Jumat 03 Jun 2016 17:00 WIB

Ahman Yani: Perjuangkan Fasilitas Masjid Layak di Apartemen

Red:

Keberadaan masjid di lingkungan apartemen memang belum menjadi kebutuhan utama pihak pengembang. Hal tersebut tentu berdampak pada kelancaran proses ibadah para penghuni apartemen sendiri.

Menanggapi fenomena tersebut, Sekretaris Bidang Dakwah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Ahmad Yani mengakui, selama ini lembaganya selalu mendorong pihak pengembang dan pemerintah agar dapat menyediakan sarana atau fasilitas masjid di lingkungan apartemen.

"Kita sifatnya mendorong agar hal ini mendapat perhatian. Pemerintah dan lembaga terkait memang harus mengupayakan agar warga Muslim bisa memiliki sarana ibadah. Kalau untuk anak-anak ada sarana bermain, untuk belanja disediakan kiosnya, tapi mengapa untuk ibadah tidak ada?" ujarnya kepada Republika, Selasa (31/5).

Berikut kutipan wawancaranya

Apakah ada ketentuan khusus yang mengatur tentang pembangunan masjid di lingkungan apartemen atau mal?

Kalau yang sifatnya peraturan, saya belum tahu. Tetapi, biasanya di lingkungan seperti itu ada yang namanya fasilitas sosial atau fasilitas umum. Karena itu, ketika bangunan apartemen dihuni oleh banyak Muslim, masjid harus disediakan.

Tetapi, pihak pengembang memang sering kali tidak menyediakan sarana ibadah. Akhirnya (sarana ibadah) diusahakan warga yang telah tinggal di sana.

Misalnya saja di apartemen Kalibata City. Dari sekian banyak gedung apartemen, hanya satu gedung yang ada masjidnya. Itu pun letaknya di basement. Akhirnya oleh warga yang menghuni dibenahi sebaik mungkin, dengan menambah fasilitas, seperti AC dan fasilitas-fasilitas lainnya sehingga menjadi layak dan baik.

Jadi, terlepas dari peraturan atau tanggung jawab pengembang, warga apartemen memang harus berjuang untuk membangun masjid dengan baik.

Apa pendapat Anda melihat fenomena masjid yang kurang memadai di lingkungan apartemen?

Kalau tanggung jawab pengembang tidak ada dan kesadaran para penghuni (untuk menyediakan masjid) juga minim, memang sulit. Kalau para penghuni punya kesadaran yang tinggi, menurut saya, mereka bisa mengusahakan untuk membuat masjid. Jadi, selain tanggung jawab pengembang, warga juga harus aktif untuk bisa menyediakan fasilitas masjid di lingkungan mereka. Karena itu kebutuhan.

Apakah DMI mempunyai program untuk mengatasi fenomena kurang memadainya masjid di lingkungan apartemen?

Kita sifatnya mendorong agar hal ini mendapat perhatian. Pemerintah dan lembaga terkait memang harus mengupayakan agar warga Muslim bisa memiliki sarana ibadah. Kalau untuk anak-anak ada sarana bermain, untuk belanja disediakan kiosnya, tapi mengapa untuk ibadah tidak ada?

Di sini kita penting untuk mendorong semua pihak agar warga Muslim bisa memiliki sarana ibadah, baik tinggalnya di apartemen maupun rusunawa. Kalau belum ada, memang harus dibuat.

Menurut Anda, apa faktor yang menyebabkan masjid di lingkungan apartemen kurang memadai?

Dari pemerintah memang seperti tidak ada penegakan aturan. Mereka kurang memantau proses pembangunan dan kebutuhan para penghuni apartemen. Selain itu, kesadaran dari para penghuni apartemen memang relatif rendah. Sehingga, tidak ada upaya dari mereka untuk, misalnya, menuntut keberadaan tempat ibadah. Mengapa tidak ada upaya? Hal ini bisa karena dari masing-masing penghuni memang tidak ada komunikasi atau individualis.

Masjid bisa menjadi sarana silaturahim para penghuni apartemen, apa pendapat Anda?

Hal ini memang kenyataan menurut saya. Saya sering memberi ceramah di masjid di apartemen Kalibata City. Dari beberapa gedung apartemen yang ada di sana, ketika ada kegiatan masjid, mereka bisa berkumpul bersama. Hal ini kan menunjukkan bahwa ketika di masjid mereka bisa berkomunikasi dan membangun solidaritas bersama.

Tetapi, masalahnya memang selalu ada di pihak pengembang. Misalnya saja untuk kumandang azan. Itu belum diperbolehkan menggunakan pengeras suara. Papan penunjuk ke lokasi masjid juga belum ada. Sehingga, kalau ada orang yang baru datang atau menghuni, dia tidak tahu ada masjid di sana.

Dari pengalaman Anda berceramah di lingkungan apartemen, apakah memiliki kendala atau hambatan?

Kalau di apartemen kan orangnya cukup variatif. Berbeda dengan permukiman yang biasanya satu warna. Dengan keberagaman warga apartemen, bila kita berceramah dengan bahasa yang mungkin tidak bisa mereka cerna, itu bisa menyulitkan mereka untuk memahami isi ceramah kita.

Yang lainnya, dengan penghuni yang variatif, isi ceramah kita bisa saja diterima oleh satu kalangan, tapi belum tentu diterima kalangan lainnya. Di sini, kita sebagai penceramah harus hati-hati. Agar nilai-nilai yang kita sampaikan bisa diterima dan merangkul semua kalangan yang ada di masjid itu.  ed: Hafidz Muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement