Senin 07 Dec 2015 13:00 WIB

Akibat Polusi, Bumi Makin Merana

Red: operator
Bumi
Bumi

REPUBLIKA.CO.ID,Akibat Polusi, Bumi Makin Merana 


BONN — Akibat ketandusan dan hamparan beton yang makin luas, Bumi kian merana. Ancaman serius pun dialami oleh lapisan tanah di Bumi. Para ilmuwan menyebutkan tanah berada di bawah ancaman serius.

Günter Miehlich, seorang profesor ilmu pertanahan di Universitas Hamburg Jerman mengungkap berbagai masalah serius yang dialami tanah. "Tanah kita menderita akibat terkontaminasi zat-zat berbahaya, pemadatan, kegiatan pembangunan, dan pertambangan," kata Miehlich, dilansir  dari Deutsche Welle, Sabtu (5/12).

Miehlich menambahkan, pembukaan lahan pertanian baru juga menimbulkan dampak serius. Di daerah hutan hujan dekat khatulistiwa, hutan dibakar untuk membuat lahan pertanian. Setelah itu, pupuk dalam jumlah besar diperlukan untuk membudidayakan tanaman.

Traktor dan mesin pertanian lain memadatkan lapisan tanah, sementara pupuk dan pestisida merusak mikroorganisme alami. Karena makin kurangnya pohon, tanah di permukaan mengering dan terkikis akibat akar tanaman belum kuat.

Jalan yang dibangun untuk mengakses lahan pertanian baru di hutan menyebabkan kerusakan lebih lanjut dari ekosistem. Hasilnya, keanekaragaman hayati makin hilang hingga erosi. Kondisi ini memulai lingkaran setan, mulai dari kurangnya nutrisi tanah, hasil panen yang makin sedikit, kelaparan, kemiskinan, sampai penambahan migrasi ke kota. 

Sayangnya, banyak orang tidak memahami hal ini karena degradasi tanah bersifat lambat. Miehlich menambahkan, pemilik rumah juga berperan dalam menghancurkan sumber daya tanah. Manusia modern di perkotaan mempunyai kecenderungan untuk membuat taman-taman kecil di halaman, serta menutup tanah dengan batu atau beton. 

Menurut dia, hal ini mencegah kemampuan tanah untuk menyerap air dan akhirnya membunuh mikroorganisme yang hidup di bawah tanah. "Kita harus menanamkan kesadaran pada tiap orang sebelum hal itu bisa berubah. Hal ini penting untuk membuat orang sadar bahwa tanah mempunyai banyak fungsi berbeda," kata Miehlich.

N c38 ed: endah hapsari 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement