Senin 25 Jul 2016 14:00 WIB

Big Data, Mau Dibawa ke Mana?

Red:

Meski masih terasa kurang familier bagi sebagian orang, sebenarnya big data kini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Bahkan, dalam tiap detiknya, dunia memproduksi data yang tak bisa dihitung lagi jumlahnya.

Hampir setiap kegiatan berbasis digital turut membangun teknologi big data yang ada saat ini. Misalnya, interaksi dalam media sosial, sistem dengan menggunakan sensor, hingga segala sesuatu yang dijalankan melalui mobile device.

Dalam perkembangannya, pertanyaan baru pun mulai muncul. 'Ke mana data-data yang begitu besar tersebut akan dibawa?', selain itu tak sedikit pula yang menerka-nerka, 'untuk apa big data tersebut di masa depan?'

Pada dasarnya, data dibutuhkan untuk menunjang kehidupan manusia. Data sudah sepantasnya digunakan dalam hal-hal bijak, entah yang berkaitan dengan kesejahteraan manusia atau membantu pemerintahan dalam membangun negara.

Namun, perlu 'proses' teknologi dalam mengolah data yang jumlahnya superbesar tersebut. Untuk mendapatkan nilai dari big data diperlukan proses besar yang berkaitan dengan analisis data, dan kemampuan dalam pengolahan.

Nantinya, hasil dari proses pengolahan data tersebut bisa digunakan dalam berbagai bidang. Organisasi atau perusahaan bahkan individu bisa mempergunakan teknologi big data dalam menunjang berbagai aktivitas.

Teknologi strategis

Berdasarkan data terakhir dari International Business Machines (IBM) Corporation asal Amerika Serikat (AS), dunia memerlukan sedikitnya 4,4 miliar data scientists pada tahun lalu. Namun, yang terpenuhi hanya sepertiganya.

Hal tersebut menandakan, teknologi big data belum banyak disentuh. Padahal, data scientists tersebut sangat berguna dalam berbagai aspek.

Misalnya, dari segi bisnis bisa mengetahui minat konsumen, atau untuk kesehatan bisa digunakan dalam analitical diagnose. Tetapi belum semua negara menerapkan transformasi digital terbuka akan hal tersebut.

Akibatnya, big data menjadi teknologi yang mengawang tanpa digunakan secara maksimal. "Indonesia sudah siap dengan teknologi big data karena saat ini kita hidup di dunia paralel," kata Cheif Executive Officer (CEO) Mediatrac, Regi Wahyu, dalam acara Media Briefing 'Data For Life 2016' di Jakarta, pekan lalu.

Menurut Regi, meskipun teknologi big data sudah banyak digunakan di negara maju, namun dunia paralel tidak membuat Indonesia harus lama beradaptasi. Era digital membuat segalanya tak terbatas ruang dan waktu.

Apa yang terjadi di Amerika atau Eropa, detik itu pula bisa mengubah dunia digital di negara-negara lain. Terlebih dalam teknologi big data, Indonesia berpotensi memiliki data scientists yang kaya.

Perkembangan teknologi big data juga sangat potensial, tidak hanya dalam industri bisnis tapi juga segmen lainnya. Misalnya, saat ini negara maju menggunakan big data dalam mengembangkan smart city untuk membantu pemerintahan memberikan pelayanan publik yang lebih baik.

Big data juga bisa membantu mengatasi kemacetan di kota-kota besar. Bahkan, teknologi ini bisa juga dimanfaatkan untuk bersinergi dalam dunia seni dalam menghasilkan sebuah karya interaktif.

Peran big data begitu penting sehingga bisa mencakup semua aspek kehidupan. "Jangan sampai big data hanya menjadi rocket science saja, hanya disimpan dan mengawang tanpa digunakan secara maksimal," kata Regi menjelaskan.

Ahli Internet of Things (IoT), Teguh Prasetya, menjelaskan bahwa big data sangat bisa digunakan dalam bisnis daring. "Analisis data bisa digunakan untuk menentukan keinginan konsumen," kata Teguh.

Selama ini, pengguna internet hampir tak pernah lepas dari ponsel pintarnya. Kebiasaan mereka berinteraksi melalui media internet membuat sebuah grafik data tersendiri.

Misalnya, orang yang menyukai fotografi pasti akan selalu memantau akun-akun fotografi melalui media sosial atau terlibat dalam sebuah forum. Big data bisa melacak kebiasaan tersebut sehingga marketplace online dapat mengetahui keinginan konsumennya.

Apabila ada penawaran kamera dengan harga miring, promosi tersebut dapat dikeluarkan dalam bentuk iklan. Pada era IoT saat ini big data juga tak dapat terhindarkan.

Beberapa prediksi mengatakan, akan ada sekitar satu miliar perangkat yang terkoneksi dan saling terintegrasi dalam beberapa tahun ke depan. Perangkat-perangkat tersebut memanfaatkan IoT dalam beroperasi.

Itu sebabnya akan semakin banyak memproduksi data. Misalnya, ketika kulkas seseorang sudah kosong maka akan ada perintah untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

Data tersebut bisa digunakan supermarket untuk menawarkan produknya pada konsumen. "Hal tersebut tidak mustahil terjadi pada era big data mendatang," kata Teguh menjelaskan. Manusia akan semakin mudah mengetahui kapan susu habis, hingga kebutuhan pokok rumah yang akan kedaluwarsa.    rep: Nora Azizah, ed: Setyanavidita Livikacansera

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement