Ahad 11 Jun 2017 15:03 WIB

Anak Hilang Telah Kembali

Suzanne Al-Houby berdoa di Puncak Everest setelah mendaki selama 51 hari.
Foto: Al-Arabiya
Suzanne Al-Houby berdoa di Puncak Everest setelah mendaki selama 51 hari.

Oleh: Denny JA*

"Wahat Dzat yang membulak balikan hati

Kembalikan anakku

Hanya raganya yang pulang

Pikirannya tetap di seberang"

Diulang-ulang doa itu

Bergetar bibir ibu

Bergetar hati ibu

Berzikir selalu

La Ilaha Illallah, La Ilaha Illallah

La Ilaha Illallah, La Ilaha Illallah

La Ilaha Illallah, La Ilaha Illallah

Wahai Dzat yang membulak balikkan kalbu

Rukunkan kembali keduanya

Anakku dan suamiku

Pesta kenduri disiapkan

Keluarga besar berdatangan

Joko anak sulung telah pulang

Lima tahun ia melanglang

Sekolah ke Amerika

Mendalami ilmu dunia

Ayah sungguh bangga:

"Adakah rasa bersyukur yang lebih besar?

Dibandingkan menyerahkan pesantren?

Dilanjutkan oleh Joko anak sulungku!

Lima tahun sekolah ke Amerika

Dibawahnya, pesantren semakin jaya

Insya Allah."

Berkaca kaca mata Ayah

Ayah menatap lukisan itu

Wajah buyut bersinar selalu

Ia hidup 300 tahun lalu

Buyut yang mendirikan ini pesantren

Begitulah pesantren diwariskan

Ayah mendapat amanah dari kakek

Kakek mendapat amanah dari ayahnya

Ayahnya kakek dapat amanah dari ayahnya lagi

Seterusnya berjenjang hingga sampai pada buyut pendiri

Didinding dipasang silsilah itu

Sepuluh generasi sudah

Dari ayah hingga ke buyut pendiri

Joko  generasi  ke sebelas

Dalam doa bersama

Nama silsilah itu dilafalkan

Disebut satu persatu itu nama

Dari almarhum kakek hingga buyut pendiri

Ayah menatap foto kakek

Teringat ayah peristiwa 30 tahun lalu

Saat kakek menyerahkan pesantren

Kata kakek kepada ayah

Kuserahkan ini pusaka padamu

Nanti kau serahkan pada Joko  cucuku

Ini zaman baru

Joko perlu ilmu baru

Kirim Joko nanti ke seberang sana

Kita perlu kemajuan ilmu dunia

Pesantren harus jaya, selalu

Berbunga hati ayah

Amanah sudah ia laksanakan

Tiga puluh tahun sudah pimpin pesantren

Kini sering sakit si Ayah

Jakapun sudah kembali dari Amerika

Ujar Ayah:

"Buyut pendiri

Amanah  sudah kulaksanjan

Segala hal ihwal sudah disiapkan

Telah pulang Joko sang pangeran."

Namun tak diduga

Tak terkira oleh semua

Joko memang kembali

Tapi yang kembali hanya raganya

Pikirannya masih di seberang sana

Ia bukan Joko yang dulu

Joko masih suka rawon

Ia tetap doyan wedang jahe

Tetap dinikmatinya Rujak Cingur

Tapi pikirannya kini beda

Sunggu beda

Ujar ibu, astaga!

Ayah, ujar Jaka suatu ketika

"Agama itu penting, penting sekali

Tapi masa  depan peradaban  itu teknologi:

Artificial inteligent, robot, komputer

Bioteknologi, social media

Aku tak bisa memimpin pesantren

Hatiku tak di sana."

Terkaget ayah

Terkaget ibu:

"Oh inikah Jaka yang dulu kupangku?

Yang dulu kutimang sambil menyusu?

Dikirim ke Amerika untuk membantu Ayah

Kini pandai membantah Ayah?"

Ujar Ayah: "ini tradisi ratusan tahun sudah

Sejak buyut hingga ayah

Diwariskan kepada lelaki sulungnya

Lalu akan kuserahkan pada siapa?"

Sahut Joko:  "itu terserah ayah

Ada anak ayah lainnya,

Ada menantu pula

Ada murid yang Ayah percaya

Hatiku ada pada ilmu dan teknologi

Ke sana batin kuarahkan."

Ibu menengahi:

"Coba dulu setahun dua tahun anakku

Soal besar, ojo kesusu

Setelah dirimu menjalani

Siapa tahu mencintai."

"Tak perlu percobaan itu Ibu

Kutahu mau hatiku."

Joko sudah membatu

Ayah dan Jaka hanya seiya soal makanan

Namun selalu berbeda soal gagasan

Pagi bertengkar

Siang berdebat

Malam berselisih

Joko berniat ke ibu kota

Tidak lagi cocok tinggal di desa

Membuka sekolah  komputer

Ilmu dari Amerika

Ibu menangis saja

Tak lupa selalu berdoa

"Wahai Dzat yang membulak balikkan hati

Berikan petunjuk"

Terus berzikir ibu

La Ilaha Illallah, La Ilaha Illallah

La Ilaha Illallah, La Ilaha Illallah

La Ilaha Illallah, La Ilaha Illallah

-000-

Pesantren diserahkan Ayah

Bono yang kini memimpin

Bono adik bungsu Joko

Joko pindah ke ibu kota

Berkeluarga, bekerja di sana

Di sana ia jumpa Pak Darta

Menjadi teman bicara

Apa yang salah denganku,tanya Joko?

"Kulihat agama tak lagi seperti dulu

Kupahami ayah beda dengan yang lalu

Tapi aku jujur selalu

Aku memberontak, kata Ibu

Tapi pesantren kini bukan tempatku."

Ujar Pak Darta

"Mereka yang belum belajar

Melihat langit sebagai langit

Mereka yang tengah belajar

Melihat langit tidak sebagai langit

Mereka yang sudah belajar

Kembali melihat langit sebagai langit

Joko merenung lama

Apa arti itu kearifan?

Pak Darta kembali memberi kiasan

"Pak Ahmad  membajak sawah

Ketika pak Ahmad  bertambah ilmu

Sawah tak lagi sesuai

Tapi pak Ahmad matang ilmunya

Pak Ahmad kembali membajak sawah

dengan kesadaran yang beda

dengan cara yang beda

Hal hal besar dalam hidup

Tiada pernah usang

Tak perlu kau tinggalkan

Tak usah kau lawan

Tetap bisa kau lakoni

Menggerakkannya kembali

Tapi dengan cara baru

Lama Joko memikirkannya

Kebenaran kata Pak Darta

Cara yang beda?

Kesadaran yang beda?

Walau sawah yang sama?

Sepuluh tahun berlalu sudah

Joko mengundang keluarga besar

Ayah, ibu dan lainnya

Sangat lama sudah tak bersua

Joko tunjukkan ia punya karya

Aneka karangannya

Begitu banyak muridnya

Tapi semua soal ilmu dunia

Ada pula soal agama

Dakwah lewat sosial media

Dilihatkannya video beraneka

Pengajian yang dipimpinnya

Ujar Joko, lihat ini ayah

"Dulu ayah berdakwah di pesantren

Aku berdakwah juga

Lewat facebook Live streaming

Pendengarnya manca negara

Beratus ribu jumlahnya

Lebih banyak dari pendengar pesantren biasa."

Terkaget Ayah

Terkaget ibu

Dunia sudah berubah

Dakwah sudah beda

Ibu amati mata Joko

Tetap dilihatnya jiwa seorang pendakwah

Walau dengan bentuk  baru

Sesuai dunia baru

Ayah dan ibu lega

Joko tidak benar benar hilang

Joko sudah kembali

Tapi dengan lain rupa

Bersyukur mereka bersama

Joko memimpin doa

Ayah, ibu mengamininya

Berzikir pula

La Ilaha Illallah, La Ilaha Illallah

La Ilaha Illallah, La Ilaha Illallah

La Ilaha Illallah, La Ilaha Illallah

*Denn JA, Pendiri Lingkaran Survei Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement