Jumat 09 Dec 2016 16:00 WIB

FOKUS PUBLIK- Pertahankan Buah Lokal

Red:

Meski dikenal sebagai negar agraris, Indonesia ternyata tak mampu memenuhi kebutuhan buah dalam negeri. Negara harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi buah.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Thohir mengatakan, banyaknya buah impor yang memenuhi pasar lokal Indonesia karena adanya efisesinsi subsidi angkut dari pemerintah setempat, seperti Thailand. Ia melanjutkan, Negeri Gajah Putih tersebut memiliki maskapai penerbangan Thai Airways yang mendapatkan kuota tertentu untuk mengirim buah-buahan ke negara tujuan, seperti Indonesia.

Terlebih lagi, kualitas buah lokal masih belum bisa bersaing di pasar internasional. Lalat buah menjadi salah satu penyebab buruknya kualitas lokal yang ditakuti negara-negara pengimpor untuk memasukkan buah Indonesia ke negaranya.

Indonesia masih belum bisa mengatasi hama tersebut ditambah masih minimnya teknologi terapan yang dapat digunakan petani buah. Ia mengatakan, komoditas buah yang akan diekspor harus melalui tahapan x-ray untuk membunuh penyakit yang ada, termasuk akibat lalat buah. Teknologi terapan untuk menjaga tampilan buah juga masih belum banyak digunakan petani Indonesia.

Kepala Bidang Keamanan Hayati Badan Karantina Kementerian Pertanian, Islana Ervandiari, mengatakan, terjadi penurunan impor buah sepanjang 2016. Penurunan impor buah sebesar 40 persen. Dia mencontohkan, salah satu negara pengimpor buah yang turun kuota impornya adalah Cina. Pemerintah menganggap Cina belum melakukan sertifikasi uji lab untuk komoditas buahnya.

Kementan juga sentra produksi menjadi kawasan skala komersial yang terintegrasi dengan pelaku usaha. Pengembangan kawasan buah yang telah dikembangkan sejak 2011 hingga 2016 tercatat seluas 33.438 hektare dan paling luas untuk tanaman jeruk sebesar 14.127 hektare.      ed: Erdy Nasrul

***

Buah Lokal Lebih Baik

Aini Ruhayati, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Indonesia memiliki tanah  sangat subur, iklim tropis, sinar matahari yang baik. Seluruh aspek tersebut sangat mendukung untuk produksi buah yang lebih maksimal. Namun, mengapa masih impor? Ini merupakan pertanyaan yang sangat menggelisahkan. Banyak buah impor masuk ke Tanah Air. Masyarakat pun cenderung lebih menyukai buah impor daripada buah lokal.

Berdasarkan data Kementan, impor buah apel segar mencapai 76.733.988 kilogram hingga September 2016. Hal ini menunjukkan rendahnya eksistensi buah lokal terkisis buah impor. Dalam ketahanan buah lokal, pengoptimalan aspek trigatra sangat penting, di antaranya geografi, kependudukan, dan sumber daya alam.

Pertama, aspek geografis, aspek ini berkaitan dengan persentase lahan yang mengalami alih fungsi menjadi lahan industri. Untuk menyiasatinya, pemerintah harus fokus mengembangkan kebun buah di daerah yang memiliki potensi dan juga menggalakkan program hortikultura.

Kedua, berkaitan dengan aspek kependudukan dan sumber daya manusia. Sebagian besar taraf pendidikan petani lokal masih rendah. Untuk itu, perlu diadakan penyuluhan mengenai pengolahan yang baik dari prapanen sampai pascapanen.

Ketiga, Indonesia harus mampu mengoptimalkan penggolahan sumber daya alam yang baik. Tujuannya untuk mempertahankan eksistensi buah lokal dari ancaman buah impor.

Sudah saatnya kita lebih menyukai buah lokal untuk meningkatkan ketahanan pangan di dalam negeri. Bahkan, Indonesia menjadi salah satu negara utama pengekspor buah di dunia, seperti harapan Presiden Joko Widodo.

Wahyu Fahrul Rizki Purba, Mahasiswa Pascasarjana, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Indonesia ini kaya dengan beribu pulau, Indonesia juga kaya dengan beribu hektare lahan, Indonesia ini juga dikenal dengan kesuburan negaranya. Negara ini seharusnya mandiri tanpa harus bergantung sepenuhnya kepada negara lain.

Indonesia juga dikaruniai beragam buah-buahan yang memiliki keunikan tersendiri. Komoditas ini juga banyak diminati masyarakat luar negeri. Sangat disayangkan jika Indonesia masih mengimpor buah. Saya menilai, salah satu faktor yang menghambat swasembada buah adalah karena petani enggan menanam buah. Mereka tidak mendapatkan perhatian pemerintah.

Ada perbedaan signifikan antara buah lokal dan impor. Dari segi kualitas, buah impor sepertinya lebih berkualiatas daripada buah lokal. Kendati demikian, ini tidak menjadi alasan Indonesia mengimpor buah. Kita bisa produktif. Buah yang sangat berkualitas dan layak untuk dikonsumsi dan juga layak untuk diekspor.

Buah impor berdampak pada petani yang mengeluh dengan fluktuasi harga buah lokal yang membuat petani merugi. Menurut saya, yang perlu dibenahi di sini adalah petani harus lebih giat lagi dalam menghasilkan buah-buahan berkualitas. Peran Kementerian Pertanian juga sangat dibutuhkan di kalangan petani agar dapat membantu mereka menghasilkan buah berkualitas dan layak untuk dikonsumsi masyarakat lokal maupun luar negeri.

Kembangkan Sentra Produksi Buah

Fariz Awaludin Arief, Mahasiswa Pendidikan Teknik Sipil & Perencanaan-UNY, Mahasantri Ma'had Aliy PP Wahid Hasyim

Saya membaca berita di laman Republika.co.id, Selasa (29/11), tentang buah impor membanjiri pasar lokal Indonesia. Ini sangat disayangkan. Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengharapkan Indonesia menjadi negara utama pengekspor buah di dunia.

Di antara penyebab masih terjadinya buah impor membanjiri pasar lokal adalah masih terkendalanya pasokan kebutuhan di dalam negeri. Pasar dalam negeri terpaksa mengimpor buah untuk memenuhi permintaan konsumen.

Ini tidak sepenuhnya salah, tetapi banyak buah impor telah memenuhi pasar-pasar di Indonesia. Kondisi ini mengundang kekhawatiran tersendiri bagi para petani lokal. Selain pendapatan yang berkurang, hasil pertanian Indonesia yang subur pun seolah tidak dimaksimalkan dengan baik.

Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan mengenai daerah-daerah di Indonesia yang akan menjadi sentra produksi buah maupun pangan. Ini harus ditentukan. Masyarakat di sana harus diberdayakan untuk menghasilkan produk pertanian dan perkebunan. Pemerintah pusat dan daerah harus bersinergi.

Setelah ditetapkan berdasarkan topografi wilayah, pembenahan tak kalah pentingnya. Pemerintah harus bisa memastikan bibit unggul dan pupuk untuk memaksimalkan hasil pertanian.

Pembangunan infrastruktur juga harus berjalan agar akses distribusi hasil pertanian berjalan dengan baik. Tak jarang akses jalan yang sulit dijangkau juga menjadi penyebab keterlambatan pasokan buah maupun pangan di Indonesia.

Masyarakat menginginkan bangsa Indonesia menjadi negara utama pengekspor buah di dunia. Prestasi ini akan menunjang perbaikan dalam bidang perekonomian di Indonesia.

Banjir Buah Impor Mengherankan

Giyat Yunianto, Bekasi, Jawa Barat.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Dengan berlimpahnya kekayaan tersebut, sudah sepatutnya Indonesia mampu mencukupi kebutuhan pangannya sendiri. Adanya buah impor yang 'membanjiri' pasar Indonesia sangatlah mengherankan dan patut dipertanyakan.

Dengan adanya buah impor,  sudah pasti akan mengurangi pendapatan para petani buah yang ada di Indonesia. Pemerintah seharusnya tanggap dan peka terhadap kondisi tersebut. Karena jika dibiarkan, hal tersebut sama saja menzalimi para petani buah.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu mencintai dan menghargai produksi putra dan putri negerinya sendiri. Ya Allah, bukakanlah hati dan sadarkanlah akal para pemimpin kami agar mereka dapat merasakan perjuangan dan penderitaan para petani di republik ini.

Konsumsi Buah Impor Jangan Menjadi Gengsi

Herwin Nur, Pondok Aren, kota Tangsel, Banten.

Tidak ada yang aneh di negeri ini. Ketika kita resah karena buah impor membanjiri pasar Indonesia, di sisi lain ada kegiatan festival buah impor yang diselenggarakan negara lain di Jakarta, beberapa waktu lalu. Dalam kegiatan itu, masyarakat dapat mencicipi buah impor segar.

Banjir buah impor menyaingi buah dalam negeri. Ini bisa menjadi dampak zona perdagangan bebas yang mau tak mau harus dipatuhi Indonesia. UU 18/2012 tentang Pangan bukan hanya berbicara tentang ketahanan pangan, melainkan juga memperjelas dan memperkuat pencapaian ketahanan pangan dengan mewujudkan kedaulatan pangan (food soveregnity), kemandirian pangan (food resilience), serta keamanan pangan (food safety).

Saya mengkhawatirkan mengonsumsi buah impor menjadi tren tersendiri. Dianggapnya lebih hebat dibandingkan mengonsumsi buah lokal. Ada gengsi tersendiri. Saya harap ini tidak terjadi.

Kita harus berusaha keras meningkatkan citra buah lokal. Masyarakat seharusnya lebih mengutamakan buah lokal untuk dikonsumsi.

Tingkatkan Mutu dan Daya Saing Buah Lokal

Indra Ari Fajari, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Darussalam Gontor

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam beraneka ragam serta wilayah yang cukup luas. Hal ini terbukti karena sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Mungkin ini yang membuat Indonesia menjadi negara agraris terbesar di dunia.

Di Negeri Khatulistiwa ini, pertanian memiliki peranan yang penting, baik di sektor perekonomian maupun pemenuhan kebutuhan pokok atau pangan. Dengan semakin bertambahnya penduduk, bertambah pula kebutuhan konsumsi pangan sehingga hasilnya perekonomian petani akan meningkat.

Namun, faktanya di pasaran masih banyak buah impor yang diperjualbelikan, seperti kiwi, buah naga, kurma, durian, pir, anggur, lengkeng, apel, dan jeruk shantang. Padahal, buah-buahan impor ini bisa ditemui dan dihasilkan di berbagai penjuru nusantara. Oleh sebab itu, mari kita cintai produksi buah nusantara. Karena, selain lebih sehat dan segar daripada buah impor, mencintai produksi buah dalam negeri berarti menyejahterakan petani kita.

Untuk mewujudkan hal tersebut, hendaknya pemerintah mengembangkan kawasan buah bekerja sama dengan perusahan swasta serta perguruan tinggi supaya mutu dan daya saing produk hortikultura meningkat signifikan.

Saatnya Mencintai Buah Lokal

Intan Muthoharoh, Mahasiswi Universitas Darussalam Gontor

Untuk apa memiliki julukan negara agraris jika ternyata masih banyak mengonsumsi buah- buahan impor. Indonesia memiliki tanah atau lahan yang subur untuk ditanami beraneka ragam tanaman dan buah- buahan.

Ketika pergi ke supermarket, banyak konsumen yang sangat bangga ketika mereka telah mengonsumsi buah impor. Mereka berasumsi, jika dapat membeli buah impor, mereka sudah menjadi rakyat bergaya luar negeri dan memiliki kebanggaan tersendiri.

Sebagai penduduk indonesia, saya kecewa dengan penduduk yang berbangga seperti itu, padahal tumbuhan di Indonesia juga segar dan berkualitas bagus. Buah lokal memiliki harga yang murah karena diambil langsung dari tanah yang subur. Pengirimannya tanpa dikenai bea cukai.

Saya berharap masyarakat yang senang membanggakan produk luar negeri, cintailah produk dalam negeri, karena jika bukan kita, siapa lagi? Jika bukan sekarang, kapan lagi?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement