Kamis 04 Aug 2016 11:18 WIB

Zona Pariwisata Halal Jakarta Makin Mendapat Tempat

Kota Tua, menjadi salah satu lokasi favorit wisman, dan dapat mendukung promosi wisata halal di Jakarta.
Foto: Antara
Kota Tua, menjadi salah satu lokasi favorit wisman, dan dapat mendukung promosi wisata halal di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Implementasi wisata halal di tanah air makin mendapat tempat. Selasa (2/8) siang, ada langkah strategis baru, yakni penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama (MoA) antara PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) tentang Penyusunan Kajian Kerjasama Pembangunan dan Pengoperasian Integrated Logistic Area di Kawasan Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP), untuk merealisasi Halal Port, Halal Hub, dan Halal Zone.

Hal ini dideklarasikan di tengah The 12th World Islamic Economic Forum di Jakarta Convention Center, Senayan. Penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama itu memberi angin segar bagi pengembangan wisata halal di Indonesia. Apalagi, baik PT Pelabuhan Indonesia dan PT JIEP sama-sama sepakat mengembangkan Jakarta Intenational Halal Hub (JIHH). Ini akan memberikan harapan akan zonasi baru destinasi halal di Ibu Kota Jakarta.

Ada banyak pejabat tinggi yang hadir menyaksikan. Dari mulai Menteri Keuangan Sri Mulyani, Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro hingga Ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata, Riyanto Sofyan, semua ada di barisan yang sama. Semuanya antusias mengembangkan wisata halal di tanah air. “Ini momentum bersejarah. Kalau sudah jadi, imbasnya bisa sangat dahsyat bagi perekonomian nasional,” kata Riyanto Sofyan, Ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal.

Rencananya, Menteri Pariwisata Arief Yahya yang akan presentasi sendiri konsep Halal Tourism yang sedang dikembangkan Indonesia. Yakni Lombok, Aceh dan Sumatera Barat (Sumbar). Ketiganya pas dengan positioning Halal Destinasion. “Setiap kota, setiap daerah boleh saja membuat kawasan halal, hotel halal, restoran halal, kafe halal, dan sebagainya. Karena secara bisnis, memang ada pasarnya dengan daya beli yang sangat kuat,” kata dia.

Dari paparan Riyanto, peluang menggaet devisa dari wisata halal masih sangat tinggi. Dan pasarnya pun ada. Data Sofyan Hospitality Analysis dari World Travel Tourism Council (WTTC), Singapura mampu mendulang 16 miliar dolar AS. Malaysia sebesar 15 miliar dolar AS. Bahkan Thailand mampu mendulang keuntungan dari bisnis wisata halal sebesar 47,4 miliar dolar AS.

Sangat kontras bila dibandingkan dengan Indonesia yang baru bisa mendatangkan devisa negara sebanyak 11,9 miliar dolar AS. “Saya senang gebrakan mengembangkan wisata halal makin terlihat nyata. Setelah ini, kita yang harus juara karena Indonesia adalah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,” kata Riyanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement