Sabtu 11 Jun 2016 06:17 WIB

Begini Seharusnya Memakamkan Mereka yang Pulang ke Rahmatullah

Al Azhar Memorial Garden
Foto: Al-Azhar Memorial Garden
Al Azhar Memorial Garden

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Farichatul Jannah, blogger

Ada seorang anak gadis yang meninggal dunia. Lalu sang ayah menguburkannya seperti layaknya jenazah pada umumnya di pemakaman umum. Setelah itu sang Ayah setiap malam selama tiga hari selalu bermimpi di datangi anak gadisnya yang mengeluh, "Ayah tolong ayah, aku tidak bisa tidur suara pabrik kapur berisik sekali sampai aku tak bisa tidur".

Lalu sang ayah mengecek memastikan di pemakamannya tak ada pabrik apapun sepi sunyi senyap. kemudian usut diusut ternyata makam anak gadisnya bersebelahan dengan makan seorang algojo yang seumur hidupnya selalu berbuat maksiat.

Demikian sepenggal kisah yang berkaitan dengan pemakanaman. Dalam Islam ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakamam seorang muslim. Ada beberepa syariat yang harus kita lakukan sebagai seorang muslim. Salah satunya adalah tidak mencampur makam seorang muslim dengan non muslim. Kenapa? jawabannya cerita diatas menunjukkannya.

Seperti yang dilakukan oleh kaum muslimin semenjak zaman rasulullah para khulafa’ ar rasyidun dan orang-orang setelahnya. Hal tersebut terus berlangsung dan menjadi ijma’ amali untuk memisah kuburan ummat islam dengan kuburan orang-orang musyrik.

Sebab, adzab bagi orang-orang musyrik tersebut akan dirasakan oleh seluruh penduduk kuburan tersebut. Padahal adzab kepada mereka tidak terputus. Jenazah umat muslim yang dicampur dengan muysrikin akan tersiksa.Tersiksanya mayit tergantung dengan siksaan yang ditimpakan pada tetangganya berupa pedihnya adzab, bau yang busuk ataupun kegelapan liang lahat dan yang lainnya.

Harus Menghadap Kiblat

Ketaqwaan seorang muslim di buktikan dengan tiga hal yaitu Qaulan; melalui kata-kata yang keluar dari mulut kita. Maka kita harus bersyahadat, mengucapkan dua kalimat syahadat. Qulbi; hati kita. Ketaqwaan kita juga harus dibuktikan dengan hati kita yang selalu hanya menyakini hanya Allah satu-satunya tuhan kita. Yang ketiga Fikli ketaqwaan kita juga dibuktikan dengan perilaku dan gerakan kita. Maka saat kita sholat kita harus dengan tertib baik dan menghadap kiblat.

Itulah mengapa saat sholat hingga saat kita meninggalpun harus menghadap ke kiblat. Sebagai bukti ketaqwaan kita.

"Ku hadapkan muka dan hatiku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan berserah diri dan aku bukanlah dari golongan kaum musrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah karena Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, demikianlah aku diperintah dan aku termasuk golongan orang-orang muslim"

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement