Senin 08 Sep 2014 12:00 WIB

Target Bea Keluar Meleset

Red:

JAKARTA --- Melemahnya harga komoditas dan pembatasan ekspor mineral membuat target bea keluar sulit tercapai. Apalagi, andalan pendapatan dari bea keluar Indonesia masih  didominasi minyak sawit (crude palm oil/CPO) dan ekspor mineral.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Agung  Kuswando mengatakan, fokus pengembangan CPO saat ini masih terpaku pada hilirisasi, bukan kenaikan tarif. Apabila ekspor mengalami penurunan, maka bea keluar akan terdampak langsung. "Target bea keluar meleset jauh," katanya, akhir pekan kemarin.

Fokus pada hilirisasi diharapkan membuat penerimanaan bea keluar di masa depan bisa meningkat. Caranya dengan menggiatkan ekspor barang jadi dibandingkan ekspor barang mentah.

Pendapatan bea keluar dalam RAPBN 2015 ditargetkan mencapai Rp 14.299,9 miliar, atau turun 30,6 persen bila dibandingkan dengan APBNP 2014. Sebelumnya, pemerintah menargetkan bea keluar lebih besar sekitar Rp 20.604,4 miliar. Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh pergeseran komposisi volume ekspor CPO dan produk turunannya, yaitu porsi volume ekspor CPO menurun sedangkan porsi ekspor produk turunan CPO membengkak.

Kemudian pembatasan ekspor mineral juga menjadi hambatan pemasukan dari pos bea keluar. Selama tujuh bulan tidak ada barang tambang mineral yang diekspor sehingga mengurangi pendapatan negara. "Kami berharap bagian ini ditambal oleh ekspor mineral dari Freeport dan Newmont," lanjut Agung.

Ditjen Bea dan Cukai memperkirakan nilai ekspor kedua perusahaan tambang tersebut mencapai Rp 1,9 triliun. Nilai itu jauh dari target awal sebesar Rp 4,9 triliun. Pendapatan negara pada RAPBN 2015 dari bea cukai ditargetkan mencapai Rp 177,5 triliun. Sedangkan, total pendapatan negara yang ditargetkan sebesar Rp 1.762,3 triliun.

Ditjen Bea dan Cukai merilis hingga Juli lalu, penerimaan bea cukai baru mencapai 57,6 persen atau lebih rendah dari target awal yang dipatok sebesar 58,8 persen. Penerimaan cukai pada tahun ini ditargetkan sebesar Rp 116,28 triliun. Sebelumnya, Ditjen Bea dan Cukai memproyeksikan penerimaan cukai sepanjang tahun 2014 bisa mencapai sekitar Rp 117,15 triliun atau 100,75 persen dari target.

 Rokok menjadi salah satu penyebab pendapatan cukai pada tahun ini tak sesuai target. "Tarif cukai rokok tahun ini tidak naik, jadi penerimaan tidak bisa lebih tinggi," kata Agung.

Agung menambahkan, produksi batangan rokok tahun ini juga mengalami penurunan. Pada 2013, produksi rokok mencapai 314 miliar batang. Tahun 2014, produksi ditargetkan mencapai 380 miliar batang. Hingga akhir tahun 2014, produksi rokok diperkirakan hanya sekitar 353 miliar batang.

rep:meiliani fauzaih ed: nidia zuraya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement