Sabtu 06 May 2017 21:22 WIB

Petani Karawang, Muhammadiyah dan Presiden

Petani Kendeng dan Karawang sedang menikmati makanan di Gedung Dakwah Muhammadiyah. Jum'at (17/3).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Petani Kendeng dan Karawang sedang menikmati makanan di Gedung Dakwah Muhammadiyah. Jum'at (17/3).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dahnil Anzar Simanjuntak*

Perjalanan Garut-Jakarta melelahkan. Macet. Getar telepon genggam mengganggu tidur dalam laju mobil kendaraan. Oh panggilan masuk Dari aktivis LBH Jakarta.

 

"Mas Dahnil, bisa bantu 220 petani karawang yang butuh tempat penampungan Mas? Kami berharap bisa ditampung Muhammadiyah."

 

Nah lho. Saya terdiam. Memandangi si Kholis, Bendum PP IPM yang jadi sopir kami saat itu, dan si Putra, Bendum PPPM yang lagi makan dodol Garut di kursi belakang. Abrar, Ketua PPPM yang terdengar mendengkur dalam tidur pendeknya. Bujang lapuk yang sekarang tak lapuk lagi.

 

"Tunggu ya, saya coba," jawab aku. 

 

Saya berdiskusi dengan Kholis, Abrar, Putra dalam laju mobil menuju Jakarta. "Tampung saja Bang," kata Putra. "Tampung di PP Muhammadiyah?" 

 

"Emang punya kita? Kita ndak punya wewenang mengizinkan atau tidak. Sedangkan ini harus cepat."

 

Getar telepon genggam lagi. Ternyata dari Farid, salah satu Sekretaris PPPM. Farid intens mendampingi petani Karawang bersama istrinya sejak lama. "Bang, petani Karawang ini butuh tempat, mereka gak tahu mau ke mana lagi. Bagaimana bang?"

 

Akhirnya saya jawab, "Mas Farid, ya sudah di dedung dakwah ada Cak Faisal, ajak dia pimpin 220 petani itu ke Gedung dakwah Muhammadiyah, kan ini waktu Shalat Maghrib, jadi masuk saja ke gedung dakwah kemudian menuju masjid. Bilang saja mau Shalat Maghrib berjamaah, setelah itu istirahat sambil menunggu shalat Isya, kemudian istirahat lagi sambil menunggu Shalat Shubuh dan seterusnya, sampai gak mau shalat di masjid itu lagi. Paham ya maksud saya."

 

"Paham Bang," kata Farid. "Tapi bang, mereka lapar semua, belum makan sejak pagi."

 

"Ok, kita atur," kataku.

 

Jadilah, petani dipimpin Cak Faisal, Farid dan kawan-kawan LBH serta relawan-relawan lainnya menuju Gedung Dakwah Muhammadiyah. Ternyata di perjalanan mereka diberhentikan oleh polisi, tidak boleh menuju ke Muhammadiyah, akhirnya Cak Faisal bernegosiasi, dan perjalanan dilanjutkan. Tiba di depan gerbang Muhammadiyah, Menteng Raya 62. Ternyata di Gedung Dakwah sudah dipenuhi dengan polisi. Usut punya usut, ternyata sedang ada acara Maarif Institute yang meminjam Gedung Dakwah Muhammadiyah dengan mengundang Menko Kemaritiman menyampaikan pidato bersama Buya Syafii Maarif, tentang Kebinekaan serta keberagaman mungkin. 

 

Akhirnya, para petani yang dipimpin Mas Farid dan Cak Faisal, dilarang masuk. Cak Faisal, Ketua Bidang Hukum PPPM hasil perombakan ini, bersitegang dengan polisi, yang akhirnya petani boleh masuk menuju masjid, namun bertahap. 

 

Pemuda Muhammadiyah mau masuk ke rumah sendiri kok diatur oleh tamu dan penjaganya...hehehehe. Tapi, wes lah ora opo-opo.

 

Selanjutnya, dalam perjalanan, Saya menelpon Mas Fuji, Kepala Kantor PPPM untuk membelikan makanan sebanyak 250 bungkus. "Bang, uang kas lagi gak ada." 

 

Nah lho. Putra, bendahara umum PPPM, mengatakan. Iya bang, belum dicairkan yang untuk petty cash. Aduuuh. Terus bagaimana? "Saya Suruh Fuji pesan aja ya bang?" Nanti kita bayar. "Ok," jawabku.

 

Kami Tiba di Gedung Dakwah Muhammadiyah, wow, banyak polisi ternyata. Tapi, dalam Rangka mengawal Menko Maritim yang sedang ceramah tentang Kebinekaan, di acara Maarif Institute bersama Buya Maarif. Pasti diskusi yang menarik. Gumamku. Namun, saya dan kawan-kawan memilih berjalan ke masjid menemui 250 petani Karawang yang sudah menumpuk di Masjid. Dan, ternyata makanan yang dibeli Fuji belum Tiba. Akhirnya, kami kebetulan membawa banyak dodol Garut, buah tangan yang diberikan Pak Atok, pemilik pabrik dodol picnic Garut. Semua dodol itu kami serahkan kepada petani sebagai pengganjal lambung, sampai tiba nasi bungkus.

 

Singkat cerita, PP Muhammadiyah, mengizinkan petani Karawang untuk tinggal sementara di Gedung Dakwah Muhammadiyah, dan kemudian memindahkan penampungan mereka ke Panti Asuhan Muhammadiyah Tanah Abang. Kurang lebih dua bulan mereka menetap di sana dengan bantuan banyak relawan, baik dari Ortom Muhammadiyah, Rumah Sakit Muhammadiyah, sampai organisasi diluar Muhammadiyah. Banyak relawan yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu namanya. Ruhul ikhlas dan jihad selalu hadir di hati mereka.

 

Dua hari jelang Pilkada DKI Jakarta, Saya bersama beberapa tokoh Islam diundang Bapak Presiden Joko Widodo di Istana Presiden. Pada Pertemuan tersebut, salah satu Hal yang disampaikan Pak Presiden adalah terkait dengan redistribusi lahan. Nah, tiba Saya berbicara, saya menyampaikan kepada Pak Presiden.

 

"Pak Presiden, program redistribusi lahan adalah program yang bagus sekali, pro mustadafin, dan kami mendukung penuh. Termasuk keinginan Pak Presiden meminta ormas bisa juga memamfaatkan program ini untuk kepentingan jamaah masing-masing. Namun, Pak Presiden izinkan saya menyampaikan, Muhammadiyah sejak awal berdiri ingin memastikan menghadirkan Islam yang menjadi solusi bagi kehidupan, Islam untuk orang hidup bukan Islam untuk orang mati. Sekarang ada 250 petani Karawang yang kami tampung kehilangan tanah mereka, maka mohon dahulukan mereka, Muhammadiyah tidak juga tidak Apa. Asal mohon selesaikan masalah petani Karawang ini."

 

Beberapa hari kemudian, Pak Mensesneg Pratikno bertemu dengan saya dan menyampaikan bahwa Presiden akan menuntaskan masalah Petani Karawang tersebut. Kemarin, tepat 6 Mei, Pak Pratikno mengirimkan pesan WA singkat kepada saya, "Mas, masalah petani Karawang sudah diselesaikan Pak Presiden dengan maksimal ya."

 

Betul, Pak Presiden memerintahkan menteri pertanahan dan menteri sosial untuk menyelesaikan segera. Petani dijanjikan menteri pertanahan akan kembali ke lahannya dan akan dibuatkan sertifikat dalam jangka waktu dua bulan ke depan. Mensos Khofifah pun berjanji selama waktu menunggu lahan dan sertifikat tersebut para petani Akan diberikan uang bantuan per bulan. 

 

Para petani menolak kembali ke Karawang, Bila ditampung di rumah susun yang pernah mereka tempati dan akhirnya diabaikan Pemkab Karawang. Akhirnya, menteri meminta bupati, agar petani ditampung sementara di rumah dinas bupati.

 

Alhamdullilah, akhirnya siang ini petani Karawang akan kembali ke penampungan sementara mereka di rumah dinas bupati sesuai janji. Mudah-mudahan ditepati oleh pemerintah seperti yang mereka sampaikan kepada kami. Tadi malam, para petani Karawang datang ke pengajian rutin PP Muhammadiyah dan berpamitan langsung ke Pak Haedar dan PP Muhammadiyah.

 

Tengah malam tadi, mereka juga berpamitan dengan saya untuk kembali ke Karawang, bahagia dan harus bercampur aduk. Ditambah lagi yang lebih mengharukan, Kang Maman dan petani Karawang mengatakan kepada saya, "Bang Dahnil, nanti kalo kami sudah kembali dapat lahan, kami akan undang Bang Dahnil untuk meresmikan Ranting Muhammadiyah Teluk Jambe yang akan kami dirikan bersamaan dengan tanah wakaf untuk Masjid Muhammadiyah di Teluk Jambe nanti."

 

Saya tidak bisa menahan haru untuk bagian ini. Bagi saya tidak ada yang lebih membahagiakan selain, semangat baru menggembirakan Dakwah Muhammadiyah melalui lahirnya Ranting Muhammadiyah dari petani-petani yang ketika pertama kali datang ke saya dituduh PKI itu. Terima kasih Pak Presiden atas kepekaannya, semoga Pak Presiden sehat selalu, dan bisa berpihak kepada rakyat miskin Pada semua kebijakan yang bapak buat, dan menolak tunduk dengan para bandit yang rakus.

 

 

*Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement