Rabu 14 Aug 2013 13:44 WIB

Kerja Nyata Pelajar Indonesia untuk TKI

Para TKI yang bekerja di Malaysia (ilustrasi).
Foto: Antara/Mika Muhammad
Para TKI yang bekerja di Malaysia (ilustrasi).

Banyaknya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri, mengharuskan Pemerintah Indonesia untuk terus memberikan perhatian yang serius bagi mereka. Sebagaimana diketahui bersama, bahwa hampir 80% TKI bekerja di kelas bawah, yaitu buruh kasar dan pembantu rumah tangga. Sayangnya lagi, TKI selalu dianggap sebagai tenaga kerja dengan kualitas rendah.

Lain lagi permasalahan-permasalahan TKI yang tak kunjung reda. Mulai dari gaji yang tidak jelas, permit yang bermasalah, agency yang tidak bertanggung jawab, perlakuan yang tidak manusiawi, pelecehan seksual dan pemerkosaan. Di media sering terdengar tentang TKI yang dihukum gantung karena membunuh majikan. Padahal, mungkin TKI tersebut sedang melakukan penyelamatan diri dari perlakuan majikannya.

Lain lagi mereka yang harus melarikan diri karena disiksa majikan. Ada lagi yang harus menjadi istri simpanan warga setempat agar merasa aman dan dapat perlindungan. Kasus yang ter-blow up merupakan 10% dari kasus-kasus yang dihadapi TKI. Masih banyak kasus-kasus yang dihadapi TKI yang tidak terekspos, tidak terselesaikan dan kadang terabaikan. Kenapa hal ini terjadi dan berulang? Tak lain karena Pemerintah Indonesia tidak menyelesaikan akar permasalahannya.

Adapun akar permasalahan pertama TKI:

1. Lapangan pekerjaan di Indonesia yang sangat terbatas. Hal ini merupakan catatan yang penting untuk terus dilakukan perbaikan sehingga TKI lebih dapat diberdayakan di tanah air;

2. Tingkat pendidikan dan kompetensi. Umumnya TKI yang kerja di luar negeri memiliki tingkat pendidikan dan kompetensi yang rendah, malah ada yang tidak sekolah. Hal ini menjadikan mereka berada pada kasta pekerja di negara tempat bekerja;

3. Sistem pengurusan untuk menjadi TKI yang kurang familiar. Hal ini menyebabkan para TKI lebih cenderung memilih untuk menjadi TKI yang ilegal dari pada terdaftar.

Terus, apabila ditanya, "Apa peran Pelajar Indonesia di luar negeri untuk TKI?" Pada kesempatan ini perlu disampaikan:

1. Di beberapa negara, Pelajar Indonesia telah menjadi inisiator dan pengelola berdirinya Universitas Terbuka. Inisiator dan pengelola sekolah untuk anak TKI non status, membuat pelatihan untuk meningkatkan kompetensi TKI;

2. Pelajar Indonesia terus melakukan pendampingan dan penyuluhan. Banyak kasus-kasus TKI terungkap karena peran Pelajar Indonesia. Para TKI lebih senang mengadukan permasalahannya ke Pelajar Indonesia. Kepedulian Pelajar Indonesia terhadap TKI terus dilakukan baik melalui keorganisasian maupun personal;

3. Penguatan karakter bangsa. Proses adaptasi kehidupan TKI terhadap kondisi sosial budaya yang berbeda di setiap negara harus terus dijaga, karena ini akan mempengaruhi karakter bangsa. Pelajar Indonesia terus berupaya mengembangkan aktivitas yang bertujuan mengembangkan karakter bangsa, sehingga dimanapun berada, merah putih tetap di dada;

4. Agar terus bisa berperan bagi para TKI, maka Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) membentuk HelpCenter TKI PPI Dunia. Hal ini dimulai dari tingkat negara ASEAN dengan PPI Malaysia sebagai koordinator wilayahnya.

Untuk itu, PPI berharap Pemerintah Indonesia harus terus mengoptimalkan perannya dalam pelayanan serta perlindungan TKI. Sebagaimana slogan yang selalu didengung-dengungkan, bahwa TKI merupakan pahlawan devisa. Maka untuk itu, sudah selayak dan sepantasnya seluruh elemen bangsa memperlakukan mereka sebagai PAHLAWAN.

Koordinator Presidium Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) se-dunia

Zulham Effendi

Rubrik ini bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement