Jumat 10 Sep 2021 11:10 WIB

Musisi Afghanistan Menunggu Nasib

Musisi di Afghanistan kini terus dibayangi larangan dari Pemerintah Taliban yang baru

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Rubab
Foto: Aljazira
Rubab

IHRAM.CO.ID, KABUL -- Pusat kehidupan musik Afghanistan di Jalan Kharabat telah menutup jendela dan tirai sejak Taliban menyerbu Kabul pada pertengahan Agustus lalu. Para musisi di Afghanistan kini terus dibayangi larangan dari Pemerintah Taliban yang baru.

Dilansir dari The Guardian pada Rabu (8/9), para musisi telah membawa pulang instrumen mereka dan beberapa telah memasukkan alat-alat musik tersebut kedalam gudang penyimpanan. Mereka masih menunggu untuk melihat apakah Taliban akan melarang musik seperti yang mereka lakukan 25 tahun yang lalu.

Tanpa pekerjaan, dan tanpa perintah resmi dari Taliban, mereka masih berkumpul di jalan yang selama beberapa generasi telah menjadi tempat kelahiran, rumah, dan konservatori informal bagi bintang musik negara itu.

Di situ mereka mendiskusikan gambar yang dibagikan oleh penyanyi terkenal Aryan Khan, tentang piano yang rusak dan drum yang hancur di kantornya di Kabul, dan pembunuhan musisi folk Fawad Andarabi di rumahnya di pedesaan. Mereka bertanya-tanya apakah mereka akan menjadi yang berikutnya.

“Kami telah melihat foto secara online. Kami akan memiliki masalah yang sama, jika tidak hari ini maka besok,” kata Zabir, yang memainkan rubab, alat musik petik Afghanistan.

“Taliban belum menyelesaikan pekerjaan mereka untuk membentuk pemerintahan baru, tetapi setelah itu saya tahu mereka akan menargetkan musik," sambung Zabir.

Dia ingin terbang keluar Afghanistan di mana musik tidak dilarang di negara tersebut. Musik merupakan bagian dari jiwanya.

“Musik memberi makan jiwa Anda. Saya tidak ingin tinggal di sini lagi tanpanya," sambung Zabir.

Di seberang kota dari Jalan Kharabat, Institut Musik Nasional Afghanistan (ANIM) akan menjadi target awal dari Pemerintahan yang baru. Taliban akan menghancurkan instrumen seperti pada 1996 dan menghentikan musik yang dimainkan, dan juga menghancurkan kemungkinan memainkan musik.

“Saya prihatin dengan keselamatan musisi, saya khawatir tentang pendidikan musik dan musik di Afghanistan, tetapi pada saat yang sama saya lega bahwa tidak ada hal besar yang terjadi terhadap sekolah dan komunitasnya sampai sekarang,” kata Direktur Institut, Ahmad Sarmast.

"Saya harap kita tidak akan kembali 25 tahun," tambahnya.

Dia berkomunikasi dengan pejabat Taliban yang saat ini bertanggung jawab atas pendidikan dan pelatihan teknis dan kejuruan. Mereka meyakinkannya bahwa infrastruktur, fasilitas, dan sumber daya ANIM dilindungi dan akan tetap dilindungi sampai ada keputusan tentang masa depan musik di Afghanistan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement