Rabu 25 Jan 2017 06:00 WIB

Gadis Rembulan

Bulan Purnama

Ibunya tidak menjawab. Wajah perempuan yang tak pernah menikah itu tampak redup. Terbayang masa-masa mudanya yang ceria dan kemudian berakhir kelam setelah pesta ulang tahun temannya yang membuatnya kehilangan keperawanan.

Beberapa teman lelakinya mengajaknya minum-minum sebelum berdansa, lalu dia mabuk dan pingsan. Setelah siuman ia merasakan perih pada kemaluannya, lalu dia terlambat bulan. Sekilas terbayang masa-masa kehamilannya. Betapa kedua orangtua dan saudara-saudaranya mengusirnya dengan sikap jijik dan muak. Lalu dia pergi ke rumah teman-teman kuliahnya, tapi mereka keberatan menampungnya.

Terpaksa dia selalu berpindah dari rumah teman satu ke rumah teman lain, sebelum kemudian ditampung oleh seorang pemilik warung remang-remang. Selama berada di warung remang-remang, dengan perut membuncit, dia terpaksa melayani tamu-tamu pria hidung belang.

Setiap melayani, dia tersiksa jiwa raga, tapi ada harapan jahat betapa janin dalam kandungannya mungkin bisa gugur ketika diperlakukan kasar oleh pria-pria hidung belang itu. Tapi rupanya janin di perutnya sangat sehat dan gemar digoncang-goncang, sebelum kemudian lahir dengan selamat.

Dan setelah menjadi ibu, rasa cinta kepada anak gadisnya yang tidak jelas siapa ayahnya itu membuatnya kabur dari warung remang-remang. Terlalu sayang jika anak gadisnya itu terbiasa melihatnya melayani pria-pria hidung belang. Ibu mana yang tega menjerumuskan anak gadisnya sendiri menjadi pelacur?

Maka demi anak gadisnya ia bekerja di pabrik dan tinggal di rumah kontrakan bersama seorang pembantu yang bisu itu. Memang sengaja dicarinya pembantu yang bisu, agar tidak bisa bicara dengan tetangga yang sok ingin tahu dan usil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement