Senin 03 Oct 2016 14:00 WIB

Elidawati, CEO Elcorps: Mengedepankan Bisnis Rahmatan lil Alamin

Red:

Foto : Republika/Prayogi  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pasar halal di dunia semakin berkembang dan menjadi bisnis baru, yang sangat menjanjikan untuk digarap secara serius. Hampir setiap wilayah mencoba memberikan alternatif wisata, makanan, hingga pelayanan halal untuk pasar Muslim. Halal menjadi tren baru yang tidak bisa dianggap remeh bagi pemasukan sebuah perusahaan dan pemerintah. Bahkan, negara yang memiliki jumlah penduduk Muslim tidak mendominasi pun mulai mempertimbangkan jangka panjang perkembangannya.

Menangkap fenomena industri halal, Elidawati selaku CEO Elcorps yang memiliki berbagai turunan produk halal memandang positif tren yang berkembang. Sebab, tren yang sedang berjalan tersebut memang satu jalur dengan tujuan perusahaan yang ingin menjadi perusahaan Muslim terbaik.

Kepada wartawan Republika Dwina Agustin, Elida menceritakan keinginannya untuk menjadikan Elcorps menjadi salah satu rujukan produk-produk halal. Dari segi pakaian hingga merambat di dunia kuliner. Misalnya, dengan mengedepankan pedoman rahmatan lil alamin. Berikut hasil wawancara lengkapnya.

Bagaimana perkembangan El corps dari tahun ke tahun?

Alhamdulillah, karena kita punya target, punya tujuan, jelas visi misinya. Maka kita fokus kejar tujuan kita, yaitu menjadi perusahaan Muslim terbaik dan terbesar di Indonesia. Baik dari sisi kualitas maupun tentunya dari sisi kuantitas agar menjadi yang terbesar juga. Kita ingin dalam segi pelayanan terbaik dan pengelolaan perusahaan pun menjadi yang terbaik.

Elcorps berawal dari Elzatta, ba gaimana bisa terus bertahan dan membesar?

Sebenarnya usaha itu di mana-mana sama. Bagaimana agar yang didagang kan laku. Tapi, mungkin yang membe dakan itu orang yang memasarkannya, yaitu SDM-nya. SDM itu akan seperti apa atau bagaimana, bergantung dari budaya yang dibangun perusahaan itu. Ini yang membedakan satu perusahaan dengan yang lain.

Kalau masalah produk baju, orang bisa datang ke tempat saya. Kalau tidak menemukan apa yang dicari, bisa pergi ke tempat lain. Tapi, jika dalam tingkat yang sudah membesar, kita harus berpikir, apa yang membuat karyawan lebih betah, lebih merasa dihargai. Ini kembali ke pengelolaan SDM yang bergantung dari apa yang ingin perusa haan capai.

Karena visi dan misi kami untuk rahmatan lil alamin, maka itu harus membumi. Bagaimana? Kami di sini mulai dari awal membangun konsep ber bagi dan merealisasikan ajaran aga ma kita saja. Ini biasa saja sebenarnya. Kami di sini menjadikan berbagi itu sesuatu yang memang bukan samping an, melainkan harus jalan terus. Dalam agama kita diajarkan, harus berbagi dan mengeluarkan hak orang saat lapang dan sempit. Tidak peduli omzet lagi turun, terus berpikir nanti saja sedekah nya atau bulan depan lagi. Kita harus terus saja menjalaninya.

Untuk produksi, Elzatta per bu lan bisa sampai mencapai angka berapa?

Elzatta memiliki kategori yang sa ngat banyak, dari scarf, bergo, ciput, man set tangan, ada lagi inner, baju, hingga gamis. Jadi jumlah pasti tidak terlalu hapal. Tapi, itu pasti tidak hanya produksi di dalam. Kami membangun kon sep sinergi, di hulu kami memba ngun hubungan dengan UKM, para vendor itu, dan di hilir kami berusaha de ngan orang-orang yang ingin membu ka usaha, tapi tidak memiliki barang.

Kami punya toko jaringan. Toko ini juga ada agen lagi, seperti reseller. Se ring ditemukan orang-orang yang ke kan tornya membawa Elzatta, itu me mang banyak banget. Seperti juga ibu yang tidak bekerja kemudian mengantar anak ke seko lah, arisan. Itu bagian kontribusi per kem bangan Elzatta dari mereka.

Kita ingin mengelola itu menjadi le bih baik. Mereka pun akan mendapat kan yang mereka ingin cari. Kami akui, dalam segi pengelolaan masih belum baik. Kami masih memperbaiki sistem dan fasilitas untuk orang yang menjual ke ujung lain, sesudah toko ke agen atau reseller.

Kita juga fokus pada pengelolaan SDM, sehingga bisa bertahan dan terus tumbuh. Kalau SDM secara sistem, me mang perusahaan baru, tapi kami selalu mengejar aturan yang diberlakukan, termasuk memberikan fasilitas yang baik pada karyawan, sejahtera baik. Meski perusahaan baru, kita harus tetap UMR, saya tidak punya karyawan di bawah UMR sejak awal.

Sebagai pengusaha, itu kewajiban kita. Kalau mau berusaha terus maunya menyiapkan diri hanya untuk untung, ini yang salah. Kita sebagai pengusaha harus siap dulu untuk rugi. Ketika kita mulai, standar perhitungan saya mini mal karyawan harus UMR dan mereka punya asuransi kesehatan, jadi itu sejak awal di-gowes.

Bagaimana tanggapan Anda de ngan perkembangan industri mode hijab?

Justru bagus banget, semakin ba nyak anak muda yang berbisnis dan me milih dunia hijab. Mereka dengan ke ki niannya kreatif terus, lebih menyesuai kan diri dengan usianya, dan dia menya sar bagian paling tepat dengan usia mereka.

Jika masalah persaingan, kita hidup ini memang untuk bersaing. Hidup me mang harus begitu, hak kompetitif, ber lomba-lombalah kamu dalam kebaik an. Berusaha seperti ini juga kebaikan. Ini tidak apa-apa, bagus saja, hanya tidak se mua mampu membesarkan diri sen diri.

Tidak semua bisa berpikir untuk fokus, padahal bisnis itu perkaranya fokus. Skalanya mau di mana, dan mau jadi seperti apa atau siapa. Itu perlu guides untuk anak muda. Tapi, kita juga lihat banyak anak muda yang tahu itu, seperti Jenahara, Ria Miranda, ada juga Restu, mereka anak muda.

Perkembangan perda gang an daring semakin berkembang. Apakah Elzatta masuk ke dalamnya?

Kita memang su dah masuk ke sana melalui elhijab.id. Kita sedang me nyiap kan, belum ma suk, jadi be lum optimal. Meski toko kami sudah lu ma yan banyak ditam bah lagi dengan mitra, tapi kami memilih ikut dalam ecommerce sebab mengikuti perubahan dunia yang terjadi saat ini.

Salah satu perilaku pasar itu tidak sempat atau tidak suka lagi jalan mem beli barang. Atau, untuk membeli satu item produk, mereka malas untuk jalan. Penyediaan e-commerce ini lebih ke sana. Sebab, saya lihat tidak semua yang masuk ke e-commerce itu sukses.

Indonesia tidak bisa disamakan de ngan negara lain. Kita harus mempunyai sisi yang ternyata masyarakat masih suka mencari hiburan di mal. Sehingga bagi kami, toko itu sangat penting mes kipun e-commerce sudah begitu marak di Indo nesia. Kita juga perlu melihat kebutuhan e-commerce. Masyarakat tetap senang mencoba untuk membeli baju.

Persiapan apa yang sudah dila kukan untuk mematang kan elhi jab.id?

Kita akan selalu menyiapkan dengan matang, tapi bukan berarti harus inves tasi besar-besaran. Kami memasuki ecommerce dan kami mempelajari apa yang bisa dijual di e-commerce. Tidak semua item di Elzatta bisa masuk ecommerce. Bisa dijual, tapi belum tentu punya pasar, belum tentu secara volume banyak diminati.

Seperti kalau kita mau beli baju biasa atau ready to wear bisa saja. Intinya, ka mi masuk e-commerce, tapi kami menyesuaikan diri, apa yang harus ditampilkan di sana.

Kami merancang e-commerce ini pun untuk semua Elcorps. Apa pun bis nis yang akan kami kembangkan akan dipasarkan melalui e-commerce kami. Memang nantinya diarahkan untuk man diri, jadi bisa saja nanti bekerja sa ma dengan e-commerce lain. Seperti me masukkan barang kita ke e-com merce lain atau dia mencari produk lain.

Ke depan, e-commerce ini akan ber jalan untuk membangun El corps?

Meski sudah mengembangkan ecommerce, sebenarnya kami belum me lihat ada perkembangan yang signifikan di dunia itu saat ini. Secara kontribusi nya, jika dibandingkan di dunia konve sional itu masih jauh.

Jadi akan bagaimana?

Kami ingin di dunia itu bagus dan jadi nomor satu, tapi ini butuh proses dan sedang dalam persiapan.

Bagaimana dengan pandangan untuk melebarkan usaha untuk merambah dunia global?

Kami belum memulai usaha dengan sangat serius di dunia global. Tapi, kami memiliki kelompok yang mereka sudah bawa scarf kita saat membawa bazar, seperti di New York atau London. Kami memang belum buka toko yang kami pegang sendiri. Kita memang lebih memilih untuk bersinergi, menyerahkan pada rekan kami yang sudah di sana untuk mengurusnya.

Kita mempersiapkan diri dengan aktivitas promosi mengarah ke Timur tengah. Memang belum dilakukan, tapi sedang dipersiapkan. Mengarah kembali untuk bersinergi dengan rekan di sana.

Perkembangan apa lagi yang akan didorong oleh Elcorps?

Tahun ini, kami masuk ke makanan halal. Kita sudah bentuk konsep bisnis nya, kita sebut Elfood. Kita coba ma tang kan di dalam terlebih dahulu, kemudian tahun depan mencoba untuk di-share. Rencananya tahun ini langsung dishare, tapi ternyata makanan bisnis baru bagi kami, makanya kami berse pakat untuk mengencangkan dulu stan dar di dalam, dan nanti dipasar kan ke mitramitra lain. Sebab, yang daftar untuk buka toko ini sudah banyak.

Mengapa Elcorps memutus kan ingin masuk ke dunia ma kanan?

Sebab, kalau hijab itu lebih karena memang kita perlu berhijab. Kedua, kita wajib untuk makan makanan halal. Jadi, target utama kali itu dapat halal dulu dan alhamdulillah kita sudah dapat sertifikat halal MUI. Memang itu yang kita kejar, sebab melahirkan bisnis ini untuk membuat bisnis makanan yang halal. Untuk langkah pertama, kita ke roti dulu.

Mengapa memilih bisnis ma kan an dengan bentuk roti?

Sebab, roti ini semakin lama pasar nya semakin besar. Sekarang mahasiswa lebih baik makan roti ketimbang makan nasi. Pekerja-pekerja muda mereka lebih memilih makan roti ketika pagi, bahkan malam juga. Sering juga anakanak tidak makan di rumah, makan roti satu kemudian minum teh atau kopi, sudah beres sarapannya.

Ini nanti akan menyebar sesuai de ngan tempat dan lokasi yang baik, kita akan masuk ke sana. Kemudian, sesuai juga degan strategi bisnis kami untuk bersinergi. Karena itu, ini juga akan dikembangkan dengan cara bersinergi. Jadi siapa pun bisa bermitra dengan kami, asalkan satu visi dan satu misi dengan kami.

Untuk saat ini, di Bandung sudah ada kafe tersendiri, tapi masih di ruko. Kita ingin ke beberapa tempat, insya Allah di Purwakarta akan buka, di BIP (Bandung Indah Plaza) akan buka pada akhir Oktober, ini semua sedang per siap an. Lokasinya di lantai dasar, ber sebe lahan dengan produk makanan lain yang sudah lebih dahulu dikenal. Itu sudah di tempat yang artinya pasarnya di situ, kita ingin melihat responsnya seperti apa.

Kalau berada di mal itu akan beda sendiri, sebab bagaimanapun semuanya mesti berkerudung untuk yang perem pu an meskipun hanya toko roti. Kita menginginkan perusahaan Muslim. Jadi, memang itu nilai yang membeda kan perusahaan kita dengan yang lain.

Rencana ke depan yang belum dilaksanakan?

Kita menginginkan Elfood ada di seluruh Indonesia, dan ini belum sempat dilaksanakan. Ini nama produknya, Kampoeng Bakery. Kita ingin mengganti nama baru. Alasannya, supaya di mal itu sejajar dengan toko-toko kita yang lain dan tidak aneh.

Kalau sekarang kan orang bertanya jika Kampoeng Bakery ini milik siapa, karena tidak dapat clue-nya. Ini grupnya bernama Elfood, kita buat rotinya men jadi Ellen Bread. Jadi pas orang melihat ada Elhijab, Elzatta, dan ketika melihat ada Ellen Bread maka orang sadar ini satu grup. Kita mau Ellen Bread berada di seluruh Indonesia terus, dan mim pinya orang peduli dengan produk halal.

Nyatanya, orang Indonesia tahu ma kanan harus halal, tapi kebanyakan ti dak peduli kalau itu tersedia halal apa tidak. Seperti beberapa toko roti yang tidak memiliki sertifikat MUI, tapi orang tetap membeli.

Mimpinya, sebagaimana kita meng awali bisnis kerudung, dulu orang tidak peduli dan sinis. Akan tetapi, sekarang sebagian orang tidak pakai kerudung menjadi malu. Mungkin seperti seka rang, orang masih kurang peduli atau belum tahu, mudah-mudahan kita bisa menjadi salah satu merek yang mem pro mosikan makanan halal.

Dunia pun menyasar, sampai ada Ha lal Expo, dan kami juga dukung prog ram itu. Kemudian Jepang, Korea, dan ham pir di seluruh dunia, padahal nega ra nya sendiri terkadang kurang paham halal, ini seperti hanya bisnis. Muslim menjadi target pasar yang sangat besar. Contoh paling mudah, saat ini setiap mal men coba memberikan mushala yang baik. Ini lantaran kesadaran mereka sudah ada kepada orang Islam, kalau dulu kan selalu di basement.  ed: Mansyur Faqih

***

Jalan Kebaikan, Bukan Tujuan Kebaikan

Sibuk menjadi CEO Elcorps bukan berarti lupa dengan kegiatan yang berada di sekelilingnya. Elidawati memilih menghabiskan waktu untuk membantu pembangunan sebuah pondok pesantren Subulus Salama yang berada di Padang, kota kelahirannya.

Dipercaya sebagai ketua yayasan, El sapaan Elidawati tidak ingin hanya berdiam diri saja. Ia merasa harus ada bukti nyata untuk membangun lembaga pendidikan rintisan ayahnya itu agar bergerak maju. El mencoba mengembangkan Subulus Salam, yang awalnya masih sangat tradisional dan hanya memiliki madrasah tsanawiyah.

Sekarang, pesantren itu bergerak untuk merintis sebuah madrasah aliyah yang rencananya akan dibuka tahun depan. "Alhamdulillah, ini tahun keempat saya berada di situ, hasilnya menggembirakan. Pertumbuhannya itu mulai dari gaji guru yang di bawah kesejahteraan, sekarang alhamdulliah," kata lulusan Pendidikan Sejarah Universitas Padjadjaran tersebut kepada Republika, beberapa waktu lalu.

El menceritakan, tahun ini dia menginginkan bisa menerima 80 santri baru di yayasan yang dipimpinnya. Ternyata, hasil yang didapatkan melebihi target. Ada 115 santri yang berhasil lulus tes dan akan mengisi lembaga pendidikan tersebut, padahal tahun lalu hanya mencapai angka 60 santri baru.

Begitu juga dengan Elcorps, El sengaja membuat agar perusahaan tersebut bisa memberikan dampak lebih dari jalan kebaikan. Prinsip itu yang coba ditanamkan pada karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaannya. "Ini yang coba saya berikan kepada karyawan, perusahaan ini menjadi jalan kebaikan, bukan tujuan kebaikan. Kalau tujuan jadinya dapat gaji, ini salah. Sebab, perusahaan selalu melakukan aktivitas sosial, ini juga dapat dari karyawan," kata wanita berusia 53 tahun ini.

Jika ada kesempatan untuk melakukan kebaikan, El berusaha untuk mengajak orang-orang sekitarnya, termasuk mitra-mitra usaha. Pembangunan Madrasah Aliyah Subulus Salam merupakan hasil dari pengumpulan dana karyawan dan mitra.

Kegiatan-kegiatan yang bersifat momentum pun tidak luput dari perhatian, seperti perayaan Idul Adha, Ramadhan, atau kegiatan lainnya. Donasi bersama yang menekankan sinergi menjadi pilihan bagi El. Dia mencoba menyebarkan kebaikan tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga orang-orang yang berada di lingkaran kehidupannya. ed: Mansyur Faqih

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement