Jumat 29 Aug 2014 14:00 WIB

Sektor Pertanian Alami Surplus

Red:

JAKARTA - Kinerja perdagangan sektor pertanian mengalami surplus setiap tahunnya dengan nilai berkisar antara 17 miliar dolar AS -20 miliar dolar AS. Subsektor perkebunan menjadi penopang perdagangan pertanian karena memiliki keunggulan dibanding negara lain. Sawit, kakao, dan karet menjadi primadona yang mendongkrak perdagangan pertanian Indonesia. "Tapi, kita mengakui bahwa subsektor tanaman pangan masih belum mampu memenuhi kebutuhan nasional," kata Menteri Pertanian Suswono di Jakarta, Rabu (27/8).

Namun, diakui Suswono, ancaman degradasi lahan dan perubahan iklim adalah faktor yang menghambat produktivitas pertanian di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia masih membutuhkan impor tanaman pangan guna mencukupi kebutuhan nasional.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:SENO/ANTARA

Buruh tani merontokkan padi usai panenan di Desa Glundengan, Wuluhan, Jember, Jawa Timur, Jumat (1/8)

 

Kendati ketergantungan terhadap produk pangan impor masih tinggi, Suswono mengklaim bahwa Indonesia sudah bisa berswasembada beras. "Impor beras kita saat ini tidaak lebih dari 10 persen dari kebutuhan nasional," ujarnya.

Untuk buah-buahan, lanjut Suswono, besaran impor hanya sekitar delapan persen dari produksi nasional. "Persoalannya adalah masyarakat belum sepenuhnya memahami kenapa kita menerima buah impor," imbuhnya.

Suswono mencontohkan, Indonesia menerima jeruk kino dari Pakistan. Namun, di sisi lain Pakistan mengimpor crude palm oil (CPO) dari Indonesia. "Itu bagian dari perdagangan dan nilai jeruk kino yang masuk jauh lebih sedikit daripada nilai CPO yang kita ekspor ke sana," ungkapnya. n c88 ed: nidia zuraya

Produksi Kedelai RI

Sementara itu untuk komoditas kedelai, Kementan mencatat adanya kenaikan angka produktivitas sebesar 1,39 persen per tahun. Kenaikan produktivitas ini, menurut Suswono, terjadi di saat luas areal lahan tanam kedelai nasional mengalami penurunan setiap tahunnya.

Laju penurunan luas lahan pertanian kedelai rata-rata 6,55 persen per tahun. Komoditas kedelai, kata Suswono, memerlukan tambahan lahan seluas 500 ribu hektare (ha) untuk mencukupi kebutuhan nasional. Namun, diakui dia, Kementan mengalami kesulitan dalam mengakses lahan, termasuk pembebasan lahan tidur karena itu merupakan kewenangan Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Selain lahan, Suswono mengungkapkan persoalan yang selama ini membelit komoditas kedelai nasional adalah masalah harga jual di pasaran. Anjloknya harga kedelai, menurut Suswono, adalah bagian dari tugas Kementerian Perdagangan dalam mengatur tata niaga kedelai. rep:c88 ed: nidia zuraya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement