Jumat 23 Jul 2021 11:34 WIB

Ada selisih 20 Ribu Kasus Kematian Antara Pusat dan Daerah?

Lapor Covid-19 temukan selisih 20 ribu kasus kematian antara data pusat dan daerah.

Warga berjalan dengan membawa nisan keluarganya di area pemakaman khusus COVID-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (15/7/2021). Berdasarkan data Worldometer, Indonesia resmi masuk empat besar kasus aktif COVID-19 terbanyak di seluruh dunia, pada Kamis (15/7/2021) kasus aktif di Indonesia mencapai 480.199 kasus, melampaui Rusia yang tercatat 457.250 kasus, Indonesia juga jauh melampaui India yang tercatat 432.011 kasus.
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warga berjalan dengan membawa nisan keluarganya di area pemakaman khusus COVID-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (15/7/2021). Berdasarkan data Worldometer, Indonesia resmi masuk empat besar kasus aktif COVID-19 terbanyak di seluruh dunia, pada Kamis (15/7/2021) kasus aktif di Indonesia mencapai 480.199 kasus, melampaui Rusia yang tercatat 457.250 kasus, Indonesia juga jauh melampaui India yang tercatat 432.011 kasus.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Lapor Covid-19, sebuah komunitas yang menampung laporan warga terkait pandemi virus Corona, mengatakan ada selisih hingga 20 ribu kasus pada data kematian yang dilaporkan oleh pemerintah pusat dengan daerah.

Analis data Lapor Covid-19 Said Fariz Hibban mengatakan angka kematian akibat Covid-19 yang mereka himpun dari kabupaten dan kota mencapai 98.014 per 21 Juli 2021.

Sementara itu, jumlah kasus kematian yang dilaporkan Kementerian Kesehatan hingga 21 Juli 2021 berjumlah 77.583.

“Jadi di sini gap-nya agak lebar, sekitar 20 ribu kasus lebih,” kata Said melalui konferensi pers virtual, Kamis kemarin (22/7) seperti dilansir laman kantor berita Turki, Anadolu Agency.

Rentang data kematian ini lebih tinggi dibandingkan pada 25 Juni 2021 lalu, ketika Lapor Covid-19 mencatat selisihnya sebesar 12.955 kasus.

Salah satu inisiator Lapor Covid-19 Ahmad Arif mengatakan hal ini juga terlihat dari selisih data antara pemakaman dengan protokol Covid-19 dengan data kasus konfirmasi di daerah.

Dia mencontohkan angka kematian di Malang, Jawa Timur pada 19 Juli 2021 yang melaporkan tidak ada kasus kematian.

Sementara data pemakaman menunjukkan bahwa ada 26 orang yang dimakamkan dengan protokol Covid-19 pada hari yang sama, di mana sembilan orang di antaranya meninggal saat isolasi mandiri di rumah.

Arif menilai hal ini juga disebabkan oleh definisi kematian terkait Covid-19 yang “diutak-atik” dalam pencatatan data.

“Padahal mengacu pada definisi WHO sudah jelas, yang meninggal dengan kondisi klinis Covid-19 walaupun belum terkonfirmasi positif oleh tes PCR seharusnya dicatat juga, kecuali ada penyebab lain yang lebih jelas seperti kecelakaan,” kata dia.

sumber : Anadolu Agency
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement