Senin , 29 Aug 2016, 17:32 WIB

Menpar Arief Yahya Gencar Jualan 10 Bali Baru ke Investor Cina

Red: Winda Destiana Putri
Republika/Agung Supriyanto
Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Menteri Pariwisata Arief Yahya.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya tidak sekedar menjual Wonderful Indonesia di pasar Cina. Kali ini Menpar Arief juga sedang giat menjual 10 Bali baru kepada para investor Cina.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2015 asumsi pemerintah 5,3 persen, sama dengan prediksi oleh analis The World Bank dan Standard Chartered. ADB (Asian Development Bank) lebih optimis 5,4 persen," kata Menpar Arief dalam Business Forum yang digelar INACHAM – Indonesia Chamber of Commerce in Cina di Grand Hyatt, Shanghai.

Realisasi investasi juga terus mengalami pertumbuhan positif. Tahun 2015, investasi naik 17,8 persen dengan realisasi USD 40,4 Miliar. Sedangan komitmen untuk investasi mencapai USD 137 Miliar, atau naik 45 persen dari tahun sebelumnya.

"Persentase realisasi investasi di sektor pariwisata lebih besar lagi, naik 53 persen dari tahun lalu. Nilainya USD 1,049 juta. Investasi di pariwisata itu menyumbangkan 2,29 persen dari total investasi nasional," jelasnya.

Presiden Joko Widodo, menurut Arief Yahya, menempatkan 5 prioritas utama dalam membangun Indonesia saat ini. Infrastruktur, maritim, pangan, energi dan pariwisata. Baru kali ini Pariwisata menjadi amat penting dalam prioritas pembangunan nasional.

"Karena memang hanya pariwisata diantara penyumbang devisa yang terus mengalami pertumbuhan. Yang lain, seperti minyak dan gas bumi, batubara, kelapa sawit, tiga terbesar itu turun drastis," ucap Arief Yahya.

Menpar Arief juga menyebut percepatan pengembangan destinasi 10 Bali Baru. Dia memaparkan potensi dari Danau Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu dan Kota Tua Jakarta, Borobudur Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru Jawa Timur, Mandalika Lombok NTB, Labuan Bajo NTT, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara.

Di semua lokasi itu akan dibuat Badan Otorita yang tugas utamanya membangun KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Pariwisata. Kawasan yang dikelola untuk membangun amenitas, seperti hotel, resort, convention, theme parks, golf course, restoran, café, dan segala fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan saat stay.

"Dari 10 top destinasi itu, dibutuhkan investasi di kisaran USD 20 Miliar. Dari jumlah itu, pemerintah Indonesia akan menyiapkan 50 persen-nya dalam bentuk pembangunan infrastruktur dasar, seperti jalan, tol, bandara, pelabuhan, dan sebagainya. Sisanya, USD 10 Miliar mengajak swasta untuk membangun amenitas," kata Arief Yahya di hadapan para pengusaha Cina itu.

Kemenpar sendiri sudah melakukan deregulasi terhadap banyak hal, selama hampir 2 tahun di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo ini. Tiga regulasi yang terkait dengan international openness itu. Pertama, pemberlakuan kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) yang saat ini sudah 169 negara bebas masuk ke Indonesia. Kedua, implementasi CAIT –Clearance Approval for Indonesia Theritory, untuk yacht, sehingga izin untuk memasukkan perahu pesiar yang hendak sailing ke perairan Indonesia tidak lagi butuh 3 minggu. Cukup 3 jam selesai, dan targetnya sama dengan Singapore maupun Hongkong, 1 jam selesai.

Ketiga, pencabutan asas Cabotage, yang memberi keleluasaan kepada cruise atau kapal pesiar untuk menaik-turunkan penumpang di 5 pelabuhan besar di tanah air. Sehingga orang bisa cruise and fly. Terbang dulu ke destinasi wisata, lalu dilanjutkan dengan cruising, berkeliling pulau-pulau indah di tanah air.

"Indonesia itu, memiliki wisata bahari yang sangat bagus. Tidak perlu diragukan lagi keindahan alamnya. Banyak orang yang tidak tahu, CNN International sudah merilis, snorkeling site terbaik di dunia ada di Raja Ampat. Runner up-nya adalah Labuan Bajo, NTT," ungkap Arief Yahya.