Senin 05 Dec 2016 16:00 WIB

Erik Meijer, Presiden Direktur Telkomtelstra: Fokus Kembangkan Layanan Cloud di Tanah Air

Red:

Foto : Republika/ Wihdan    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perkembangan era digital membawa berbagai dinamika baru ke tengah masya rakat. Dengan semakin besarnya konsumsi data digital yang diproduksi setiap hari oleh masyarakat, layanan cloud computing atau komputasi awan pun perlahan mulai banyak dikenal.

Salah satu perusa haan yang bergerak dalam bidang manajemen aplikasi dan layanan ja ringan berbasis kompu tasi awan adalah Telkom telstra. Ini merupakan perusahaan patungan antara PT Telekomunikasi Indonesia yang menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar di Tanah Air, dan Telstra Corporation Limited (Telstra), perusahaan telekomunikasi serta layanan informasi terkemuka di Australia.

Perusahaan yang lahir pada Oktober 2014 ini hadir sebagai penyedia layanan end-to-end managed solutions, untuk memberdayakan bisnis perusahaan-perusahaan di Indonesia. President Director Telkomtelstra, Erik Meijer, berbagi cerita mengenai perkembangan perusahaan yang baru sa ja mendapat penghargaan dari Frost & Sullivan sebagai 'Managed Service Provider of the Year 2016 ini. Berikut wawancara wartawan Republika, Rossi Handayani dengan Erik Meijer di kantornya di Jakarta, belum lama ini.

Selama ini seperti apa perkem bangan bisnis cloud dan adaptasi terhadap teknologi ini di tengah masyarakat Indonesia?

Pertumbuhan bisnis cloud saat ini cukup besar. Yang menarik dari tek no logi yang satu ini adalah tingkat adopsi di sektor konsumen personal saat ini lebih besar dari sektor perusahaan. Saat ini, setiap penggunaan WhatsApp, Google Mail, Waze, semuanya kan menggunakan cloud.

Namun, karena tidak disebutkan se bagai cloud, konsumen tidak menyadari bahwa mereka selama ini telah meng adop si teknologi yang satu ini. Berang kat dari hal tersebut, sudah saatnya per usahaan juga ikut mulai bergabung menggunakan teknologi yang satu ini.

Data dari Internet Data Center (IDC) me nyebutkan, nilai pasar dari bisnis cloud pada 2016 mencapai 308 juta dolar AS. Angka ini akan naik sekitar 22 hingga 36 persen persen atau sekitar 378 juta dolar AS. Jadi, memang sudah mu lai ada peningkatan meski menurut sa ya, potensi dari bisnis yang satu ini masih jauh lebih besar lagi.

Ada berapa banyak pelanggan yang dimiliki Telkomtelstra saat ini?

Ya, itu yang kadang-kadang bikin stres istri saya. Ketika saya sampaikan bahwa jumlah pelanggan kita sudah dari 50, ia terkejut karena di perusahaan tem pat saya bekerja sebelumnya, jumlah pelanggan yang bisa didapat mencapai angka 60 juta orang.

Istri saya kerap bertanya, apakah dengan pelanggan yang hanya 50, per usahaan akan bisa menggaji saya. Di industri terdahulu, dengan jumlah pe langg an sebanyak 60 juta, jumlah yang dihabiskan pelanggan untuk berkomu ni kasi, sekitar Rp 20 ribu per orang. Kalau di sini, jumlah pelanggannya memang tidak banyak. Tapi, jumlah in vestasi yang dikeluarkan setiap pelang gan terbilang lumayan besar.

Jadi, layanan cloud yang dimiliki Tel komtelstra tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak layanan yang kita miliki. Cloud juga layanan yang paling pertama kami luncurkan. Saat ini, kita sudah memiliki lebih dari 6.000 lokasi yang kita manage, memang cukup besar.

Saat ini orang banyak mem bicarakan transformasi digital. Tapi, masih banyak pula orang yang ragu untuk melakukannya, dengan alasan mahal dan lain sebagainya. Bagaimana menurut Anda?

Pendapat itu saya bisa mengerti, tapi memang perlu diluruskan. Tentang layanan cloud yang disebut mahal, itu tidak benar. Justru lebih murah cloud sebenarnya daripada yang non-cloud. Tapi, yang kedua, masih terkait ma salah harga, yang kerap menjadi gan jalan adalah ketika banyak perusahaan yang sudah berinvestasi untuk platform yang sebelumnya, kemudian akan pin dah mengadopsi cloud.

Keputusan ini tentu akan mengha nguskan investasi yang telah dilakukan di platform sebelumnya. Nah, hal se perti inilah yang perlu pemikiran lama. Sebenarnya sayang, kalau kita tidak mau maju karena faktor takut akan ha ngusnya investasi ini. Salah satu ke ung gulan cloud adalah kapasitasnya yang fleksibel.

Misalnya, kita punya kapasitas satu tera byte, kemudian kita perlu me ningkatkannya menjadi 1,1 tera. Dengan teknologi yang terdahulu, kita harus tetap membeli dua server.

Ketika ternyata kebutuhan kita ke mudian turun menjadi 800 giga byte, kita sudah telanjur memiliki dua buah server. Dengan cloud, kita tinggal me naik turunkan saja konfigurasinya, se suai dengan kapasitas yang diperlukan. Butuh lebih banyak, bisa ditambah. Demikian juga, ketika kapasitas kebu tuhan kita berkurang. Sementara untuk biaya, semuanya juga ikut menyesuai kan dengan kapasitas tersebut.

Layanan apa yang paling ba nyak diadopsi di sini?

Manage Network Service, karena itu memiliki value yang sangat besar un tuk perusahaan. Kalau dulu, misalnya, ja ringan Wifi-nya mati sebentar saja, hal itu masih bisa dimaklumi.

Tapi, sekarang? Sebentar saja tidak ada internet, semua langsung menjadi pa nik. Bayangkan untuk di industri per bankan, misalnya. Mati internet berapa menit saja, pasti kerugian yang ditim bulkan akan demikian besar.

Dengan jaringan servis yang kita mi liki, jaringan dari para klien akan men jadi lebih stabil. Contoh, ada perusahaan besar yang kita kelola jaringannya.

Kami mengelola sebagian jaringan nya, sementara sebagian lagi dikelola oleh pihak lain. Ketika ada jaringan yang mati, hanya dalam waktu satu jam, ke adaan jaringan akan segera bisa menya la kembali.

Sementara itu, di jaringan yang tidak kita kelola, rata-rata jaringan untuk bisa kembali beroperasi itu sekitar enam jam. Nah, selisih lima jam inilah yang ber dam pak begitu besar pada perusahaan.

Jadi, karena kita proactive manage ment, yang terjadi adalah ketika pelang gan belum tahu akan ada jaringan yang mati, kita sudah menelepon untuk mem beri tahu. Kita juga sudah on the way untuk perbaiki, karena kita punya network operation center sendiri.

Apa produk unggulan dari Tel komtelstra?

Produk unggulan kami adalah la yanan cloud. Pertama, kami membe rikan model bisnis yang lebih fleksibel. Pelanggan bisa memutuskan untuk melakukan beli putus atau memberi kesempatan pada Telkomtelstra untuk membangunkan jaringannya, sekaligus melakukan perawatan.

Dengan demikian, pelanggan juga tidak perlu membayar di depan dan memilih konsep pembayaran bulanan saja. Selain itu, kita juga menawarkan layanan perawatan cloud secara proaktif. Ketika pelanggan menemui ken dala, kita akan segera mencarikan so lusinya.

Beberapa perusahaan tekno logi saat ini sedang tersandung masalah pajak. Bagaimana de ngan Telkomtelstra?

Kita sih simpel saja, di mana uang di hasilkan di situ kita bayar pajak. Ka rena kita menghasilkan uang di Indo nesia, ya di sini pula kita bayar pajak. Meski memang Telkomstelstra ini ben tuknya PMA dan investasinya datang dari luar. Tapi, uang yang dihasilkan di sini karena pelanggan kita memang di dalam negeri. Bahkan, kita pun diaudit di Indonesia juga.

Perkembangan iklim bisnis yang ada saat ini pun amat memungkinkan bisnis cloud untuk tumbuh, karena berapa kali berinteraksi dengan BKPM saya lihat mereka sudah banyak kemajuan. Jadi, untuk perusahaan seperti Telkomtelstra, kadang-kadang kami bingung juga harus mulai dari mana, butuh izin iniitu. Ketika kami datang ke sana, mereka memberi berbagai informasi yang diperlukan dan amat membantu.

Bagaimana dengan rencana Tel komtelstra pada 2017?

Rencananya, kita akan menambah jumlah pelanggan hingga menjadi lebih dari 50. Jumlahnya saya tidak bisa sebutkan karena memang kita bukan perusahaan publik.

Tapi, tentunya ini kan perusahaan yang baru beroperasi satu tahun, jadi kita fokus untuk membangun layanan dan produk kita. Tahun depan, harusnya kita juga fokus menambah jumlah pe langgan. Selain itu, kita juga ada bebe rapa rencana untuk menambah bebe rapa produk lagi. Sejauh ini, ya kami fokus di dua hal tersebut.

Sulitkah meyakinkan perusa ha an untuk menggunakan layan an dari Telkomtelstra?

Ya, biasanya memang butuh waktu lebih lama. Berbeda dengan di industri yang saya tekuni sebelumnya, di mana pe langgan yang ingin membeli kartu perdana bisa butuh waktu 30 detik untuk memutuskan.

Kalau mau jualan layanan cloud, atau manage network service, layanan ini merupakan bisnisnya jutaan dolar. Sehingga biasanya, pelanggan butuh waktunya bisa sampai enam bulan, atau bahkan lebih. Karena memang banyak sekali elemen di dalamnya yang harus dijelaskan.

Apa saja upaya yang dilakukan Telkomtelstra dalam pendekatan kepada pelanggan?

Biasanya, kami menyampaikan berbagai informasi yang rasanya perlu diketahui oleh pelanggan atau calon pelanggan. Kami juga ada newsletter yang setiap tiga bulan kita keluarkan.

Kami juga melakukan berbagai edu kasi. Salah satunya, dengan acara kita mengumpulkan para CEO. Kemudian, kesempatan ini dimanfaatkan untuk menjelaskan bahwa tidak perlu takut apabila ingin beralih ke cloud. Tidak perlu takut juga terkendala masalah biaya, karena teknologi ini ini sebe narnya lebih murah dan fleksibel.

Masalah keamanan, Indonesia termasuk yang paling rawan kena berbagai macam serangan mal ware. Bagaimana perusahaan meng atasi hal ini?

Saya tidak terlalu yakin Indonesia lebih rawan dibandingkan negara lain nya. Karena serangan siber sebenarnya ti dak mengenal batas wilayah. Jadi, se tiap negara sebenarnya saat ini tengah di lan da ancaman serangan siber yang sama. Dari beberapa klien yang kami mi liki, memang serangan siber menjadi masalah yang semakin besar. Kita pun sering menggelar diskusi soal keamanan dengan para pelanggan. Menggelar edukasi seperti ini merupakan hal yang cukup penting, karena memang kami adalah ahli di bidang yang satu ini.

Saat ini, teknologi begitu cepat ber ubah. Bagaimana apabila da lam waktu dekat ada produk yang lebih fleksibel dari cloud?

Hal itu justru akan menjadi value tersendiri bagi para pelanggan kami. Dengan menggunakan Telkomtelstra, pelanggan tidak perlu mahal di depan. Ketika ingin mengadopsi layanan yang lain, hal itu juga bisa dengan mudah saja dilakukan.

Apabila pada layanan lain, biasanya setiap ada pembaruan, pelanggan harus membayar lagi dan lagi, tidak demikian halnya dengan cloud. Dengan cloud, apabila sudah mengadopsi layanan ini, kita sudah otomatis selalu mengikuti berbagai pembaruan yang ada.  ed: Setyanavidita Livikacansera

***

Selalu Haus Tantangan

Di dunia telekomunikasi, Erik Meijer dikenal bertangan dingin. Namanya seakan bisa menjadi jaminan keberhasilan operator yang bersangkutan, di tengah persaingan di Tanah Air yang memang tak pernah surut sejak dulu. Langkah pertama Erik memasuki industri telekomunikasi, dimulai ketika ia masih berada di Belanda. Awalnya, ia bekerja di operator Belanda yang tengah mencari rencana investasi bisnis.

Perusahaan tempat Erik bekerja pun akhirnya membeli saham di Telkomsel. Ia akhirnya ikut dikirim pula ke Indonesia.

Sejak 1995 hingga 2006, Erik mengemban tugas di bagian penjualan dan pemasaran. Karier yang cemerlang membawa lulusan Executive Program dalam Marketing Telecommunication di INSEAD, Prancis, ini berlabuh di Bakrie Telecom pada awal 2007 dan menjabat sebagai deputy president director.

Setelah lima tahun memperkuat Bakrie Telecom, akhirnya ia berpindah peraduan ke salah satu operator terbesar di Indonesia, Indosat. Perjalanan Erik pun terus berlanjut dengan berkiprah di Garuda Indonesia.

Sempat libur sejenak dari industri telekomunikasi, Erik pun kembali ke Indosat. Tapi, di tengah perkembangan era digital yang demikian pesat, Erik memimpin perusahaan baru yang merupakan patungan antara Telkom Indonesia dan Telstra Autralia, yaitu Telkomtelstra.

Menjabat sebagai Presiden Direktur di tempat yang baru, Erik ternyata memiliki alasan mengapa harus berpindah dari beberapa tempat kerja yang pernah ia geluti. "Salah satu hobi saya adalah mengembangkan tim," ujar pria kelahiran 6 September 1970 ini.

Menurut dia, apabila ia tidak pindah, tim yang sebelumnya sudah ia bangun tidak akan bisa maju atau memenuhi potensi terbesarnya. Keinginan untuk pin dah, diakui Erik, kerap ia ambil selain untuk memberi tantangan pada dirinya sendiri, tapi juga untuk memberi kesempatan pada orang yang sudah ia latih.

Selama ini, petualangan Erik di berbagai perusahaan tak lepas dari pembawaannya yang memang selalu haus tantangan. Bekerja di tempat baru, disebut Erik, akan selalu membuatnya bersemangat dan merasa tertantang. Meski kerap menduduki jabatan-jabatan penting, pria berkewarganegaraan Belanda ini, ternyata senang memulai sesuatu dari bawah. Erik pun sangat menghargai adanya waktu bagi diri dan tim yang tengah ia bangun untuk tumbuh dan berkembang bersama.

Di Telkomtelstra, kini Erik tengah amat menikmati untuk menekuni bisnis berbasis cloud, yang masih terbilang baru di Indonesia. "Di sini saya belajar, business to business (B2B). Selama ini kan saya selalu business to customer (B2C) alias selalu retail," ujarnya.

Untuk urusan keluarga, ternyata diakui Erik, merupakan hal yang paling sulit ia tangani. Ia mengaku kesulitan berbagi waktu antara pekerjaan dan keluarga di rumah.v Ketika bekerja di Garuda, lokasi kantornya yang berada di Cengkareng, membuat Erik harus menempuh perjalanan panjang setiap hari. Selama dua tahun di sana, ia merasa jauh dengan keluarga dan teman-temannya.

Belajar dari kejadian tersebut, ia mencoba lebih baik lagi mengatur waktu nya. Apabila sebelumnya kerap pulang malam, kini ia mengurangi hal tersebut. "Pengalaman jauh dari keluarga dan teman, membuat saya merenung. Kalaupun harus pulang malam, ya jangan tiap hari," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement