Selasa 17 Nov 2015 18:00 WIB

Canggih dan Ramah Lingkungan

Red:

Bicara perkembangan teknologi, setiap saat pasti terjadi berbagai evolusi dan inovasi. Teknologi listrik, informasi (TI), dan industri otomotif seolah tidak pernah surut dari berbagai hal baru yang diperkenalkan.

Mengedepankan teknologi dalam berbagai aktivitas manusia pada era modern boleh saja. Namun, ada baiknya inovasi teknologi tidak mengesampingkan lingkungan dan peradaban masa mendatang.

Laman situs livescience.com mencatat, beberapa perusahaan pemimpin global di bidang teknologi sudah mulai mengarahkan fokusnya ke eco friendly technology. Tidak hanya dalam kategori home appliances, tapi juga untuk TI dan industri otomotif.

Samsung sempat memperkenalkan monitor ramah lingkungan. Kurang lebih 30 persen komponen materialnya berasal dari plastik daur ulang. Apabila monitor dalam keadaan aktif, namun tidak digunakan, energi yang terpakai hanya setengah dari monitor pada umumnya.

Perusahaan elektronik LG juga tak mau ketinggalan dengan mengumumkan tag line untuk perkakas rumah tangga buatannya dengan kata "greener". Beberapa produknya dibuat dengan meminimalisasi energi dan air sehingga lebih ramah terhadap lingkungan.

Tidak hanya itu, perusahaan otomotif sekelas Mercedes Benz juga mengeluarkan mobil mewah ramah lingkungan. Mercedes mengandalkan hidrogen sebagai bahan bakar untuk kampanye mobil ramah lingkungan buatannya.

Eco friendly technology memang sudah menginspirasi perusahaan besar dalam menciptakan inovasi produk. Aksi para perusahaan berkelas global tersebut juga memunculkan ide serupa di tengah-tengah perusahaan yang berskala lebih kecil.

Berbagai inovasi kini hadir berupa alat-alat yang digunakan dengan teknologi matahari hingga hemat energi. Beberapa ide dan produk eco friendly technology, antara lain:

1. Helios Smart

Sebuah perusahaan berbasis teknologi surya Solpro mengeluarkan alat pengisi baterai ramah lingkungan bernama Helios Smart. Charger telepon bertenaga solar ini memiliki desain cukup kecil.

Ukurannya tidak lebih dari lebar saku celana atau kemeja. Helios memiliki tiga lubang charging sehingga bisa digunakan untuk tiga perangkat sekaligus.

Charger telepon ini bekerja di bawah sinar matahari. Untuk mengisi ponsel pintar standar, diperlukan waktu sekitar 1,5 jam agar terisi penuh.

Awalnya, Helios diklaim bisa berguna bagi mereka yang suka pergi berkemah atau memiliki rooftop di rumahnya. Namun, CEO Solpro Bill Pike memiliki sudut pandang lain. "Ini bukan hanya untuk camping atau darurat, melainkan juga bisa digunakan sebagai alat pengisi baterai sehari-hari," katanya.

2. iGo

Bagi pemilik perangkat laptop, iGo Home atau Office Green Plug Charger Universal tampaknya menjadi aksesori yang cocok. Pengisi daya baterai laptop ini memiliki paten iGo Green Technology.

Secara otomatis, alat ini bisa mengurangi stand by power (hingga 85 persen dibanding charger konvensional). Charger ini juga bisa menghemat daya listrik yang terbuang percuma saat laptop dalam keadaan stand by, namun tidak digunakan.

3. CMOS Lampu Emergency

Daripada menggunakan generator solar ketika mati lampu, ada baiknya kita memanfaatkan lampu darurat. CMOS mengeluarkan lampu darurat dengan 48 LED yang dilengkapi kipas.

Untuk mengisi baterainya hingga penuh diperlukan waktu sekitar 20 jam. Bila tidak digunakan untuk lampu darurat, CMOS bisa dipakai untuk mendinginkan ruangan tanpa daya listrik.

4. AsoTv Instabulb

Lampu LED instan ini memiliki empat buah baterai AA untuk menyalakannya. Bohlam ini berfungsi menerangi ruangan, namun tidak dengan listrik sebagai sumber daya, melainkan baterai.

Pemakaiannya yang instan sangat praktis untuk sehari-hari. Dengan baterai, bisa menghemat penggunaan energi listrik.

5. Biofuel Alga

Permasalahan keterbatasan energi fosil yang persediaannya semakin menipis telah menjadi masalah global. Dikutip dari Time, salah satu alternatif yang mulai dipertimbangkan sebagai energi biofuel adalah alga. Beberapa jenis alga dapat mengeluarkan minyak yang dapat digunakan untuk membuat bahan bakar. Alga juga tidak perlu lahan pertanian untuk tumbuh dan bisa tumbuh relatif cepat selama mendapat sinar matahari yang cukup.

Saat ini, sudah mulai ada beberapa perusahaan startup, seperti Sapphire Energy dan Algenol di Kalifornia dan Florida yang telah melewati tahap uji coba untuk pemanfaatan alga sebagai bahan bakar dan mulai mendekati pembangunan komersial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement