Rabu 06 May 2015 15:00 WIB

Fantasi Gitar Tohpati

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sejak remaja, Tohpati Ario Utomo atau dikenal dengan Tohpati sangat menyukai permainan alat musik gitar. Bahkan, tanpa ragu ia sering tampil dari panggung ke panggung di Jakarta.

Tak heran, di usia belia 14 tahun, pria kelahiran, 25 Juli 1971, ini menyabet gelar sebagai gitaris terbaik tingkat Provinsi DKI Jakarta. Setelah itu, satu per satu penghargaan sebagai gitaris terbaik turut disabetnya.

Perjalanan bermain gitar terus dilakoni Tohpati. Pada 1993 bersama dengan Riza Arshad, Arie Ayunir, dan Indro Hardjodiko, ia bermain dalam sebuah grup musik bernama Simak Dialog. 

Empat tahun setelahnya, tepatnya pada 1997 Tohpati mulai mengembangkan diri secara solo. Ia membuat album dengan menggandeng beberapa penyanyi, seperti Glenn Fredly dan Shakila. Salah satu lagu andalan dari album yang diberi judul dengan namanya sendiri ini adalah Lukisan Pagi yang sempat menjadi jawara di beberapa tangga lagu Tanah Air.

Permainan gitar Tohpati pun terus berkembang. Sejak saat itu pun, ia sering diminta menjadi seorang music director dari penyanyi-penyanyi ternama Indonesia, seperti Rossa, Afgan, dan Vidi Aldiano, serta membantu produksi musik dari beberapa label, seperti Sony Music Indonesia dan Trinity Optima Production.

Namun, keinginan untuk terus berkarya dengan alat musik yang Tohpati sukai, yaitu gitar tak pernah ia lupakan.

Lebih dari itu, keinginan untuk membuat album gitar tunggal atau hanya permainan gitar secara akuistik ternyata sudah lama menjadi keinginan pria yang juga sering disapa Bontot ini. Hal tersebut akhirnya terwujud dalam album terbarunya, yaitu Guitar Fantasy yang diluncurkan pada 28 Maret.

Menurut Tohpati, memainkan gitar secara solo tanpa adanya bantuan dari alat musik lain maupun gitaris lainnya punya beban mental tersendiri. Selain tanggung jawab permainan musik sepenuhnya ada pada dirinya, Tohpati juga harus mampu menampilkan lagu instrumental yang dibuat secara langsung sendiri saja di panggung.

"Membuat album dengan permainan gitar tunggal bisa dikatakan tidak mudah. Saya termasuk orang yang sulit percaya diri dan bila sudah membuat album kita dituntut untuk menampilkan yang live sama dengan rekaman," ujar Tohpati.

Dalam album terbarunya ini, Tohpati menyuguhkan 10 lagu yang dimainkan secara akuistik melalui gitarnya. Lagu-lagu ini, di antaranya, "Guitar Fantasy", sesuai dengan judul album ini, "Panah Asmara", "Middle East", "Sky Blues", "Super Nice Things", "Layang-layang", "Peace", "My Dream", "Yang Dinanti", dan "Saturday". Dalam album kedelapan Tohpati ini, tidak ada vokal yang hadir. Dengan kata lain, lagu-lagu disajikan secara instrumental sesuai dengan tema gitar tunggal yang ia usung.

Menurut Tohpati, membuat lagu dari permainan gitarnya adalah keinginan yang selalu datang. Bermacam-macam genre sudah ia coba, seperti blues, rock, pop, dan jazz. Namun, dia mengakui, hingga saat ini jazz adalah jenis musik yang paling ia sukai.

Inspirasi dalam membuat lagu dikatakan Tohpati datang dari yang dia lihat atau apa yang ada di dalam pikirannya saat itu. Karena itulah, baginya, membuat album tak sekadar ditujukan untuk kepentingan komersial.

"Album ini sebenarnya kita bermain untuk diri sendiri. Meski ada tujuan komersial, permainan gitar yang saya lakukan, khususnya saat ini lebih ditujukan untuk dinikmati orang-orang yang juga menyukai permainan gitar akuistik," ujar Tohpati.

Pada album Guitar Fantasy, Tohpati mengatakan, hanya merilisnya di dalam negeri. Tidak seperti album sebelumnya, Tribal Dance, yang juga diluncurkan di Amerika Serikat (AS). "Khusus album gitar tunggal pertama, saya ingin merilisnya khusus di Indonesia saja.’’ Oleh Puti Almas ed: Endah Hapsari

***

Terus Berkarya

Tanyakan pada Tohpati apa kendalanya selama berkarier sebagai gitaris. Niscaya, peraih gelar gitaris terbaik Festival Band se-Jawa dan Yamaha Band Explosion ini akan menjawab, konsentrasi.

Menurut dia, konsentrasi adalah hal yang paling sulit selama bermain gitar secara tunggal. Maka, dengan membuat album gitar tunggal secara penuh, ia mengatakan, seorang musisi juga dituntut menampilkan permainan yang sama sempurnanya dengan rekaman.

Karena itulah, meski sudah berkarier di industri musik selama hampir 30 tahun, Tohpati sempat ragu membuat album gitar tunggal.

"Kalau kita bermain secara band, seperti yang biasanya juga saya lakukan, kita tidak perlu terlalu khawatir saat tampil di panggung ada kesalahan sedikit karena orang yang menonton biasanya tidak langsung menyadari," tambah Tohpati.

Ini berbeda ketika bermain gitar solo. Kesulitan itu tampaknya tak menyurutkan langkahnya menjadi gitaris andal.

Terbukti, setelah album solo pertamanya, peraih ia terus meluncurkan album dalam selang waktu beberapa tahun. Di antaranya adalah Serampang Samba (2002), It's Time (2008), Tohpati Ethnomission (2010), Tohpati Bertiga (2010), Song For You (2013), dan Tribal Dance (2014). Dalam album-album berikutnya ini Tohpati mulai sering menampilkan lagu-lagu secara instrumental.

Dibantu dengan beberapa teman musisi lainnya, Tohpati meluncurkan album-album ini dengan memainkan gitar elektrik. Permainan alat musik lainnya, seperti bas dan drum juga masih ditampilkan.

Kini, Tohpati kian kuat memancangkan kakinya sebagai gitaris dengan meluncurkan album impiannya, Guitar Fantasy. Dari album ini, Tohpati berharap banyak gitaris lain yang terpacu untuk mengeluarkan karya tunggal seperti dirinya.

Tidak hanya itu, kekhawatiran para musisi lain yang selama ini masih ragu untuk meluncurkan album akuistik karena tidak mendapat tempat dari para pendengarnya juga akan hilang. Dengan demikian, kreativitas dari para musisi di Indonesia akan semakin berkembang.

Ayah dua anak ini juga mengatakan, akan terus menggeluti dunia musik dan berkarier di bidang ini. Selama masih mampu, ia akan terus berkarya. "Saya ingin terus di industri musik. Selain passion saya memang di sini, kalau saya sibuk yang lain takutnya musiknya nanti jadi berantakan.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement