Ahad 05 Feb 2017 09:38 WIB

Rumah Idaman

Memiliki rumah sendiri adalah idaman tiap orang.
Foto:

Hari-hari terus silih berganti dan berguguran. Impian untuk memiliki rumah sendiri tetap masih jauh dari angan-angan Maman. Hal itu berbeda dengan istri dan anak-anaknya. Memiliki rumah sendiri itu sudah merupakan harapan yang harus dapat segera terwujud. Karena itu, istri dan anak-anaknya tiap saat terus mendesak, agar Maman dapat mewujudkan impian mereka.

Apalagi sang istri, berulang kali menyatakan, "Orang hidup itu baru benar-benar sempurna, kalau dapat memenuhi tiga hal dengan baik, yaitu pangan, sandang dan papan alias rumah."

Hati Maman tergerak juga! Maka kini tak ada lagi istilah leha-leha, istilah santai buat Maman. Selesai mengajar pagi ia menyambi mengajar di SLTP swasta siang. Selepas magrib, ia ngojek sepeda angin! Dalam hati ia bersyukur, di daerah tempat tinggalnya, Jakarta Utara, sepeda angin masih bisa diojekkan!

Dan berkat kerja kerasnya itu, dalam waktu hampir 10 bulan Maman punya tabungan yang cukup banyak. Ditambah uang pinjaman dari koperasi sekolah, ditambah lagi uang arisan di RT tempat tinggalnya yang bulan ini kebetulan jatuh atas nama istrinya, terkumpul juga uang. Maka terpenuhi sudah syarat untuk membayar uang muka rumah sederhana BTN tipe-21. Dan kini memiliki rumah BTN itu bukan lagi hanya impian, tapi sudah menjadi kenyataan!

Minggu pagi Maman, dibantu Adi dan beberapa orang tetangganya, sibuk mengangkut barang-barang perabot rumah tangga ke dalam sebuah mobil pick-up. Maman sekeluarga boyongan, pindah rumah. Dan ketika semua sudah beres, bergeraklah mobil pick-up itu menuju perumahan sederhana BTN yang telah dibeli oleh Maman. Di belakangnya sebuah Metro Mini yang disewa Maman mengiringinya, berisi para tetangganya.

Ketika sampai di perumahan itu, para tetangga Maman bedecak kagum. "Wah, Bu Maman sekarang sudah jadi orang kaya, ya."

"Iya ya, tempatnya enak dan asri. Tapi kita harap sih jangan melupakan kita-kita yang masih tinggal di pemukiman miskin."

"He-eh. Jangan lupa sowan ke kita. Ya siapa tahu besok-besok kita kecipratan dan bisa juga kita tinggal di pemukiman yang nyaman seperti ini."

Tawa Bu Maman berderai. "Sudah, jangan dipuji terlalu berlebihan. Saya masih Bu Maman yang dulu," suaranya terdengar renyah. "Dan tiap awal bulan kita masih akan tetap riungan. Bukankah arisan tahun ini di RT kita belum habis?"

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement