Rabu 03 Jun 2020 14:58 WIB

Jangan Bersedih, Niat Haji Kita Sudah Dicatat Allah

Allah SWT sudah mencatat niat haji, walau pelaksanaan harus tertunda.

M. Hafil
Foto: Republika/Daan Yahya
M. Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Hafil*

Pemerintah melalui Kementerian Agama, Selasa (3/6), telah memutuskan bahwa calon jamaah haji Indonesia 2020 tidak diberangkatkan ke Tanah Suci. Hal tersebut karena terkait tidak adanya kejelasan dari Arab Saudi sehingga berdampak pada kesiapan penyelenggaraan ibadah haji Indonesia.

Saya bisa memahami, jika tak jadi berangkat haji itu, memunculkan kesedihan bagi para calon jamaah yang sudah siap berangkat tahun ini. Karena, saya sendiri pun pernah mengalaminya.

Tahun 2017, saya memiliki harapan pergi haji melalui jalur petugas. Namun, saya tak lolos seleksi, kalah dari rekan sekantor sendiri. Padahal segala macam persiapan teknis dan doa sudah saya lakukan.

Tahun 2018, saya juga sudah melakukan persiapan teknis dan berdoa sepanjang hari agar bisa lolos tes. Karena, tahun sebelumnya saya diinformasikan bahwa saya akan  diikutkan lagi tes menjadi petugas haji. Namun, setelah semua persiapan teknis dan doa saya jalani, nama saya tak diajukan untuk mengikutii seleksi petugas haji.

Kesempatan itu datang pada 2019. Meski dua kali saya gagal, tapi tak kunjung menyurutkan persiapan teknis dan doa saya untuk bisa berangkat haji. Akhirnya, saya pun diikutkan seleksi dan lolos menjadi petugas haji dan bisa berhaji.

Namun, dua kegagalan saya berangkat haji adalah masalah personal. Berbeda dengan gagalnya keberangkatan calon jamaah haji pada 2020 ini.

Ini disebabkan oleh masalah besar yang sedang dialami dunia. Yaitu, masih terjadinya wabah covid-19 yang bisa mengancam keamanan, kesehatan, dan keselamatan para jamaah haji. Tidak hanya dari Indonesia, tapi juga jamaah haji dari seluruh dunia.

Dari segi apapun, memberangkatkan jamaah haji di tengah pandemi covid-19  menurut saya bukan hal yang bijak. Baik dari segi pelayanan baik itu transportasi, akomodasi, konsumsi, kesehatan, hingga kualitas ibadah haji itu sendiri.

Dari segi pelayanan, pemerintah dalam hal ini Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) tentu tidak akan sanggup, mempersiapkan penyelenggaraan ibadah haji dalam waktu tiga minggu sebelum keberangkatan haji (sesuai rencana perjalanan haji, jamaah kloter pertama akan diberangkatkan pada 25 Juni). Padahal normalnya, tiga bulan sebelum keberangkatan kloter pertama, seluruh pelayanan haji di Arab Saudi harus sudah selesai semua diurus oleh PPIH.

Dari segi kesehatan, hingga saat ini belum ditemukan vaksin covid-19. Arab Saudi pasti tidak akan mau menerima jamaah dari manapun. Karena, pada masa lalu, pernah terjadi wabah meningitis di Arab Saudi, dan ini membuat Arab Saudi mewajibkan setiap jamaah haji maupun umroh untuk divaksin meningtis untuk bisa masuk ke sana. Apalagi untuk wabah covid-19 ini yang belum ditemukan vaksinnya.

Jika belum ditemukan vaksinnya, ini tentu bisa membahayakan Arab Saudi sendiri dan jamaah haji Indonesia. Karena, jumlah jamaah haji yang berkumpul di Arab Saudi (Jeddah, Makkah, dan Madinah) pada dua bulan musim haji, adalah mencapai hampir tiga jutaan orang.

Namun yang menjadi kritik di sini adalah, bagaimana pihak Arab Saudi yang tidak kunjung memberi kepastian tegas soal penyelenggaraan haji di tengah wabah covid. Arab Saudi hanya memberi peringatan kepada para penyelenggara haji di seluruh dunia untuk menunda kontrak pelayanan haji.

Ini tentu menjadi kebimbangan tersendiri bagi penyelenggara haji di negara-negara di dunia.

Karena itu, Arab Saudi harusnya tegas memutuskan tentang nasib penyelenggaraan ibadah haji pada tahun ini. Tujuan agar negara-negara penyelenggara haji di seluruh dunia tidak menunggu kepastian yang tidak pasti.

Untungnya, sejumlah negara seperti Indonesia dan Singapura, sudah mengambil sikap tegas. Mereka lebih memilih mengutamkan kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan calon jamaahnya dari pada menunggu ketidakpastian penyelenggaraan ibadah haji dari Arab Saudi dengan tidak mengirimkan jamaahnya.

Bagi jamaah, jangan terlalu larut dalam kesedihan karena tidak jadi berangkat. Insya Allah, niat haji kita sudah sampai dan kita mendapatkan pahala.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim, disebutkan “Sesungguhnya Allah mencatat berbagai kejelekan dan kebaikan lalu Dia menjelaskannya. Barangsiapa yang bertekad untuk melakukan kebaikan lantas tidak bisa terlaksana, maka Allah catat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia bertekad lantas bisa ia penuhi dengan melakukannya, maka Allah mencatat baginya 10 kebaikan hingga 700 kali lipatnya sampai lipatan yang banyak.”

Sementara,Sa’id bin Al Musayyib, seorang ulama yang termasuk golongan tabi'in berkata, “Barangsiapa bertekad melaksanakan shalat, puasa, haji, umrah atau berjihad, lantas ia terhalangi melakukannya, maka Allah akan mencatat apa yang ia niatkan.”

Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Sumatra Barat, Shofwan Karim juga berpendapat, niatan dari calon haji untuk menunaikan rukun Islam keenam sudah dicatat oleh Allah SWT walaupun pelaksanaan haji harus tertunda dulu.

 

"Niat mereka (calon jamaah haji) sudah sampai. Allah akan memberikan ganjaran bagi mereka yang sudah berniat. Kondisi sekarang sudah di luar kemampuan kita sebagai manusia. Mudah-mudahan tahun depan sudah bisa naik haji," kata Shofwan.

*) penulis adalah jurnalis Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement