Senin , 18 Apr 2016, 11:12 WIB

Sergap, Revolusi Pangan Ala Kementrian Pertanian

Red: Dwi Murdaningsih
Penduduk memisahkan gabah hampa dan isi dengan menggunakan angin laut di pinggir Pantai Pamayangsari, Desa Sindangkerta, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. (Republika/Edi Yusuf)
Penduduk memisahkan gabah hampa dan isi dengan menggunakan angin laut di pinggir Pantai Pamayangsari, Desa Sindangkerta, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementrian pertanian mengklaim telah melakukan revolusi mental. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produksi pangan. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan Suwandi mengatakan menteri pertanian Andi Amran Sulaiman telah melakukan berbagai revolusi mental. Revolusi mental, kata dia, dilakukan dengan berbagai cara.

Pertama, lelang jabatan secara professional dan transparan. Kedua, mendidik disiplin bekerja full time perhari dan terjun langsung di lapangan. Ketiga, merancang dan mengerjakan program secara terukur. Keempat, mengawal program secara harian atau mingguan dan kelima, menerapkan pola reward and punishment secara ketat dan berbagai kebijakan lainnya.  

“Dampaknya adalah luas tanam peningkat dan produksi hampir seluruh komoditas meningkat pada tahun 2015,” ujar Suwandi.

Kini, lanjut Suwandi, Mentan pun berhasil melakukan “revolusi mental di bidang pangan” pada institusi Bulog. Yakni merubah pola kerja konvensional diganti dengan cara kerja yang baru, yaitu, merubah kebiasaan Bulog membeli beras yang hanya menguntungkan middle-man menjadi membeli gabah langsung ke petani, atau jamak dikenal dengan program Tim Serap Gabah (Sergap).

Cara Kementan Cegah Harga Gabah Anjlok Saat Panen Raya

Kedua, merubah dari biasa bermitra hanya ke pedagang atau penggilingan menjadi bermitra petani dan seluruh stakeholder. Selain itu, mentan juga mengubah cara kerja pasif yaitu beras diantar pedagang langsung ke gudang Bulog menjadi menjemput bola turun langsung ke sawah membeli gabah.

“Keempat, mengajarkan praktek bisnis yang profesional dan menguntungkan sekaligus melindungi yang lemah,” terang Suwandi.

Dia mengatakan revolusi mental melalui Program Sergab ini diyakini berdampak ekonomi lebih luas, memperpendek rantai pasok semula 7 hingga 9 level menjadi 3 hingga 4 level saja, memberikan perlindungan harga dan profit bagi petani, konsumen memperoleh harga murah Rp 7.500 hingga 8 ribu/kg, mengubah struktur dan prilaku pasar pangan, serta mewujudkan keseimbangan manfaat dinikmati antara produsen, pedagang dan konsumen.

Setelah berakhirnya Tim Sergab menjalankan tugas ad-hoc mengatasi panen raya sampai akhir Mei 2016, otomatis tugas dilanjutkan Bulog dengan mencermati cara bisnis yang pro-aktif turun ke lapangan dan membenahi infrastruktur pengering, pengolahan dan gudang untuk mengelola padi, jagung dan kedelai sesuai penugasan dari pemerintah.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan