Senin 12 Jan 2015 15:44 WIB
Ancaman Islamophobia di Eropa

Eropa Membara

Ribuan orang mengikuti aksi solidaritas mengenang penembakan di kantor Charlie Hebdo dengan turun ke jalanan kota Paris, Ahad malam (11/1) waktu setempat.
Foto: Reuters
Ribuan orang mengikuti aksi solidaritas mengenang penembakan di kantor Charlie Hebdo dengan turun ke jalanan kota Paris, Ahad malam (11/1) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ikhwanul Kiram Mashuri

Apa sebenarnya yang sedang terjadi di sejumlah negara di daratan Eropa sekarang ini? Kantor majalah Charlie Hebdo di Paris, Prancis, diserang. Sejumlah 12 orang tewas. Termasuk di antara mereka adalah seorang polisi Muslim-dari dua orang polisi yang tewas.

Polisi Muslim ini bernama Ahmad Murabith, 42 tahun, keturunan Maroko. Dalam rekaman video terlihat kakinya tertembak. Ketika ia berusaha bangkit, seorang penyerang mendatanginya dan menembak tepat di kepalanya. Ia pun tersungkur dan meninggal dunia di tempat.

Beberapa waktu kemudian terjadi penyanderaan terhadap sejumlah orang di toko kelontong Yahudi, Hyper Cache, di Vincennes, Paris. Penyandera dan empat orang sandera tewas ketika digerebek polisi.

Sehari setelah serangan terhadap Charlie Hebdo, Badan Intelijen Dalam Negeri Inggris, M15, memperingatkan bahwa sebuah kelompok inti teroris Alqaida di Suriah sedang merencanakan serangan dengan target “korban massal di Barat”. Tujuannya untuk menimbulkan korban jiwa besar-besaran seperti yang pernah terjadi ketika Alqaida menyerang menara kembar World Trade Center di New York dan sasaran lainnya di Amerika pada 2001. Saat itu sekitar 3.000 orang tewas. ''Biasanya mereka menyerang sistem transportasi atau target-target ikonis lainnya,'' ujar Kepala M15 Andrew Parker.

Beberapa hari sebelumnya di Jerman atau tepatnya di Kota Dresden, sekitar 18 ribu orang berunjuk rasa anti-Islam. Para pendemo ini menamakan diri sebagai Warga Eropa Patriotik Menentang Islamisasi Barat yang disebut PEGIDA. Demo anti-Islam ini kemudian merembet ke kota-kota Jerman lainnya, seperti di Munich, Berlin, Tostock, Wurzburg, Dusseldorf, dan Bonn.

Demonstrasi yang dianggap rasis ini kemudian ditanggapi oleh kelompok lain dengan menggelar demo tandingan untuk membela kepentingan komunitas Muslim Jerman. Dengan jumlah yang hampir sama, mereka menggelar aksi unjuk rasa tandingan di Dresden, Berlin, Cologne, Stuttgart, Muenster, dan Hamburg. Untunglah dua kelompok pendemo ini tidak terlibat bentrok.

Islamofobia alias kebencian terhadap apa pun yang terkait dengan Islam juga terjadi di sejumlah negara Eropa lain. Selain di Prancis dan Jerman, serangan terhadap Muslim dan fasilitas keagamaan umat Islam juga telah terjadi di Norwegia, Denmark, Swedia, Austria, dan lainnya. Sejumlah masjid telah diserang atau dibakar.

Kini, dengan adanya dua peristiwa berdarah di Paris, ketegangan telah melanda daratan Eropa. Daratan Eropa sedang membara. Rasa saling tidak percaya dan bahkan curiga telah berkembang di dalam masyarakat Eropa, terutama terhadap umat Islam.

Di Belgia, seperti dilaporkan media al Sharq al Awsat, orang-orang Islam terutama kaum perempuan yang berhijab takut keluar rumah. Mereka khawatir akan diserang oleh orang-orang tak dikenal di jalan-jalan. ''Serangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo telah meningkatkan Islamofobia di kalangan masyarakat Belgia,'' ujar Sheikh Muhammad at Tamami, imam dan khatib di Masjid al Hamidin di kawasan Anderlecht, Belgia. Kawasan ini banyak dihuni oleh komunitas Muslim.

Di Prancis, serangan dan pelecehan terhadap masjid dan fasilitas Islam lainnya dikabarkan semakin meningkat sejak peristiwa Charlie Hebdo. Juga di negara-negara Eropa lainnya.

Lalu, siapa yang diuntungkan dari peristiwa serangan terhadap Charlie Hebdo dan penyanderaan di toko Yahudi di timur Paris itu? Masyarakat Islam jelas tidak diuntungkan. Juga pemerintah dan masyarakat di daratan Eropa pada umumnya. Negara-negara Eropa, seperti Inggris, Prancis, dan Jerman, adalah negara demokratis, sekuler, toleran, dan menjunjung tinggi kebebasan.

Itulah sebabnya Presiden Prancis Francois Hollande dan Kanselir Jeman Angela Merkel perlu menetralkan serangan terhadap Charlie Hebdo dan demo anti-Islam agar tidak berkembang menjadi perseteruan berkepanjangan antarpemeluk agama. ''Para pelaku serangan terhadap Charlie Hebdo di Paris tidak ada kaitannya dengan Islam,'' kata Hollande. ''Demonstrasi itu dilakukan oleh orang-orang yang tidak menghargai keberagaman di Jerman,'' ujar Markel.

Karena itu, yang diuntungkan dari serangan terhadap Charlie Hebdo maupun pelemparan dan pembakaran masjid-masjid dan fasilitas umat Islam tidak ada lain kecuali satu, yaitu: kelompok radikalis dan ekstremis. Radikalisme dan ekstremisme adalah sebuah ideologi. Ideologi yang menghalalkan segala cara untuk sebuah tujuan. Tindakan yang menghalalkan segala cara itulah yang kemudian melahirkan terorisme.

Dalam kasus di Eropa, para radikalis dan ekstremis ini bisa dari orang-orang Islam atau non-Muslim. Penyebabnya pun macam-macam. Di Jerman, misalnya, 18 ribu pendemo anti-Islam bisa karena marah terhadap kondisi ekonomi yang buruk, kecewa lantaran kalah bersaing dengan para pendatang Muslim dalam memperebutkan kesempatan kerja, karena rasialisme, dan bisa juga karena muak bin benci terhadap sepak terjang kelompok-kelompok garis keras Muslim yang membuat teror di mana-mana.

Sebaliknya, di Jerman pun terdapat kelompok-kelompok Muslim radikal dan ekstremis. Meskipun jumlah mereka kecil, mereka inilah yang justru memperburuk citra dan merugikan 3 juta warga Muslim di Jerman. Tiga juta warga Muslim yang selama ini hidup damai di tengah 80 juta warga Jerman. Apalagi, masyarakat Jerman, seperti warga dunia lainnya, hampir setiap hari mengetahui dari media tentang kelompok-kelompok radikal Muslim seperti Alqaida, ISIS, Jabharu an Nasrah, dan lainnya yang melakukan teror di berbagai tempat.

Serangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo di Paris bisa dipastikan akan meningkatkan Islamofobia di masyarakat Barat. Terbukti sejak serangan yang menewaskan 12 orang itu, pelecehan dan upaya pembakaran terhadap masjid-masjid di Prancis dan negara Eropa lainnya pun meningkat.

Karena itu, kita mengecam tindakan terorisme yang dilakukan oleh siapa pun dan dari kelompok mana pun. Bukan hanya terhadap pelaku serangan terhadap majalah Charlie Hebdo, tetapi juga kepada orang-orang atau pihak-pihak yang menerbitkan majalah itu.

Charlie Hebdo yang beberapa kali melecehkan dan menghina Nabi Muhammad SAW dan simbol-simbol Islam lainnya adalah juga teroris. Mereka telah meneror keyakinan dan akidah umat Islam. Juga pihak-pihak lainnya seperti halnya para pendemo anti-Islam di Jerman.

Kebebasan memang penting. Namun, kebebasan harus disertai dengan tanggung jawab. Tanggung jawab untuk tidak membuat kebencian dan kemarahan orang lain. Tanggung jawab untuk bersama-sama menciptakan kedamaian dan keharmonisan di tengah masyarakat yang pluralistik.

Dalam kerangka itu, tindakan kaum radikalis dan ektremis harus dilawan. Mereka adalah musuh bersama. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement