Art of Caligraphy menyebutkan, kaligrafi pada masa Romawi kuno berkembang dan mengadopsi hieroglif dari Mesir yang digunakan pada 3500 SM. Adapun abjad dikembangkan oleh bangsa Romawi kuno pada masa 850 SM.

Kursif roman (atau kursif Latin) 

adalah bentuk tulisan tangan (atau skrip) yang digunakan di Roma kuno dan sampai batas tertentu pada Abad Pertengahan. Pada masa ini kursif dibagi menjadi dua bagian, yakni kursif kuno (old kursif roman) dan kursif baru. 

Kursif kuno disebut juga kursif huruf kecil dan merupakan bentuk sehari-hari tulisan tangan yang digunakan untuk menulis banyak hal. Seperti menulis surat, para pedagang yang menulis tagihan bisnis, oleh anak-anak sekolah yang belajar abjad latin, dan bahkan oleh kaisar saat mengeluarkan perintah. 

Sebuah gaya penulisan yang lebih formal didasarkan pada modal Romawi, tetapi kursif yang digunakan lebih untuk menulis informal. Kursif kuno paling umum digunakan sekitar abad kesatu hingga abad ketiga SM. Lalu, pada abad awal kedua SM, komedian Plautus di Pseudolus, membuat referensi untuk kelayakan huruf kursif.

Kursif Romawi kuno sangat sulit untuk dibaca bagi orang-orang modern. Skrip menggunakan banyak liga tures atau dua atau lebih huruf yang disatukan serta beberapa istilah yang tidak dikenali.

Sedangkan, kursif Roman baru, disebut juga kursif sangat kecil atau later Roman cursive. Kursif jenis ini dikembangkan dari kursif Romawi kuno yang digunakan dari abad ketiga hingga sekitar abad ketujuh. Jenis kursif ini lebih mudah dikenali oleh pembaca modern. Pada abad kesembilan jenis kursif ini disebarkan sepanjang kekaisaran Charlemagne dalam usaha yang disengaja untuk menyatukan tulisan tangan dan kebangkitan di Renaissance.

Menurut Jan-Olaf Tjader dalam Die nichtliterarischen lateinischen Pa pyri Italiens aus der Zeit 445-700, kursif Romawi baru dipengaruhi oleh pengembangan tidak hanya berhuruf besar, tapi dari semua skrip lain yang digunakan pada Abad Pertengahan. 

Jenis Gaelic adalah contoh dari penggunaan huruf besar pada masa Romawi kuno ini. Oleh Marniati, ed: Nashih Nashrullah 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement