Senin 10 Nov 2014 14:00 WIB

Tenaga Surya, Industri Masa Depan Energi

Red:

Potensi energi surya di Indonesia sangat besar, namun pemanfaatannya belum optimal. Berdasarkan data dari Dewan Energi Nasional, potensi energi surya di Indonesia mencapai 4,8 kilowatt hour (kwh) per meter persegi per hari.

Hingga saat ini, kapasitas yang tersalurkan dari instalasi yang terpasang baru 27,23 megawatt (mw). Kurang dari satu persen dari total potensi di seluruh Indonesia. Jumlah tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan sumber energi lainnya, seperti hidro yang rasio produksi terhadap cadangannya mencapai 9,13 persen atau batu bara sebesar 17 persen per tahun.

"Energi surya bisa menjadi energi alternatif yang sangat menarik dalam beberapa tahun ke depan tatkala cadangan fossil fuel sudah semakin menipis dan kepedulian terhadap green energy yang semakin meningkat," jelas Direktur Utama Wika Industri Energi Andi Nugraha.

Menurut Andi, energi surya adalah satu-satunya potensi energi yang ketersediaannya merata di seluruh Indonesia. Ke depan, ungkapnya, pemerintah telah merancang pemenuhan energi dengan pemanfaatan energi surya, khususnya untuk daerah di Indonesia Timur.

Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor energi, Wika Industri Energi telah berencana menambah solar power plant sebesar 144 mw yang tersebar di 80 lokasi. Kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya yang saat ini dioperasikan Wika baru sebesar 27,23 mw dengan harga jual listriknya sebesar 25 sen dolar AS per kwh.

Besaran tarif listrik tersebut mengacu kepada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN (Persero) dari pembangkit lsitrik tenaga surya fotovoltaik. Industri energi surya dimulai oleh Kementerian ESDM pada 2011 dengan membangun tiga unit pembangkit listrik energi matahari dengan kapasitas masing-masing satu mw di tiga lokasi. Hingga akhir 2013, total kapasitas terpasang pembangkit tenaga surya ini mencapai 27,23 mw.

 

Keberadaan pembangkit listrik tenaga surya ini sejalan dengan target pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membuat Indonesia menjadi poros maritim dunia. "Tentu tahun-tahun mendatang industri kelautan akan meningkat tajam," ujar Direktur Industri Maritim Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan Hasbi Assiddiq Syamsuddin kepada Republika, Jumat (7/11).

Target yang digadang-gadang oleh pemerintah ini lantas membuat banyak pihak kini menyorot dunia kemaritiman Tanah Air, baik dari segi perikanan, lingkungan, maupun industri. Dari sisi industri, program Jokowi tentang kemaritiman ini dinilai akan meningkatkan produksi peralatan dan instrumen pendukung di sektor kelautan.

Untuk mengembangkan industri maritim, dibutuhkan dukungan pelabuhan yang layak, instrumen penunjang perkapalan, dan peralatan dengan sumber energi dari matahari. Termasuk, lampu-lampu penerangan pelabuhan dengan solar cell ataupun pembangkit listrik di kapal dengan sumber energi matahari.

"Segala industri yang menyokong industri perkapalan dan pelabuhan tentu akan ikut meningkat," kata Hasbi. Untuk itu, ke depannya, energi matahari menjadi industri yang akan sangat berkembang, ditinjau dari sisi kebutuhan energi maupun target poros maritim yang digagas oleh Presiden Jokowi.

n c85 ed: nidia zuraya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement