Senin 10 Aug 2020 08:15 WIB
Biriut

Geliat Warga Beirut Kembalikan Permata Kota Setelah Ledakan

Warga Beirut bahu membahu perbaiki kota

Suasana Beirut yang tenang di hari-hari biasa.
Foto: google.com
Suasana Beirut yang tenang di hari-hari biasa.

REPUBLIKA.CO.ID, -- Beirut sebagai ibu kota Lebanon kerap disebut permata bagi Timur Tengah. Bahkan sering juga mendapat julukan sebagai Paris-nya wilayah itu. Kota tua di tepi pantai ini memang cantik. Menjadi tujuan bagi para pelancong kawasan itu melepaskan penat.

Tapi disamping kemolekannya Beirut layaknya lazim sebagai wilayah konfik kerap juga dalam situasi tak pasti. Perang saduara dan bom bisa meledak setiap saat. Apalagi wilayah itu sudah teramat dekat dengan Palestina. Pemimpin Lebanon pun sejak dahulu sudah berkali-kali menjadi korban kekerasan itu.

Dan kini bom raksasa meledak kembali. Bahkan meninggalkan bekas lubar yang besar seperti kawah gunung berapi. Maka, mau tak mau penduduknya harus bersikap tabah. Seperti dilaporkan Arab News kala berjalan di dekat lokasi pengeboman itu suasana ketbahan warga itu tampak.

Misalnya, bila berada do  Jalan Gemayzeh yang hancur di Beirut itu, pria dan wanita muda membawa sapu dan kantong sampah mereka. Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk membantu menghilangkan puing-puing akibat ledakan Pelabuhan Beirut yang terjadi hari Selasa pekan lalu.

Jalan utama yang berada di dekat lokasi ledakanm sebagian besar memang telah dibersihkan, tetapi ini tidak dengan bantuan pemerintah. Sebaliknya, kaum muda Lebanon secara kolektif berinisiatif untuk membersihkan.

“Saya datang Rabu untuk membantu setelah ledakan dan kemudian saya kembali hari ini [Sabtu]. Saya sangat terkejut dengan pekerjaan yang telah dilakukan, ”kata Raoul Rafael Sfeyer. Dia  menceritakan setelah ledakan tragis. Hampir semuanya telah disingkirkan dari tengah jalan.

People walk as they clean a street near the site of Tuesday's blast in Beirut's port area, Lebanon. (Reuters)

Tentu saja sebagai orang yang berasal dari Jounieh, lebih dari 20 kilometer utara Beirut, tindakannya patut diacungi jempel. Apalagi Sfeyer mengatakan bahwa setelah ledakan itu, dia bergabung bersama teman-temanya yang  grup WhatsApp bersikap untuk segera memberikan bantuan dan juga sekaligus dapat  mengetahui situai di Beirut sebenarnya.

Sembari beristirahat di trotoar dan memegang sapunya, Sfeyer mengatakan dia dan yang lainnya mengunjungi kemudian mengunjungi warga di rumah mereka untuk menggalang bantuan. “Banyak dari mereka yang menanyakan apakah kami boleh ikut membersihkan rumah atau di depan gedung,” ujarnya. “Kami juga membantu memasang penutup pada pintu atau jendela yang rusak akibat ledakan.”

Sementara beberapa orang membersihkan, yang lain menawarkan air, sandwich, dan makanan kepada warga yang tinggal di dekat lokasi bencana itu. Tenda juga didirikan untuk mengumpulkan sumbangan makanan dan kelompok lain memberikan bantuan pertolongan pertama.

Upaya kolektif pemuda Lebanon telah dipuji secara luas, sementara negara dipermalukan dan dituduh gagal menangani tanggung jawabnya dalam hal ini. Salah satu kritik utama di kalangan masyarakat adalah absennya negara.

“Jujur saja, kami tidak menyaksikan keberadaan negara di lapangan. Semua ini yang kami lihat adalah hasil inisiatif individu, ”kata Sfeyer.

"Orang-orang marah pada negara. Padahal mereka seharusnya mengambil peran yang seharusnya dimainkan negara," kata Rawad Fakhry, 24 tahun, yang membantu pembersihan. “Kami memberi tahu negara: apakah Anda bertindak atau tidak? Ingat kami bisa menanganinya. Kami yang membangun kembali Beirut, bukan Anda. "

Ledakan di Beirut Lebanon, Mengulik Sejarah Pelabuhannya Berusia ...

  • Keterangan foto: Kawasan pelabuhan sebelum ledakan.

Pelabuhan Beirut, Gemayzeh adalah salah satu daerah yang paling terkena dampak setelah ledakan mematikan tersebut. Pemandangan bangunan yang rusak, jendela yang pecah, dinding dan langit-langit yang pecah, dan tumpukan puing, terlihat di seluruh wilayah. Ledakan dahsyat itu menyebabkan lebih dari 150 orang tewas dan lebih dari 6.000 terluka. Puluhan orang masih hilang.

Sekarang memang, pemilik toko mulai mengambil bagian dari tempat bisnis mereka yang sudah menderita akibat krisis ekonomi yang memburuk di negara itu. Yang lainnya sedang mengumpulkan apa saja yang bisa diselamatkan dari toko. Banyak diantaranya yang kini harus meninggalkan tempatnya karena karena ancaman bangunan tokonya yang runtuh.

Seakan melepaskan rasa gelisahnya, beberapa relawan itu seperti Solh dan temannya Elias Feghaly kini mengecam anggota pasukan keamanan dan tentara Lebanon, yang dikerahkan di jalan. “Rasanya mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi. Rasanya bukan negaranya yang dirusak, ”kata Solh.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement