Kamis 07 Apr 2016 08:48 WIB

Bumikan Wayang di Masyarakat, Wayang Kautaman Gelar 'Sotya Ghandewa'

Wayang Orang Kautaman gelar pertunjukan 'Sotya Ghandewa' pada 9 hingga 10 April 2016 di Teater Kautaman, Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
Foto:

Untuk itu, satu hal yang ia lakukan dalam penggarapanya kali ini adalah dengan memasukkan unsur keaktoran yang matang dalam masing-masing karakter. Bagaimana masing-masing pemain bisa menggali karakter yang dimainkan dengan baik.

"Untuk mencapai itu kita mengharuskan para pemain reading, dari sisi artistik juga seperti itu. Mungkin itu yang tanda petik adalah baru," kata Nanang.

"Kita punya standar pemain dengan proses yang keras. Reading bisa empat hingga lima kali. Blocking, tata cahanya harus dapat mengisi ruang secara presisi laiknya teatrikal. Jadi pendekatannya seperti pada alur teater dan drama," kata Nanang.

Begitu juga dari sisi musik dan busana. Blacius Subono selaku penata musik mengatakan hampir 80 persen yang ia buat disusun secara spontan saat latihan dilakukan. Spontanitas dalam berkarya ini yang akan menumbuhkan warna berbeda dalam pertunjukan nanti.

"Sama halnya dari sisi busana. Yakni menggunakan dua kain untuk satu tokoh. Ini beda dengan wayang orang tradisi yang hanya menggunaan satu kain. Dengan modifikasi dua kain diharapkan akan muncul karakter baru, warna baru dan rasa yang juga baru mengikuti kekinian," ujar Ali Marsudi selaku penata busana.

"Sotya Gandhewa" berkisah tentang Bambang Ekalaya (Ahmad Dipoyono) dan Arjuna (Ali Marsudi) yang merupakan murid dari Begawan Durna (Agus Prasetyo).

Ketika kesetiaan Ekalaya menjadi murid Begawan Durna dibayar dengan memotong satu jarinya, tapi tetap tidak mengalahkan kecintaan Begawan Durna kepada Arjuna sebagai guru dan murid.

Apa aku harus menyerahkan nyawaku sehingga aku bisa menjadi muridmu wahai Begawan Durna?

"Dalam wayang tersebar banyak pesan, jadi apa yang bisa diambil juga adalah tergantung pengalaman penonton itu sendiri. Tiap penonton bisa saja menangkap pesan yang berbeda-beda," ujar Nanang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement