Selasa 29 Sep 2020 04:16 WIB

Berharap Slot Umroh dari Arab Saudi

Masuknya jamaah umroh Indonesia sepenuhnya kuasa Arab Saudi.

Ilustrasi umroh
Foto: Republika
Ilustrasi umroh

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ani Nursalikah*

Sebuah harapan baru menyeruak di tengah suramnya masa pandemi Covid-19. Hampir sepekan lalu, Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengumumkan pelayanan umroh akan dibuka kembali mulai 4 Oktober 2020.

Sebuah kabar gembira yang lama dinanti umat Islam di dunia. Sejak haji tahun ini yang dilaksanakan terbatas, kerinduan Muslim untuk mengunjungi Baitullah tentu sudah membuncah.

Akun Twitter Haramain Sharifain dengan username @hsharifain mencicit 72 ribu warga lokal Arab Saudi sudah memesan slot umroh dalam lima jam sejak aplikasi Eatamarna diluncurkan. Aplikasi ini saat ini hanya tersedia di Apps Store.

Aplikasi tersebut bertujuan memenuhi kebutuhan jamaah dengan setiap tahapnya menggunakan teknologi kecerdasan buatan. Hal ini untuk membantu penerapan protokol kesehatan di tengah pandemi. Jamaah juga bisa dengan mudah memesan slot umroh. Menteri Haji dan Umroh Mohammed Saleh Benten membantah Kerajaan mengenakan biaya untuk memesan slot waktu umroh.

Kementerian Haji dan Umroh Arab Saudi menyebut aplikasi tersebut mulai tersedia bagi pengguna perangkat Android pada 27 September 2020. Namun, penulis tidak menemukan aplikasi tersebut di Play Store.

Sebelumnya, calon jamaah harus memastikan mereka terdaftar di aplikasi Tawakkalna bikinan Kementerian Kesehatan Arab Saudi. Di aplikasi ini, pengguna bisa memeriksa status kesehatannya dan apakah mampu untuk menunaikan ritual umroh.

Pembukaan ibadah umroh dibagi dalam empat tahap, sebagai berikut.

1. Warga Arab Saudi dan ekspatriat melakukan umrah dengan kapasitas 30 persen mulai 4 Oktober. Ini setara dengan 6.000 jamaah umroh per hari.

2 Fase kedua akan meningkatkan kapasitas Masjidil Haram menjadi 75 persen, yang akan mencakup 15 ribu jamaah umroh dan 40 ribu jamaah sholat lima waktu per hari mulai 18 Oktober.

3. Jamaah dari luar negeri akan diizinkan melakukan umroh mulai 1 November dengan kapasitas penuh 20 ribu jamaah dan 60 ribu jamaah umum per hari.

4. Kapasitas Masjidil Haram kembali normal, ketika semua risiko Covid-19 telah hilang.

Pada fase pertama, 6.000 jamaah sehari akan dibagi menjadi 12 kelompok dan berlaku selama 24 jam. Hanya jamaah berusia 18-65 tahun yang dibolehkan berumroh. Jamaah akan melaksanakan tawaf dalam kecepatan yang sama dan telah diatur. Begitu juga dengan jamaah yang memerlukan kursi roda. Masing-masing jamaah diberi waktu tiga jam untuk menunaikan ritualnya.

Otoritas akan menerapkan jarak fisik sama seperti jamaah haji sebelumnya. Pelaksanaan umroh bahkan disebut akan lebih akurat dalam penerapan langkah pencegahan penyebaran virus Covid-19.

Di sisi lain, Kementerian Agama RI saat ini sedang menggodok regulasi umroh di masa pandemi. Regulasi ini dibutuhkan, mengingat akhir dari pandemi Covid-19 belum diketahui.

Beberapa hal yang termasuk dalam pembahasan adalah penerapan protokol kesehatan, serta batasan usia dan ketentuan tentang penyakit bawaan/penyerta. Termasuk aturan skema transportasi dan aspek pelayanan lainnya yang diberikan oleh Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU). Kemenag menyatakan, jika memang diizinkan memberangkatkan jamaah, akan memprioritaskan mereka yang tertunda keberangkatannya sejak 27 Februari 2020.

Jadi, kapankah jamaah umroh dari Indonesia bisa berkunjung ke Masjid al-Haram? Berdasarkan tahap di atas, jamaah internasional bisa umroh mulai 1 November mendatang.

Sayangnya, masuknya jamaah umroh Indonesia sepenuhnya kuasa Arab Saudi. Kita tentu berharap Kerajaan memasukkan Indonesia dalam daftar negara yang diizinkan. KJRI di Jeddah pun sudah mengatakan pengaturan umroh merupakan urusan internal Arab Saudi.

Harapan ini bukan hanya milik Indonesia. Jamaah negara lain pun berharap warganya diizinkan ikut umroh.

Namun, tren kasus Covid-19 yang terus menanjak pasti menjadi pertimbangan. Angka penambahan kasus Covid-19 bahkan sempat menembus rekor harian selama tiga hari berturut-turut.

Tidak bisa dipungkiri jamaah Indonesia menyumbang pundi-pundi yang tidak sedikit bagi Arab Saudi. Apalagi penyelenggaraan haji kemarin dibatasi. Ini juga tentu jadi pertimbangan tersendiri. Sembari menanti, tidak ada jalan lain bagi jamaah selain memperbanyak doa dan stok sabar. Nah, kita tunggu saja apa keputusan Arab Saudi.

*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement