Rabu 25 Jan 2017 06:00 WIB

Gadis Rembulan

Bulan Purnama
Bulan Purnama

REPUBLIKA.CO.ID, GADIS kecil empat tahun itu tiba-tiba berkata-kata kepada teman-teman mainnya di halaman rumah kontrakan yang baru ditempatinya bersama ibunya, "Aku berasal dari rembulan."

Teman-temannya terpana. Mereka seperti meragukan kata-kata aneh itu. Lalu gadis kecil itu melanjutkan kata-katanya, "Dulu ibuku suka keluar rumah malam-malam, lalu duduk di halaman rumah. Tiba-tiba rembulan jatuh dan pecah di pangkuannya. Lalu ibuku mengunyahnya, kemudian ibuku hamil dan melahirkan aku."

Teman-temannya tetap terpana. Mereka seperti tak percaya atau tidak mengerti kata-kata gadis kecil itu. Dan, ketika mereka pulang ke rumah masing-masing, segera bertanya kepada ibu masing-masing.

"Ibunya tidak punya suami."

"Ibunya tidak pernah menikah."

"Ibunya perempuan nakal."

"Jangan main lagi dengan dia."

"Jangan mau diajak bicara ibunya."

Gadis kecil itu kemudian selalu bermain-main sendirian di halaman rumah kontrakan itu, karena teman-temannya tidak sudi lagi menemaninya. "Aku tidak betah tinggal di sini, Bu. Sebab tidak ada teman yang mau kuajak bermain."

Gadis itu mengeluh kepada ibunya yang baru saja pulang kerja. Ibunya selalu berangkat kerja pada jam tujuh pagi dan pulang pada jam lima sore. Gadis kecil itu diasuh oleh pembantu yang bisu. Maka gadis kecil itu merasa kesepian meskipun tinggal berdua bersama pembantu.

Gadis kecil itu tidak mengerti kenapa ibunya memilih pembantu yang bisu. "Sebaiknya kamu bermain-main atau nonton teve dengan Bik Ijah saja di dalam rumah. Tak usah main-main di luar rumah," tutur ibunya.

"Aku bosan bersama Bik Ijah, karena dia tidak bisa diajak bicara. Sebaiknya Bik Ijah dipulangkan, lalu kita cari pembantu lain yang bisa bicara."

"Hus, jangan bicara begitu. Kasihan Bik Ijah. Meskipun bisu, dia bisa mendengar pembicaraan kita. Lagi pula, Bik Ijah itu sangat baik dan sayang padamu. Buktinya, sejak dulu kamu disuapi. Kalau kamu mandi, dimandikan. Kalau kamu tidur, ditemani."

Gadis kecil itu kemudian merengek-rengek minta didaftarkan di sekolah taman kanak-kanak, seperti anak-anak tetangga yang sebaya dengannya. Tapi, ibunya menolak karena iba kepada pembantunya.

"Kasihan Bik Ijah kalau setiap hari mengantarkanmu pergi dan pulang sekolah, karena dia sudah capek bekerja di rumah. Besok saja kalau sudah berumur enam tahun kamu masuk SD."

Gadis kecil itu kemudian diam dengan wajah murung. Lalu bertanya kepada ibunya, "Benarkah aku berasal dari rembulan?"

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement