Jumat 26 Jan 2018 18:06 WIB
Inspira

Kegigihan

Pribadi yang bersungguh-sungguh akan berhasil, pribadi yang bersabar akan beruntung.

Erik Hadi Saputra
Foto: dokpri
Erik Hadi Saputra

REPUBLIKA.CO.ID, Erik Hadi Saputra*

Seorang cadel ingin sekali membeli nasi goreng yang sering mangkal di dekat rumahnya. ”Bang, beli nasi goleng satu”, kata si cadel. ”Apa...?”, tanya si abang sambil meledek (mempermainkan). ”Nasi goleng!”, jawab si cadel. ”Apaan..?” sahut si abang meledek lagi. ”Nasi goleng!”. ”Ohh nasi goleng..”, kata si abang. 

Pembeli yang lainnya pun tertawa. Karena merasa diledek, si cadel pulang dengan kesal. Sesampainya di rumah, dia bertekad untuk berlatih mengucapkan ’nasi goreng’ dengan benar. Hingga akhirnya dia mampu mengucapkan dengan baik dan benar.

Keesokan harinya, dengan bangga si cadel ingin menunjukkan bahwa dia bisa mengucapkan pesanannya dengan tidak cadel lagi. ”Bang.. saya mau beli nasi goreng, bungkus!”, kata si cadel. "Oh pakai apa?”, tanya si abang. ”Pakai telol..!”, jawab si cadel dengan sedih karena tidak mengucapkan telur dengan sempurna. Akhirnya dia kembali berlatih mengucapkan kata ’telor’ sampai benar.

Lusanya, si cadel pun ingin menunjukkan bahwa dia mampu mengucapkan kata-kata yang ada huruf ’r-nya’ dengan benar. Ia rela tiga hari berturut-turut makan nasi goreng. ”Bang.. beli nasi goreng, pake’ telor.. bungkus!”, kata si cadel. ”Ceplok atau dadar?”, sahut si abang yang tak henti-hentinya ingin mempermainkan. ”Dadal..!”, jawab si cadel. Karena kali ini dia masih merasa dipermainkan, maka si Cadel kembali berlatih keras untuk bisa mengucapkan kata ’dadar’ dengan benar.

Si cadel pun akhirnya memutuskan membeli nasi goreng lagi. Dengan modal empat hari berlatih lidah, hari itu pun dia yakin mampu memesan dengan tanpa ditertawakan. ”Bang.. beli nasi goreng, pakai telor, didadar!”, kata si cadel. ”Hebat kamu, del. Udah nggak cadel lagi nih, harganya Rp. 12.500!”, sahut si abang. Si cadel menyerahkan uang Rp. 13.000, kepada si abang. Namun si abang tidak memberikan uang kembaliannya, hingga si cadel bertanya, ”Bang.. kembaliannya?”. ”Oh ya, uang kamu Rp 13.000, harganya Rp. 12.500, kembaliannya berapa del?” sahut si abang balik bertanya untuk meledek.

Si cadel gugup juga untuk menjawabnya. Sebab dia pasti akan ditertawakan lagi bila menjawab ’lima latus lupiah’. Karena itu, agar tidak menjadi tertawaan lagi, dia pun langsung menjawab ”Gopek!”, sambil tersenyum penuh kemenangan.

Pembaca yang kreatif, sejauh mana anda gigih untuk mendapatkan hal yang anda inginkan? Mendapatkan sesuatu tentunya memerlukan semangat yang tinggi, tidak sekedar semangat inginnya, namun semangat berbuatnya (usahanya).

Sahabat saya Gatot Kunta Kumara, sebagai salah satu pengurus yayasan dan juga sebagai managing director Radio MQ 102.7 FM Bandung, menceritakan pengalamannya kembali bangkit sejak radio yang dikelolanya sempat tidak mengudara (off) selama hampir enam bulan lamanya. Hilang dari daftar peringkat radio se-Bandung Raya dan daerah sekitarnya. Namun sekarang, usaha dan kegigihan yang beliau lakukan bersama tim, membuat Radio MQ FM Bandung kembali menempati peringkat (rating) ke-5 dari lebih dari 40 Radio se-Bandung Raya. 

Saat ini Radio MQ FM dengan jaringannya yang ada di beberapa wilayah di Indonesia termasuk di Yogyakarta, mengusung slogan ”Inspirasi Keluarga Indonesia”. Pelajaran, yang saya dapatkan dari diskusi kami dengan beliau dan keesokan harinya bersama Aa Gym, bahwa fokus dalam aktivitas, ibadah, bekerja, dan usaha akan membuat kita lebih terarah dalam mencapai tujuan yang lebih baik dan bermanfaat buat banyak orang. 

DR ’Aidh Al-Qarni dalam bukunya La-Tahzan mengungkapkan bila pada suatu hari Anda mendapati diri Anda menganggur tanpa kegiatan, bersiaplah untuk bersedih, gundah, dan cemas. Sebab, dalam keadaan kosong itulah pikiran anda akan menerawang ke mana-mana; mulai dari mengingat masa lalu, menyesali kesialan masa kini, hingga mencemaskan kelamnya masa depan yang belum tentu Anda alami. 

Hal itu membuat akal pikiran anda tak terkendali dan mudah lepas kontrol. Karena itu bangkitlah sekarang juga, Kerjakan ibadah, baca buku, mengkaji, menulis, merapikan meja kerja, merapikan kamar, atau berbuatlah sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.

Pembaca yang kreatif, setiap pribadi memiliki kesempatan untuk mendapatkan yang terbaik dalam kehidupan ini. Namun kesempatan itu tentunya harus diimbangi dengan kesungguhan. Dalam film Man Jadda Wa Jadda seorang guru (ustaz) membawa sebuah parang (golok) yang tumpul untuk memotong sebuah kayu. Ia akhirnya bisa memotong kayu bukan karena tajamnya parang (golok), namun karena usaha yang sungguh-sungguh untuk memotong kayunya. 

Maka, pribadi yang bersungguh-sungguh akan berhasil dan pribadi yang bersabar akan beruntung. Jadikan kesungguhan dan kegigihan mewarnai setiap aktivitas kita ketika belajar mengkaji ilmu, bekerja mencari nafkah, dan usaha yang maksimal untuk membuat hidup bermanfaat untuk diri sendiri dan tentunya bermanfaat juga untuk orang lain. Sehat dan sukses selalu.

 

*Kaprodi S1 Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan  Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement