Kamis 10 Mar 2016 11:36 WIB

Komunitas Astronomi Trenggalek Ajak Siswa SD Amati Gerhana

Foto rangkaian proses Gerhana Matahari Total (GMT) dari Silaut, Kab.Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Rabu (9/3).
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Foto rangkaian proses Gerhana Matahari Total (GMT) dari Silaut, Kab.Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Rabu (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, TRENGGALEK -- Sejumlah penggiat dari komunitas astronomi di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur melibatkan belasan siswa SD dan SMP saat mengamati gerhana matahari dengan menggunakan teleskop sederhana di areal persawahan terbuka di daerah itu, kemarin.

Kegiatan komunitas astronomi itu berlangsung sejak pagi, sekitar pukul 06.00 WIB dengan mengambil titik lokasi pengamatan di Desa Kerjo, Kecamatan Karangan.

"Kami ingin memberi edukasi tentang peristiwa astronomi sebenarnya yang selama ini hanya diketahui melalui pelajaran di dalam ruang kelas. Sekarang mereka diajak melihat fenomena aslinya," kata salah satu penggiat astronomi di Kabupaten Trenggalek, Sumantri Bimo Sekti.

Selain menikmati peristiwa alam langka yang hanya terjadi puluhan tahun sekali, lanjut Bimo, ia ingin mengajak para siswa SD dan SMP di daerahnya untuk mulai mencintai dunia astronomi.

Menurutnya, aktivitas pecinta astronomi menarik karena memiliki penjelasan rasional sebagaimana teori atau ilmu fisika yang mereka tekuni di sekolah.

"Cara pengamatan, penggunaan pelindung kaca mata khusus, serta teropong buatan meski sederhana ini memudahkan kami semua untuk mempelajari bagaimana detik-detik gerhana terjadi saat bulan dan matahari berada dalam satu garis lurus dengan bumi," ujarnya.

Gerhana matahari total yang berlangsung mulai pukul 06.20 WIB hingga 09.20 WIB sebenarnya tidak bisa dilihat utuh dari wilayah Trenggalek, karena tidak berada dalam jalur lintas.

Namun, menurut Bimo, komunitas astronomi dan sejumlah siswa sekolah yang bergabung dalam kegiatan tersebut tetap antusias meski fenomena gerhana matahari di Trenggalek hanya mencapai 80 persen, sehingga matahari terlihat seperti bulan sabit.

"Kendala dalam pengamatan tetap ada karena alat sangat sederhana. Saya buat dan rangkai sendiri dengan mengacu ilmu yang saya dapat dari sekolah maupun internet," ujar Bimo.

Sementara itu, sejumlah siswa SD yang ikut menyaksikan proses terjadinya gerhana matahari total di lokasi yang sama mengaku senang dengan kegiatan yang dimotori komunitas penggiat astronomi Trenggalek tersebut.

Menggunakan kacamata khusus yang telah dilengkapi sensor pelindung cahaya ultraviolet, para siswa aktif mengamati detik-detik tertutupnya bola matahari oleh bulan yang berlangsung kurang lebih dua jam tersebut.

"Kami juga diberi kesempatan melihat gerhana melalui teropong sehingga gambar tampak lebih besar dan nyata," kata Rama, salah satu pelajar SD kelas VI di Desa Kerjo, Trenggalek.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement