Jumat 13 Jun 2014 12:00 WIB
komunitas

Sarasehan Nasyid Nasional Menyamakan Gerak Langkah

Red:

Nasyid di Indonesia mulai digaungkan kembali. Sarasehan Pegiat Nasyid Nasional yang diselenggarakan pada Ahad (8/6) bersama lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) setidaknya bisa menyamakan persepsi mengenai mau dibawa ke mana nasyid ke depan.

Sarasehan yang dihadiri sekitar 60 munsyid dari berbagai daerah, seperti Semarang, Bandung, Jambi, Palembang, Yogyakarta, dan Jabodetabek ini diharapkan dapat membantu organisasi-organisasi, kelompok nasyid, dan nasyid perseorangan untuk lebih berkembang.

Sebagai penggagas forum tersebut, Teddy Snada sangat terkesan dengan para munsyid yang datang secara sukarela untuk memajukan nasyid Indonesia ke depan. Forum ini, katanya, diharapkan dapat membuka mata pegiat nasyid tanpa melihat sekat-sekat organisasi nasyid yang telah ada apalagi membuat organisasi baru.

“Kita ingin membantu organisasi nasyid lebih berkembang. Memperlihatkan bagaimana nasyid bisa terus berkembang di tengah naik turunnya industri musik Indonesia,” ujarnya.

Teddy melanjutkan, jumlah tim nasyid di Tanah Air sangat banyak, namun ia amat prihatin karena dari sekian banyak jumlah tersebut, sebagian besar masih terkungkung pada visi yang berbeda. Maka, dari itu dibutuhkan persamaan visi dari sekarang untuk kemajuan dunia nasyid ke depannya.

Opick yang saat itu menjadi salah satu penasihat menggarisbawahi, industri musik memang mulai mati. Penjualan kaset dan CD tidak bisa diandalkan. 

Meski begitu, sebenarnya musik Islami masih sangat bisa bersaing, baik di dalam dan luar negeri. Sayangnya, pelbagai masalah juga masih menyapa para pegiat nasyid. Mulai dari sponsor musik Islam yang sedikit, media massa yang enggan meliput, label yang lebih memilih musisi pop yang berganti “baju” religi saat Ramadhan, regenerasi yang tidak berjalan, sampai mental pelaku nasyid yang belum kokoh,

“Mental pegiat nasyid masih belum internasional dan tidak ngotot dengan musiknya,” katanya.

Iqbal Setyarso, Direktur Komunikasi ACT, menegaskan, nasyid dan kemanusiaan merupakan kolaborasi sepadan untuk membangkitkan gairah kedermawanan umat. Karena lewat lantunan kata dan nada, dapat menghasilkan produk-produk yang kemudian dapat dijadikan stimulan untuk mengajak masyarakat berdonasi.

Seniman nasyid bagi ACT layak menjadi duta kemanusiaan. Setidaknya. tiga peran strategis komunitas nasyid. “Pertama, event nasyid menjadi tools charity, kedua produk seni, seperti album maupun program entertainment bagian darisocial enterprise bersama ACT yang keuntungannya kembali untuk kemanusiaan. Ketiga, para munsyid adalah relawan yang bersama ACT ikut menyuarakan kepedulian pada isu kemanusiaan,“ ujarnya memaparkan. ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement