Selasa 05 Jan 2016 17:00 WIB

The 33, Terjebak di Perut Bumi

Red:

Gurun Atacama, Copiapó, Cile. Tidak ada yang pernah meramalkan bahwa pada Kamis sore, 5 Agustus 2010, itulah malapetaka yang mengguncang dunia terjadi di gurun itu. Tambang mineral bawah tanah di kawasan gurun tersebut ambruk seketika. Akibatnya, sebanyak 33 penambang terperangkap oleh reruntuhan tambang yang sudah beroperasi sejak 121 tahun silam itu. Para penambang malang yang pada kemudian hari dikenal sebagai Los 33 (The 33) terkurung di kedalaman 700 meter di bawah tanah dan sekira lima kilometer dari pintu masuk tambang melalui terowongan berbentuk spiral yang landai.

Sambil berharap datangnya pertolongan, mereka berjuang keras mempertahankan hidup di dalam perut bumi dengan kondisi yang memprihatinkan. Mulai dari persediaan makanan dan air minum yang sangat minim hingga suhu udara yang berada di atas 30 derajat Celsius. Salah satu penambang yang ikut terjebak, Mario Sepúlveda (Antonio Banderas), muncul sebagai sosok pemimpin bagi rekan-rekannya. Mario berusaha mengatur pembagian makanan dan minuman untuk semua orang yang berada di dalam reruntuhan secara adil dan merata.

Ia juga tidak henti-hentinya memberi semangat dan menghibur mereka agar tidak berputus asa. Proses penyelamatan para penambang dimulai dengan penggalian yang melibatkan seorang pakar penggalian Cile, Andre Sougaret (Gabriel Byrne).

Berbekal mesin pengebor canggih dari Jerman, sang pakar bersama timnya berusaha membuat lubang vertikal berdiameter 40 cm ke arah tambang bawah tanah. Pada hari ke-17 pascaruntuhnya tambang yang jatuh pada 22 Agustus 2010, salah satu mata bor tim penyelamat berhasil mencapai lubang perlindungan tempat Mario dan kawan-kawan berada. Pada waktu itulah, Sougaret dan timnya memperoleh informasi bahwa 33 penambang itu ternyata masih hidup.

Di luar lokasi kejadian, ratusan kerabat penambang yang terjebak menanti-nanti dengan penuh harap. Tanpa memedulikan iklim gurun yang ekstrem, mereka menginap selama berpekan-pekan di kamp yang berjarak tidak jauh dari area tambang demi mendapatkan kepastian kabar tentang nasib para penambang. Selain keluarga penambang, Menteri Pertambangan Cile Laurence Golborne (Rodrigo Santoro) juga ikut menginap di dekat lokasi kejadian, memantau langsung proses penyelamatan korban reruntuhan tambang siang dan malam.

Pemerintah Cile selanjutnya menerapkan rencana komprehensif untuk penggalian lebih lanjut. Berbagai perlengkapan dan bahan makanan juga disalurkan kepada para penambang melalui lubang yang sebelumnya dibuat Sougaret bersama timnya. Banyak pihak yang dilibatkan dalam proses penggalian lanjutan tersebut. Di antaranya adalah Badan Antariksa AS dan belasan perusahaan multinasional dari berbagai belahan dunia.

Pada 13 Oktober 2010, para penambang Cile yang sudah 69 hari terperangkap di kedalaman perut bumi itu akhirnya berhasil diselamatkan. Tim penyelamat mengangkat mereka satu per satu dengan menggunakan kapsul penyelamat yang diberi nama Phoenix. Dengan disaksikan masyarakat Cile dan dunia internasional yang menanti dengan harap-harap cemas, detik-detik proses evakuasi yang menegangkan tersebut berlangsung. Bagaimanakah proses evakuasi itu berjalan?

Cerita heroik

Sutradara Patricia Riggen berusaha merekonstruksi kembali insiden yang menimpa puluhan penambang di Copiapó, Cile, pada 2010 itu lewat film teranyarnya, The 33. Mengadaptasi cerita heroik yang berdasarkan kejadian nyata untuk dihadirkan dalam format layar lebar memang bukan perkara mudah.

Namun, sang sutradara tampaknya cukup berhasil untuk menghadirkan sisi drama dan konflik dari tragedi tersebut. Alhasil, meski diangkat dari kisah nyata, film The 33 tidak terlihat seperti karya dokumenter.

Film ini mampu menampilkan sisi dramatisnya dengan cukup sempurna. Sutradara Patricia Riggen tampaknya paham betul bagaimana menyajikan tontonan bergenre survival yang dibumbui dengan adegan-adegan seru, lucu, dan mengharukan. Kita pun diajak untuk merasakan betapa menegangkan upaya penyelamatan puluhan penambang itu dari dalam perut bumi. Apalagi, risiko kematian senantiasa mengancam jiwa mereka.

Di antara rasa putus asa, keletihan, dan fisik yang kian melemah, mereka berusaha untuk memupuk semangat agar tetap hidup dan tak henti berharap. Sang sutradara pun terlihat piawai untuk mengatur ritme ketegangan di sepanjang durasi. Kehadiran aktor kawakan sekaliber Antonio Banderas pun menjadi daya pikat.

Yang menarik, porsi yang diberikan pada Banderas kali ini sedikit berbeda. Pada film-film yang ia bintangi sebelumnya, Antonio Banderas biasanya kerap tampil sebagai sosok pahlawan.

Akan tetapi, di film The 33, aktor yang populer lewat Desperado itu sepertinya harus rela menyerahkan posisi tersebut kepada Rodrigo Santoro yang kebagian peran sebagai Menteri Pertambangan Cile Laurence Golborne. Itu bisa dilihat dari kegigihan sang menteri dalam upaya penyelamatan para penambang yang terjebak di sepanjang film ini sehingga di akhir kisah, Golborne seakan muncul sebagai pahlawan.

Selain itu, keinginan sutradara untuk mengangkat banyak tokoh dalam film ini seolah membuat kisahnya kehilangan fokus. Padahal, film ini bisa menjadi lebih kuat jika hanya memusatkan perhatian pada satu atau dua tokoh sentral. Kehadiran banyak sosok yang ingin disorot justru membuat film ini terkesan seperti sebuah drama televisi ketimbang kisah layar lebar. N ed: endah hapsari

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement