Rabu 25 Jan 2017 07:00 WIB

Cerita Bohong di Siang Bolong

Bohong/ilustrasi
Foto:

Malam itu, di warung kopi terminal, Mudrik tertawa girang. Sampai jakun lelaki bertato yang bekerja sebagai sopir angkot itu terlihat membengkak setelah dia tertawa terpingkal-pingkal bersama sopir dan kernet-kernet yang lain.

"Yu, tambah kopi!" ucap Mudrik, seraya mengambil pisang goreng, tidak jauh dari tempat duduknya.

Yu Jilah, janda pemilik warung kopi itu, pun segera memenuhi perintah Mudrik.Yu Jilah tahu, malam ini Mudrik tebal kantong dan pasti akan melunasi utang-utangnya. Mudrik tertawa tiada henti. Ia baru diam ketika pisang goreng yang masih panas itu menyumbat mulut besarnya. Kopi panas yang disodorkan Yu Jilah pun segera ia seruput dengan rakus.

"Kamu memang cerdas, Mudrik," sanjung Markom, juga sopir angkot, memujanya. "Kalau boleh tahu, dari mana kamu mendapatkan ide gila itu?" tanyanya lebih lanjut, dengan mata berjuling-juling.

"Aku berpikir, setelah BBM naik, nyaris kita tekor setoran. Kapan lagi kita akan bisa mendapat uang banyak seperti hari ini jika aku tak menghembuskan berita dan bohong itu."

"Wah, orang gila sepertimu kadang juga membawa keberuntungan. Hari ini kita semua tidak hanya panen bahkan dapat berkah karena kita narik lebih ramai dibanding hari lebaran!" ujar Markom lagi.

"Aku harus pulang dulu! Istriku sudah nunggu di rumah dan pasti akan senang kalau dia melihat penghasilanku hari ini," ucap Mudrik, sambil mengangkat kakinya yang terselip di balik kursi, kemudian melangkah ke arah angkot tua yang terbujur kaku di ujung jalan.

 

Mursidi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement