Kamis 23 Sep 2021 18:58 WIB

Hava Nagila, Syndrom Havana dan Meriang Kontet Islamofobia

Akar Islamofobia di Indonesia

Islamofobia.
Foto: Unrforliberty.com
Islamofobia.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan dan Budayawan Betawi.

Hava Nagila artinya 'come let us be glad' (ayo kita bergembira.). Ini lagu karya Jewish Musician (Musisi Yahudi) yang diproduksi pertama kali tahun  1922 oleh Abraham Zevi. Lepas dari soal apa pun, qua lagu itu asyik.

Hava Nagila bukan Havana Gila. Apalagi syndrome Havana yang diam-diam bikin heboh internal CIA sejak 2017.

Seorang petugas CIA belum lama kembali dari Havana, Kuba. Lalu minggu-minggu lalu ia menemani Director CIA William Burns ke India. Di India ia merasakan gejala misterius. Tak dirinci seperti apa, tapi dikatakan syndrome Havana hanya memburu CIA saja. Ini soal intelejen yang tak mudah memahaminya. Gampangan bedah syndrome kuasa yang banyak diidap orang Indonesia. Indikasinya:

1. Kalau berkuasa mudah abuse of power.

2. Kalau belajar sejarah langsung ciptakan kerajaan di kepalanya.

3. Sebagiannya tidak menyukai Islam.

Ketiga gejala disebabkan virus feeling powerless yang mengendap ratusan tahun dan mewaris secara genealogis. Apa causa prima (sebab paling utama) soal ini? 

Jawabannya begini:

1. Islam menguasai seluruh zona ekonomi Indonesia sejak abad IX M hingga dasawarsa kedua abad XIX M. 

2.  Kesultanan Islam di Indonedia berkibar-kibar sejak jatuhnya Konstantinopel 1453 dan berdiri emperium Ottoman. 

Ini yang menyebabkan mereka meriang kontet dan setiap ada celah selalu mengungkap dengan pelbagai bentuk ketidak-sukaan kepada Islam.

Lalu apa obatnya? Tidak ada, karena ini penyakit turunan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement