Kamis 18 Sep 2014 14:00 WIB

Memotong Penyakit Lewat Pendidikan

Red:

JAKARTA - Kemiskinan, ketidaktahuan, dan keterbelakangan peradaban menjadi tiga penyakit laten yang terdeteksi dari bangsa Indonesia. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mengatakan pendidikan menjadi jalan yang diharapkan bisa memotong mata rantai ketiga penyakit itu.

Nuh mengibaratkan pendidikan merupakan pisau yang paling tajam untuk memotong segala bentuk kemiskinan yang ada di Indonesia. Salah satu komponen yang paling penting dalam pendidikan yakni guru, yang menjadi salah satu kunci paling mendasar untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pasalnya, satu guru baik akan mampu menulari guru-guru yang lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Adji Sambogo/Republika

Pelatihan Guru Mendikbud Mohammad Nuh (tengah) memukul gong, disaksikan Dirut PT Telkom Arief Yahya (kedua kiri) dan Pemimpin Redaksi Harian Republika Nasihin Masha (kiri) saat membuka IndiLearning Bagimu Guru Kupersembahkan, di Jakarta, Rabu (17/9).

"Kita tidak ingin mendikotomikan guru dan kurikulum. Kurikulum harus kita bangun lebih dulu, lalu kita juga mendorong para guru," ujar Nuh, Rabu (17/9).

Menurut Nuh, tidak harus menunggu semua guru siap untuk memperbaiki pendidikan.  Namun, kualitas guru yang baik diharapkan akan mampu membawa dunia pendidikan ke arah yang lebih positif. Untuk mendukung guru-guru makin berkualitas, Kemendikbud bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menggelar program IndiLearning.

Seribu guru terpilih akan mendapatkan pelatihan di bidang teknologi dan informasi, termasuk sosialisasi Kurikulum 2013, pembelajaran abad 21, integrasi teknologi dan praktik terbaik pembelajaran inovatif, pemanfaatan media sosial untuk pembelajaran serta public speaking.

Untuk pelatihan pembelajaran abad 21, Telkom bekerja sama dengan Intel. Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Arief Yahya mengatakan, dari 330 ribu sekolah dan 3 juta guru yang ada di Indonesia, baru 5.000 guru yang terhitung benar-benar paham Kurikulum 2013 dan melek teknologi. Menurut dia, tidak ada cara lain untuk meningkatkan daya saing bangsa kecuali mempercepat pertumbuhan guru-guru berkualitas.

Global Competitiveness Index Indonesia saat ini ada di posisi ke-34. Masih cukup jauh tertinggal dibandingkan Singapura dan Thailand yang berada di posisi kedua dan 31. Apalagi, tahun depan kita sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean yang bukan hanya arus barang dan jasa saja yang akan masuk ke Indonesia. "Yang perlu ditransformasi dari Indonesia yakni guru-gurunya, agar bisa membentuk negara yang unggul," ujar Arif.

rep:dwi murdaningsing ed: muhammad hafil

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement