Rabu 14 Dec 2016 14:00 WIB

Tafsir At-Tanwir Jadi Rujukan Umat

Red:

JAKARTA -- Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara resmi meluncurkan tafsir Alquran bertajuk "At-Tanwir" di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (13/12). Tujuan peluncuran tafsir ini adalah untuk memenuhi kebutuhan warga Muhammadiyah secara khusus dan umat Islam Indonesia secara umum.

Tafsir "At-Tanwir" diharapkan bisa menjadi rujukan umat dalam menghadapi persoalan-persoalan kontemporer. Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas bersyukur tafsir ini bisa diluncurkan, meski baru jilid satu untuk juz pertama.

Tafsir "At-Tanwir" merupakan salah satu dari dua amanat Muktamar Muhammadiyah 1 Abad di Yogyakarta enam tahun lalu. Amanat lainnya adalah penyusunan buku "Al Islam" lengkap yang terdiri atas empat bagian.

Menurut Yunahar, pada awalnya, penyusunan Tafsir "At-Tanwir" diperkirakan memakan waktu 50 tahun. Ini lantaran anggota tim penyusun tidak banyak, yaitu hanya 24 orang.

Mereka berasal dari berbagai disiplin ilmu dan acuan. "Tapi karena diminta dipercepat, anggota tim ditambah sehingga diharapkan bisa selesai tujuh tahun," kata Yunahar dalam acara peluncuran Tafsir "At-Tanwir".

Pria yang juga menjabat sebagai wakil ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu menambahkan, cara kerja Tafsir "At-Tanwir" dibuat sub-sub tema dan dibagi ke tim masing-masing. Kemudian saat selesai, dirapatplenokan untuk dibahas bersama.

Lalu, pleno menilai dan mengoreksi, dan setelah diterbitkan, baru diserahkan ke editor untuk menyelaraskan gaya bahasa dan dilakukan perbaikan-perbaikan.

Menurut dia, konten dari Tafsir "At-Tanwir" disesuaikan dengan konteks-konteks kekinian. Sehingga diharapkan responsif terhadap masalah-masalah yang mengemuka sekarang.

Selain itu, Yunahar menyatakan, melalui Tafsir "At-Tanwir", Muhammadiyah berkeinginan mengenalkan karya tafsir Alquran yang memilki corak khusus dan berbeda dibandingkan tafsir yang sudah ada. "Secara substantif, tafsir ini diharapkan dapat membangun etos ilmu, etos ekonomi, etos beribadah, etos berakidah, dan etos bermuamalah. Dan menyeimbangkan tuntutan duniawiah dan ukhrawiah," katanya.

Yunahar mengatakan, Alquran dan aturan Islam memang ada yang bersifat normatif, berisi prinsip, dan sampai kapan pun tidak akan berubah. Akan tetapi, ada pula yang bersifat dinamis dan responsif dengan harapan mampu menjawab perubahan.

Misalnya, yang berkaitan dengan masalah hukum dan ilmu pengetahuan.

Namun, Yunahar mengemukakan, tafsir itu tetap menarfsirkan Alquran dengan Alquran, Alquran dengan hadis, Alquran dengan pendapat sahabat, dan Alquran dengan ilmu pengetahuan.

Tujuannya, menurut Yunahar, mencoba menelisik hal-hal baru yang terjadi, sehingga tetap berada dalam konteks Islam. "Kita mencoba menelisik hal-hal baru dalam konteks Islam, gabungan antara tafsir bil ma'tsur dan bil ray'i," ujarnya.

Lebih lanjut, Yunahar mengatakan, seluruh warga Muhammadiyah diimbau menggali tafsir produk internal sendiri. Sebab, tafsir ini tidak sekadar mengulang kembali secara mentah hasil-hasil tafsir terdahulu, tetapi juga memberi beberapa kontribusi baru dalam merespons berbagai problem umat masa kini, yang ditandai dengan responsivitasnya terhadap situasi konkret.

Sekretaris PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti menyampaikan, peluncuran Tafsir "At-Tanwir" ini memiliki tiga makna strategis. Pertama dari sisi internal, tafsir ini merupakan respons atas banyaknya permintaan warga Muhammadiyah.

Sehingga kehadirannya diharapkan dapat menjadi panduan dan pedoman pemahaman Alquran resmi bagi warga Muhammadiyah. "Mereka melihat banyak kitab tafsir yang ada belum mampu menjawab kebutuhan mereka dalam memahami Alquran," kata Mu'ti.

Kedua, tafsir ini bisa menjadi pembanding bagi khalayak terkait dengan banyaknya tafsir Alquran yang beredar di masyarakat serta memperkaya khazanah keilmuan Alquran di Indonesia dan di dunia Muslim. Ketiga, meningkatkan pemahaman masyarakat Muslim atas Alquran sehingga dapat menjadi pedoman di dalam berperilaku juga beribadah, pribadi, dan kehidupan masyarakat.

"Kami berharap peluncuran tahap berikutnya dapat dilakukan. Semoga kehadiran Tafsir 'At-Tanwir' dapat diterima oleh khalayak luas," kata Mu'ti.

Politik Islam

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengapresiasi budaya Muhammadiyah yang berjuang dakwah bil hal. Sesuai namanya, Tafsir "At-Tanwir" diharapkan bisa memberi pencerahan.

Hidayat melihat tafsir ini belum menyinggung unsur politik. Padahal, Muhammadiyah adalah gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar dengan politik moralitas yang tinggi.

Bahasan politik pun sangat dibutuhkan. Apalagi, selama ini Muhammadiyah menghadirkan politik adiluhung dan bermoral.

"Karena ada politisi yang bicaranya tidak beretika. Ini yang butuh ditanwirkan. Karena saya khawatir nanti ada justifikasi dalam tafsir ini tidak disebut etika dan orientasi politik," kata Hidayat. Ia juga menyarankan agar tafsir ini menjaga konsistensi kata dan penerjemahannya.

Di al-Fatihah, ada kalimat 'hanya kepada Engkau kami mengabdi', sementara pada penjelasan diuraikan mengabdi adalah ibadah. Kata ibadah sudah masuk Bahasa Indonesia dan dalam penjelasan kata ibadah sudah dijelaskan dengan benar.

"Dalam tafsir mengabdi itu pada Allah SWT. Kalau khawatir ada perdebatan, misalnya dengan penggunaan kata mengabdi dalam lagu nasional 'Padamu Negeri', konsisten saja pakai kata ibadah. Agar tafsir ini mencerahkan, hindari penggunaan beragam kata agar tidak membingungkan," ujar Hidayat.

Hidayat percaya, Muhammadiyah sudah selesai dengan perdebatan kata macam itu. Tapi, generasi saat ini begitu liberal di satu sisi dan di sisi lain begitu ekstrem. Maka itu, perlu ada penjelasan dalam konteksnya.

Kalau tafsir perlu menghadirkan sisi prososial dan nilai luhur lainnya dalam konteks Alquran dan sunah. Tafsir ini adalah kombinasi hadis dan pendekatan semacam ini harus dikedepankan di tengah masyarakat yang ingin tahu Alquran.

Tafsir ini juga menarik dari sisi tampilannya. Ini risalah bagi saudara sesama Muslim untuk tidak lagi mempertentangkan kitab kuning dan putih.

"Kalau ada catatan kekurangan, inilah tafsir, bukan Alquran itu sendiri dan hanya Allah SWT yang sempurna," kata Hidayat.      rep: Fuji Pratiwi, Wahyu Suryana, ed: Muhammad Iqbal 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement