Rabu , 15 Jun 2016, 12:25 WIB

Mentan: Yang Penting Petani Untung, Konsumen Senang

Rep: Sonia Fitri/ Red: Dwi Murdaningsih
foto : Dede Lukman Hakim
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kedua kiri) memberikan bibit pohon jeruk kepada warga dalam rangka launching Pangan Murah Berkualitas melalui Toko Tani Indonesia di CFD Dago, Kota Bandung, Ahad (15/5). (foto : Dede Lukman Hakim)
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kedua kiri) memberikan bibit pohon jeruk kepada warga dalam rangka launching Pangan Murah Berkualitas melalui Toko Tani Indonesia di CFD Dago, Kota Bandung, Ahad (15/5). (foto : Dede Lukman Hakim)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah optimistis dapat membangun struktur pasar pangan baru dengan membangun Toko Tani Indonesia (TTI). Tujuan utama keberadaan TTI yakni menjual komoditas pangan tertentu dengan harga sesuai dengan keinginan pemerintah, lantas memengaruhi harga pangan di pasar agar turut bergerak turun.

Amran juga menunjukkan keberhasilannya menjual daging sapi segar impor di TTI dengan harga Rp 80 ribu per kilogram.  "Yang penting petani untung, konsumen senang," kata Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman di sela-sela meninjau proses jual beli di Toko Tani Indonesia Center (TTIC), Rabu (15/6).

Merespons hal tersebut, Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran menyebut, pelaksanaan TTI baik, asalkan merangkul para pedagang di pasar tradisional. Para pedagang selalu terbuka ketika ada tawaran kerja sama menurunkan harga pangan sesuai keinginan pemerintah.

Namun, ketika pedagang ingin mengambil barang dari pabrik agar bisa dijual dengan harga sesuai keinginan pemerintah, pihak pabrik tidak bisa memberikannya karena haru mempertimbangkan margin harga produksi dan harga jual. "Kita ingin beli dari pabrikan, gula agar bisa dijual dengan harga Rp 12 ribu per kilogram, tapi kita dikasihnya gula pasir dengan harga beli biasa," ujarnya.

Ia menguraikan, harga pangan di TTI bisa di bawah harga pasar karena mendapat subsidi dari dana CSR di sejumlah perusahaan. Harga murah tersebut bersifat sementara, semacam pasar kaget murah, bukan permanen. "Kalau mau jual murah pakai subsidi, anak kecil juga bisa, dan pasti laku," lanjutnya.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan