Sabtu 28 Jan 2017 10:00 WIB

Kucing Tetangga

Kucing (ilustrasi)
Foto:

Saran Johan aku laksanakan tanpa meminta persetujuan istriku, yang ternyata setuju saja. "Tapi, jika hujan dan airnya melimpah, kita bisa dimaki orang se-RW."

"Biar. Kita yakinkan mereka, itu gara-gara para oknum Pemda yang korup dan mau terima sogok. Developer membangun perumahan berfasilitas kelas kambing. Membengkakkan biaya proyek dan memerosotkan mutu. Orang-orang kayak si tikus Idris itu."

"Husss!" sergahku.

"Biar!" kata istriku enteng. "Masa, kepala bagian saja bisa punya rumah bertingkat dua kapling, dan tiga sedan mewah. Dasar tikus."

Setelah saluran air itu ditutup, tikus-tikus itu tak bisa lagi keluar masuk ke dan dari rumah kami. Sekarang, rasakan! Tapi tidak juga. Tak bisa keluar dari rumah, para tikus kian merajalela: makanan, pipa pralon, kabel listrik dan telepon, pakaian dan sepatu, mereka lahap semua. Seperti hendak membalaskan dendam: mereka menggerogoti sedikit lalu mencabik-cabiknya.

"Idris lu!" kutuk istriku.

"Sssst!"

"Ah, kau! Kau kayak penegak hukum saja, takut sama koruptor!"

Suatu sore di hari libur Imlek, aku, istriku, dan ketiga anakku duduk-duduk di beranda. Aku melihat wajah istriku lebih berseri.

"Tumben Ibu kalian ceria hari ini?" godaku.

"Emang. Aku girang dia akan pindah dari sini."

Aku sudah bisa menebak, tapi bertanya juga, "Siapa yang mau pindah?"

"Keluarga tikus itu. Rupanya si Idris dapet sabetan lagi, dan membeli rumah mewah baru di Kelapa Gading."

"O ya, Bu? Enak dong mereka," timpa Isna.

"Sekarang enak. Nanti di akhirat tahu rasa," ujar istriku.

"Lalu kenapa kau senang?" kataku.

"Tampang kayak gitu jauh-jauh sajalah."

Tiba-tiba seekor kucing kampung melompat dari para-para rumah kami. Matanya liar dan bersinar di keremangan senja. Dia seperti kaget dan ketakutan melihat kami, yang menatapnya nanap.

Yang lebih kaget aku dan anak-anakku. Bukan saja berhasil lolos masuk ke rumah kami, kucing abu-abu bertotal hitam itu mencengkeram seekor tikus sebesar tinju lelaki di rahangnya yang bertaring tajam. Darah segar menetes dari tubuh tikus hitam keabu-abuan itu. Matanya terbeliak, seperti tak percaya ada kucing masuk ke rumah dan menangkapnya.

"Ya. Sejak pemiliknya dipastikan akan pindah ke Kelapa Gading, aku membiarkan kucing-kucing kampung itu masuk dan berpesta pora," ujar istriku dengan senyum puas.

 

TI Thamrin

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement